Impression - 9
Hal yang paling menyebalkan adalah ketika kamu memberikan jawaban ujian pada orang lain, tapi kamu sendiri yang mendapat nilai rendah dibandingkan teman yang kamu beri jawabannya. Sungguh sangat menyebalkan.
Hal itulah yang kini dirasakan oleh Kevin. Cowok itu kesal pada kedua temannya ketika mereka ternyata mendapat nilai lebih besar dibandingkan dirinya. Cowok itu mengumpati Nevan dan Fadli yang kini malah tersenyum bangga melihat hasil ujiannya.
Kevin datang menghampiri mereka dan menoyor kepala mereka secara bergantian. Keduanya menoleh dan menatap Kevin dengan jengkel. Apa-apaan Kevin menoyor kepalanya.
"Enak ya lo berdua, jawaban dari gue tapi nilai gue lebih rendah," ujar Kevin kesal.
"Seenggaknya nilai lo tetep diatas KKM, Vin," balas Nevan tak berdosa. Cowok itu malah menyengir.
"Lain kali gue minta buat duduk di kursi depan aja kali ya?" kata Kevin yang mana langsung membuat kedua temannya itu menggeleng tidak setuju. Nanti yang ada Nevan dan Fadli tidak mendapat jawaban lagi!
"Gak perlu ya, Vin. Lo tetep di kursi biasanya aja. Gak usah macem-macem segala pakai duduk di depan," kata Fadli tegas.
"Kalau gue di samping lo berdua terus, yang ada nilai lo pada selamat terus," balas Kevin.
"Gitu amat lo sama temen sendiri." Nevan pura-pura ngambek. Cowok itu menatap Kevin sinis yang mana malah lengan Nevan dipukul oleh Kevin.
"Banyak bacot," balas Kevin kesal. "Cabut aja kantin yuk. Gue yakin Pak Ridwan gak masuk."
"Darimana lo tau?" tanya Fadli penasaran. Padahal Pak Ridwan itu guru yang paling rajin masuk dan paling disiplin masalah waktu. Ia akan masuk kelas sesuai jamnya dan benar-benar tepat waktu.
"Gue kan anaknya. Lo pada gak tau?" sahut Kevin ngaco. Nevan bahkan tak segan untuk memukul kepala cowok itu. Sekalian balas dendam yang tadi.
"Ayok ke kantin, istirahat bentar lagi tapi Pak Ridwan gak ada masuk dari tadi," ujar Kevin lagi. Ia memaksa kedua temannya untuk ikut dengan dirinya ke kantin.
"Kali aja Pak Ridwan telat. Gak tega gue sama dia kalau ternyata kita diam-diam ke kantin," kata Farel begitu dramatis.
"Banyak omong ya lo. Padahal lo aja tega gak ngasih tau kita kalau lo lagi deketin temennya Natasya, si Devi," kata Kevin tepat sasaran. Farel sendiri terkejut mendengarnya karena ia memang tidak memberitahu kedua temannya jika ia sedang mendekati teman Natasya, Devi.
"Serius lo, Vin?" tanya Nevan tak percaya. Kevin mengangguk untuk balasan pertanyaan cowok itu.
"Kok lo tau?" ujar Fadli bertanya pada Kevin.
"Lo pikir gue gak baca pesan Devi kemarin?" sahut Kevin. Cowok itu memang sempat membaca pesan Devi yang masuk pada ponsel Fadli. Dan bahkan Kevin membacanya. Benar-benar seperti orang yang sedang PDKT saja menurut Kevin.
"Gak sopan lo!" kata Fadli kesal karena sudah ketahuan. Ia berniat memberitahu temannya ketika Fadli dan Devi sudah resmi.
"Bodo!" sahut Kevin tak peduli. "Ayok kantin. Lapar gue."
Ketiga cowok dengan tubuh yang terbilang atletis itu berjalan di sepanjang koridor dengan gayanya masing-masing. Kevin dengan songongnya ketika melewati koridor kelas yang terdapat kumpulan para cewek. Tak lupa ada Fadli yang berjalan dengan gaya sok cool dengan sesekali membenarkan rambutnya yang tidak berantakan. Dan ada Nevan yang sering menggoda perempuan cantik yang melewati mereka. Bahkan adik kelas pun digombali oleh Nevan.
