Impression - 5

5. Pantun

Natasya dan juga Devi langsung membereskan buku pelajarannya kala mereka sudah mendengar bel istirahat dan juga guru yang mengajar sudah keluar kelas.

Kedua cewek itu kini sudah berada di kantin. Natasya memilih tempat duduk, sementara Devi kini sudah berada di kerumunan orang yang sedang antre di stand makanan.

Sambil menunggu Devi, Natasya memilih untuk memainkan handphonenya. Namun, tak lama dari itu ia merasa jika seseorang tengah duduk di sebelahnya. Dan hal tersebut membuat Natasya menoleh dan mendengus kesal kala matanya melihat Kevin yang tengah tersenyum jahil padanya.

"Ngapain di sini?" Tanya Natasya dengan raut wajah datarnya.

"Belajar," balas Kevin.

Dahi Natasya berkerut mendengarnya. Belajar? Bahkan Kevin sendiri tidak membawa satu pun buku pelajaran.

"Belajar?" Natasya membeo.

"Ya enggaklah, Natasya!" balas Kevin gemas sendiri. "Gue ke sini itu mau nyamperin elo."

"Oh gitu," balas Natasya.

"Gitu doang balesan lo?"

"Emang gue harus gimana?"

"Ya senenglah!" gemas Kevin.

Natasya menaikkan sebelah alisnya. "Cuman karena lo nyamperin gue, bukan berarti gue harus seneng. Gue bukan fans lo."

"Gitu amat, sih, lo ngomongnya,"

"Suka-suka gue."

Kevin mendengus pelan. Seperti perkiraan dirinya, kemungkinan besar ia akan benar-benar sulit untuk mendapatkan hati seorang Natasya. Jangankan untuk hal itu, ia ingin dekat dengan Natasya saja seperti ya akan sulit.

Belum sempat Kevin akan kembali berbicara, Devi datang membawa makanan untuk dirinya sendiri dan Natasya.

"Gue gak dibeliin, Dev?" Tanya Kevin.

"Lo, kan, tadi gak nitip ke gue," balas Devi kemudian menyerahkan sebuah mangkuk pada Natasya.

"Inisiatif sendiri kek buat beliin gue,"

"Bodo amat gak peduli. Lo aja baru dateng."

Kevin berdecak. "Iya dah."

Kevin diam memandangi Natasya yang asik dengan makanannya. Di meja yang mereka tempati tidak terjadi obrolan apapun. Padahal, biasanya jika tidak ada Kevin, Devi akan selalu mengajak Natasya untuk berbicara mengenai apa saja agar keadaan tidak terlalu hening. Namun, gadis itu kini hanya memilih diam. Lebih tepatnya ia tau situasi.

Sebuah ide terlintas begitu saja di pikiran Kevin. Cowok itu menyeringai tipis. Kemudian ia berdeham sebentar.

"Natasya," panggilan Kevin.

"Hm," balas Natasya tanpa menoleh membuat Kevin menghela napasnya. Kesabarannya akan diuji jika ia berbicara dengan Natasya.

"Natasya,"

"Hm,"

"Natasya." Kevin memang tidak akan berhenti memanggil sebelum cewek itu menoleh dan menatap Kevin.

"Hm,"

"Nat---"

"Sya! Jawab yang bener kek! Berisik banget nih bocah!" Devi kesal. Ia merasa kegiatan makannya diganggu atas kehadiran Kevin yang katanya ingin mendekati Natasya.

"Santai dong, Dev," ujar Kevin menahan tawanya. "Kemarin lo dukung gue, tapi sekarang lo malah marah-marah."

"Ya lo kalau mau deketin Natasya tau situasi dong. Kan, sekarang lagi ada gue, tolong pahami," balas Devi.

"Oke-oke," balas Kevin kemudian tertawa hambar. Mengerti maksud dari perkataan Devi. "Sekarang lo lanjut makan aja. Gue mau PDKT dulu Sama Natasya."

"Hm," balas Devi. "Kalau berhasil jangan lupain gue yang selalu jadi nyamuk!"

"Asiap santuy!" balas Kevin.

Sementara Natasya, sedari tadi gadis itu memilih fokus pada makanannya. Beberapa kali juga ia mendengus sebal ketika mendengar perdebatan Antara sahabatnya dengan Kevin.

"Sya?" panggil Kevin membuat Natasya yang baru saja meneguk minumannya langsung menoleh.