Kantin memang sudah tampak ramai walaupun bel istirahat belum berbunyi. Pasti kebanyakan sudah memilih keluar kelas lebih dulu ketika guru mata pelajaran mereka ternyata tidak hadir.
Mata Kevin tertuju pada satu meja. Seorang perempuan duduk di sana dengan ponsel yang ada digenggamnya dan segelas es teh ada dihadapannya. Kevin mengajak kedua temannya untuk menghampiri perempuan itu.
"Cewek lo sendirian tuh," kata Kevin pada Fadli.
Fadli memutar bola matanya malas. Kemudian ia berujar, "Belum jadi cewek gua ya, Vin."
"Ya makanya cepet official biar jadi cewek lo," Nevan ikut berkata dengan menepuk bahu Fadli yang mana membuat cowok itu malah jengah.
"Lo tanyain sana sama cewek lo, Natasya kemana kok gak sama dia," kata Kevin pada Fadli.
"Nanti doi mikir macem-macem. Lo aja tanya langsung sana," balas Fadli.
"Yaudah tanya barengan aja kenapa sih. Ribet banget lo berdua." kata Nevan kemudian menarik kedua temannya itu menuju Devi yang masih fokus pada ponselnya.
Kevin dan Nevan duduk didepan Devi membuat cewek itu sedikit terkejut akibat kedatangan mereka. Ditambah kini Fadli sudah berada di sampingnya dengan posisi yang mengarah ke arahnya dan menatap Devi hingga membuat cewek itu sedikit salah tingkah.
"Ngapain lo bertiga ke sini?" tanya Devi berusaha bersikap biasa saja. Padahal jantungnya sedang berlarian akibat ditatap begitu intens oleh cowok di sebelahnya. Sialan.
"Temenin Fadli biar bisa makan sama lo katanya," celetuk Kevin seenak jidat membuat Fadli menggerutu cowok itu kesal.
"Kok jadi gue? Kan lo sendiri yang mau kita bertiga ke sini," balas Fadli tak terima.
"Oh jadi lo gak mau makan sama Devi? Jahat banget, katanya lagi deketin dia," kata Kevin memanas-manasi. Cowok itu tertawa geli dalam hatinya.
"Banyak basa-basi lo," balas Fadli kesal. "Kevin mau tanyain Natasya ke Lo, Dev."
Kening Devi berkerut mendengar perkataan Fadli. Ia lantas menjawab, "Kenapa nanya gue?"
"Ya kan lo temennya Natasya!" Nevan yang menjawab. Cowok itu malah gemas sendiri pada Devi. Bukan suka ya! Ia juga tidak mau menikung teman sendiri.
"Ngapain tanyain Natasya? Ada perlu apa?" tanya Devi. Ia berubah menjadi sedikit jutek membuat Kevin memutar bola matanya malas.
"Gue mau ketemu. Ada urusan yang sangat penting," balas Kevin. Hiperbola.
"Natasya lagi gak mau diganggu. Dia lagi belajar," balas Devi apa adanya. Natasya memang akan kembali mewakili sekolah untuk lomba di tingkat Nasional. Namun kali ini Natasya memiliki partner, ia tidak sendiri.
"Udah pinter ngapain segala pakai belajar lagi tuh cewek," kata Nevan tak habis pikir.
"Ya biar makin pinterlah!" jawab Kevin membela Natasya. Padahal cewek itu tidak sedang ada di kantin bersama mereka berempat. "Emangnya lo. Nilai aja segitu terus tapi malah gak mau belajar!"
"Ngaca ya lo!" balas Fadli tak terima. Ia menyodorkan telapak tangannya pada wajah Kevin. Membayangkan jika telapak tangannya bisa berubah menjadi cermin.
"Seenggaknya gue udah mulai belajar sama Natasya," sahut Kevin bangga.
"Palingan lebih banyak modusin Natasya," kata Fadli. Tepat sasaran.
"Bacot!" ujar Kevin mengumpat. Cowok itu kembali menoleh pada Devi. "Natasya sekarang dimana?"
"Di perpustakaan," jawab Devi. Namun sebelum Kevin segera berdiri dari kursinya, Natasya lebih dulu mencegah cowok itu. "Lo jangan ganggu dia, Vin!"
"Iya siap!" balas Kevin semangat.
"Awas aja lo ganggu konsentrasi dia. Gue pukul lo!" kata Devi kembali mengancam.
"Siap laksanakan!"
*****
Natasya menutup buku yang sekiranya tebalnya itu 400 lebih halaman. Cewek itu menghela napasnya pelan dan mencoba merapikan buku serta alat tulisnya yang sedikit berantakan di meja perpustakaan.
Beberapa hari yang lalu, Natasya diminta Pak Yatno untuk kembali mewakili sekolah dalam olimpiade fisika tingkat Nasional. Ia percaya jika Natasya mampu untuk mengerjakan olimpiade tersebut. Hal inilah membuat Natasya kembali belajar dengan serius untuk olimpiade nanti. Ia tak mau mengecewakan guru yang sudah memberi dirinya kepercayaan.
Pipi putih Natasya tiba-tiba saja terasa dingin. Ia menoleh ke arah samping dan melihat Kevin yang sudah berdiri di sebelahnya dengan senyuman jahil khasnya. Natasya mendengus kesal dibuatnya.
"Lo ngapain ke sini?" tanya Natasya tanpa basa-basi.
"Temuin lo," jawab Kevin. Ia duduk dihadapan Natasya. Minuman yang sempat ia bawa pun diberikan pada gadis itu. Bahkan Natasya tak berpura-pura menolak, gadis itu langsung meminumnya karena nyatanya pun Natasya memang sudah haus.
"Kurang kerjaan. Pergi sana," usir Natasya
"Bahkan lo belum bilang makasih sama gue Sya."
Natasya menaikkan sebelah alisnya. Ia menunjukkan botol minuman yang isinya tersisa setengah itu. "Tapi gue gak minta lo bawain minum."
"Tapi tetep aja lo minum sampai setengah," ujar Kevin dengan seringaian jahilnya.
"Terus lo bakalan minum sisa setengahnya gitu?"
"Kalau lo mengizinkan sih." Jawaban Kevin barusan membuat Natasya mendelik kesal. Ia memukul kepala Kevin menggunakan botol minumannya tadi.
"Lo pergi aja sekarang. Gue lagi capek," keluh Natasya. Dari raut wajahnya pun Kevin bisa melihat jika cewek itu sedang sedikit lelah. Ntah fisik atau otaknya yang terasa lelah, yang jelas Kevin bisa menangkap hal itu melalui mata Natasya.
"Ya makanya karena lo capek gue temenin,"
"Vin, keluar," kata Natasya tegas.
"Gak mau. Gue capek-capek ke sini masa langsung disuruh keluar,"
"Emang ada yang nyuruh lo ke sini gitu?"
"Ada,"
"Siapa?"
"Hati nurani gue." Jawab Kevin dengan cepat dan santai. Natasya yang berada di depannya tak segan benar-benar memukul kepala Kevin dengan botol yang ia pegang. Cewek itu sudah terlanjur kesal dengan Kevin.
Dalam hatinya Kevin meringis karena baru saja bertemu dengan Natasya, cewek itu sudah memukuli dirinya dua kali! Namun Kevin akan tetap berusaha untuk sabar demi Natasya.
"Seneng amat sih mukulin gue," ujar Kevin dengan tangan yang mengusap-usap kepalanya.
"Ya emang lo pantas aja buat dipukul," jawab Natasya kalem.
"Kalau jadi pendamping hidup lo pantas gak?" tanya Kevin dengan seringaian menggodanya
"Mimpi lo!" sahut Natasya sarkas.
"Kalau ini mimpi gue, artinya gue bebas dong ngelakuin hal apa aja," kata Kevin. Ia tersenyum lebar pada Natasya. "Misalnya bikin lo jadi temen hidup gue?"
Natasya memutar bola matanya malas. Kemudian ia kembali memukul kepala Kevin menggunakan botol minumannya. Natasya memang tidak merasa kasihan pada cowok yang tiap kali membuat dirinya kesal itu.