"Apa?" jawab Natasya. Kalau saja ia menjawab seperti tadi, mungkin saja Devi akan kembali memarahinya dan berujung cewek itu akan berdebat dengan Kevin sampai-sampai membuat Natasya jengah mendengarnya.

"Gue mau gombalin lo. Boleh?" Tanya Kevin meminta izin.

Dahi Natasya berkerut. Baru kali ini ada cowok yang ingin menggombalinya harus meminta izin. Padahal, biasanya cowok lain akan seenaknya sampai-sampai membuat Natasya jengkel sendiri.

"Terserah," balas Natasya membuat Kevin tersenyum tipis.

"Lo tau gak sesuatu yang gak akan habis di dunia ini?" tanya Kevin dengan satu alis yang terangkat.

"Udara?"

"Bukan,"

"Air?"

"Bukan,"

"Terus?"

"Rasa sayang gue buat lo."

"Halah bulshit! Dasar cowok!" timpal Devi tiba-tiba membuat Natasya maupun Kevin menoleh pada cewek itu.

"Nih bocah ikut-ikutan mulu, sih," kesal Kevin.

"Suka-suka gue," balas Devi. "Lagian lo gombalin Natasya jangan kayak gitu! Gue aja geli apalagi Natasya!"

"Lah suka-suka gue mau kayak gimana juga!" ujar Kevin tidak mau kalah.

Natasya menghela napasnya pelan. Gadis itu bangkit dari tempat duduknya. Kemudian beranjak pergi meninggalkan kedua orang itu setelah ia memberikan uang untuk membayar makanan tadi.

"Lah malah pergi tuh cewek," kata Kevin. Cowok itu berdecak pelan. "Gara-gara lo, sih, Dev."

"Kok gue?" tanya Devi. Tak terima disalahi.

"Kalau lo gak ganggu gue yang lagi gombalin Natasya. Tuh cewek gak akan pergi,"

"Natasya pergi karena geli denger gombalan lo!"

"Lo sebenernya dukung gue sama Natasya apa nggak, sih?"

"Ya dukung lah! Asal lo jangan pernah buat nyakitin dia,"

"Mana bisa gue nyakitin Natasya?"

Devi tersenyum miring. "Banyak cowok yang bilang 'gak akan nyakitin cewek' tapi tetep aja pernyataan itu bulshit!"

"Gak semua cowok kayak gitu," ujar Kevin. Ia sendiri pasti akan membela sebagai kaum laki-laki.

"Tapi banyak yang kayak gitu,"

"Lo-nya aja yang selalu ketemu cowok sialan. Gak beruntung berarti hidup lo," balas Kevin santai. Cowok itu langsung meneguk air mineral milik Natasya yang masih tersisa setengah.

"Sialan lo, Vin!"

--- Impression ---

Natasya memijat pelipisnya secara perlahan. Gadis itu menghentikan langkahnya sejenak saat ia merasakan kepalanya sedikit pusing.

Natasya meminum sisa air mineralnya. Kemudian gadis itu membuang botolnya ke tempat sampah. Ia mengerjapkan matanya sebentar. Kemudian kembali melangkahkan kakinya menuju parkiran.

Natasya menghela napasnya pelan. Mata gadis itu menatap seorang cowok yang kini bersandar di dekat mobilnya. Siapa lagi selain Kevin?

"Hai, Natasya," sapa Kevin sesaat menyadari kehadiran Natasya.

"Lo ngapain di sini?" Natasya bertanya dengan nada ketusnya.

"Hm ngapain, ya? Menurut lo, gue lagi ngapain?"

Natasya mengerutkan keningnya. "Minggir!"

"Gak mau," kata Kevin. "Pulang bareng gue. Mau gak, Sya?"

"Nggak," balas Natasya dengan cepat. "Bisa minggir gak, sih?"

"Kalau gak bisa gimana?"

"Gue kutuk lo jadi batu!" jawab Natasya asal.

"Mana bisa. Lo kan bukan Ibu gue."

Natasya menghela napasnya panjang. Gadis itu memejamkan matanya sejenak. Baru saja ia merasakan pusing saat tadi. Kini ia kembali merasakannya setelah bertemu cowok menyebalkan seperti Kevin.

Seandainya Natasya mempunyai kekuatan lebih untuk menyingkirkan Kevin, maka ia akan gunakan dengan sebaik mungkin. Atau saja, seandainya ada sesuatu yang ia bisa beli agar Kevin menghilang, maka Natasya akan membelinya.