"Sekali lagi gue bakalan dapat piring, Sya," keluh Kevin mengusap-usap kepalanya.
"Ya hitung-hitung hadiah,"
"Gak ada yang lebih bagus?"
"Lo mau yang lebih bagus?"
Kevin mengangguk. Ia tersenyum lebar pada Natasya. Namun senyumnya itu luntur seketika Natasya kembali memukul kepala Kevin.
"Hadiah gelas bukan piring!" ujar Natasya kesal lalu ia merapikan alat tulis serta bukunya dan bersiap keluar dari perpustakaan. Ia terlalu capek jika harus berhadapan dengan Kevin.
Kevin sendiri menghela napasnya pelan. Ia menatap punggung Natasya yang kian menjauh. Cowok itu masih mengusap-usap kepalanya.
"Dimana gue harus ngambil gelasnya ya?"
*****
Di lorong sepi dekat puluhan loker yang terjajar rapi di dinding, Natasya memejamkan matanya sejenak. Gadis itu baru saja menyimpan beberapa buku yang sempat ia bawa ke perpustakaan tadi untuk kembali di simpan di loker miliknya.
Natasya memijat keningnya sebentar. Rasanya kepalanya kini sangat terasa pening. Gadis berseragam itu duduk di lantai dengan punggung yang bersandar pada lokernya. Ia menyembunyikan wajahnya diantara kedua kakinya yang ditekuk.
"Natasya," panggilan itu membuat kepala Natasya terangkat perlahan. Ia menatap cowok dihadapannya dengan mata sayu.
"Lo ngapain tidur di sini? Mending di kelas aja atau di perpustakaan. Lebih nyaman," katanya membuat Natasya menghela napas pelan. Tidak Kevin tidaklah temannya ternyata sama-sama tidak waras!
Nevan menggaruk tengkuk lehernya. Ia ikut jongkok di depan Natasya. Menatap mata Natasya yang terlihat sayu. Bibir gadis itu juga sedikit pucat.
"Lo ngantuk apa sakit?" tanya Nevan polos.
"Lo pergi aja," usir Natasya dengan suaranya yang pelan. "Gue lagi gak mau ngurusin cowok semacam Kevin."
"Tapi gue Nevan bukan Kevin," kata cowok itu kembali membuat Natasya menghembuskan napasnya
"Tapi lo berdua sejenis,"
"Ya karena gue sama dia laki-laki. Makanya sejenis."
Natasya berdecak kagum. Ternyata keduanya memang sama-sama menyebalkan. Mungkin hanya Fadli yang belum membuat Natasya jengkel diantara ketiga sahabat itu. Namun Natasya berharap jika Fadli lah yang paling waras.
"Gue lagi pusing, lo pergi aja," kata Natasya jujur. Kepalanya terasa semakin memberat.
"Ke UKS aja kalau gitu, gue temenin ya?" kata Nevan. "Gue gak mau lo pingsan bukan apa-apa. Tapi masalahnya UKS dari sini jauh, dan gue akan capek kalau harus ngangkut lo."
"Kalau gitu lo pergi sekarang. Kalaupun gue pingsan lo gak perlu angkat gue," kata Natasya. Ada nada menyindir dalam kalimat cewek itu.
"Bercanda Sya," ujar Nevan menggaruk tengkuknya. Mata Natasya yang menatapnya tajam membuat ia menjadi kikuk. "Bisa dihabisin Kevin kalau dia tau gue biarin lo."
"Apa hubungannya?" tanya Natasya bingung.
"Kevin kan suka sama lo. Masa gitu aja gak tau?"
"Gue udah tau,"
"Berarti lo berdua sekarang jadian?"
"Ya nggak lah!"
Nevan mengangguk-angguk. Kemudian matanya membulat ketika ia melihat mata Natasya sudah tertutup dan cewek itu terjatuh ke lantai membuat Nevan semakin panik.
*****
•to be continued
Natasya pingsan yang nolongin Nevan atau Kevin yang bakalan tiba-tiba datang?
Maaf ya lama updatenya. Kemarin lupa banget🤣
Aku mau bikin challenge sekali-kali yaaaa
Vote sampai 70+ komentar 40+ aku langsung next🙈
semoga berhasil!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top