"Minggir, Vin. Gue mau pulang," kata Natasya mencoba bersabar.

"Iya gue tau. Lo mau pulang bareng gue, kan?"

"Nggak, Vin." Tegas Natasya membuat Kevin menghela napasnya panjang.

Kevin menggeser tubuhnya. Untuk kali ini ia akan membiarkan Natasya pulang sendiri saja.

"Kalau gue ngikutin lo dari belakang, boleh nggak, Sya?"

Natasya menggeleng sebelum memasuki mobilnya. "Biarin gue pulang sendiri, Vin."

"Ya udah, deh. Lain kali ya, Sya?"

"Nggak." Setelahnya, Natasya langsung memasuki mobilnya dan meninggalkan Kevin yang tengah tersenyum miris. Meratapi nasibnya.

--- Impression ---

"Darimana lo, Vin?" Pertanyaan itu langsung dilontarkan oleh Fadli ketika menyadari Kevin yang baru saja masuk ke dalam warung yang menjadi tempat mereka untuk nongkrong saat pulang sekolah.

"Biasa," jawab Kevin santai lalu duduk di sebelah Fadli dan langsung memesan minuman kepada Ibu-ibu penjaga warung.

"Natasya?" Tebak Fadli dan langsung diangguki Kevin.

"Lo beneran suka sama tuh cewek, Vin?" tanya Fadli.

"Kayaknya sih iya," balas Kevin sedikit ragu.

Fadli mengernyitkan dahinya. "Kok kayaknya?"

"Gue sendiri aja masih bingung, Dli, gue beneran suka apa nggak sama Natasya. Tapi, gue tertarik sama itu cewek,"

Farel menoyor kepala Kevin. "Sama aja lo udah mulai suka sama tuh cewek, nying!"

"Gitu, ya?" tanya Kevin polos.

Fadli menghela napasnya kasar. Cowok itu lebih memilih makan mie rebus yang tadi ia pesan pada Ibu penjaga warung daripada harus mendengarkan curhatan Kevin.

Tapi wajar saja Kevin seperti ini. Cowok itu belum pernah benar-benar menyukai perempuan. Maksudnya bukan berarti Kevin tidak normal. Cowok itu kadang menggoda beberapa adik kelas yang menyukainya. Hanya sekedar bercanda. Setelah itu Kevin akan bersikap biasa saja. Bukan cuek.

"DUARRRR!"

"Bangsat!" Umpat Kevin dan Fadli secara bersamaan. Kevin yang sedang melamun terkejut akibat kedatangan Nevan yang tiba-tiba ditambah teriakan cowok itu. Apalagi Fadli, cowok itu yang hendak minum langsung menyemburkan minumannya ke arah lantai. Beruntung saja ia tidak mengarahkan ke arah Nevan atau paling parah ke arah Kevin.

"Lo ngapain pake acara ngagetin segala, bangsat!" kesal Fadli lalu mengambil tisu dan membersihkan mulutnya.

"Kurang kerjaan banget lo, Van," timpal Kevin. "Untung aja Bu Astri kagak jantungan."

Nevan terkekeh pelan. Cowok itu langsung menatap ke arah Bu Astri yang tengah menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Maaf ya, Bu. Padahal niat saya cuman mau ngagetin Kevin sama Fadli. Tapi gak nyangka, ternyata Ibu ikut kaget juga," kekeh Nevan dan dihadiahi pukulan dari Kevin.

"Goblok!" umat Kevin. "Jelas ikut kagetlah, orang lu ngagetinnya juga teriak!"

"Lu lebih goblok!" balas Nevan tak mau kalah. "Mana ada orang ngagetin bisik-bisik!"

"Ya---"

"Udah-udah gak papa," sela Bu Astri melerai perdebatan antara dua sahabat itu. "Lain kali jangan kayak gitu lagi, Van. Bener kata Kevin, untung Ibu gak ada penyakit jantung."

"Maaf ya, Bu," kata Nevan sekali lagi sambil terkekeh.

"Gak papa, Van. Kamu mau makan kayak biasa?" tanya Bu Astri.

"Iya dong, Bu! Kayak biasa!" balas Nevan semangat membuat Bu Astri mengangguk dan langsung menyiapkan pesanan Nevan.

"Eh anak ilang! Tanggung jawab bersihin lantai warungnya Bu Astri, nih!" kata Fadli menunjuk lantai yang basah akibat kejadian tadi.

"Lah lo yang nyemburin airnya kenapa gue yang bersihin?"

"Kan gara-gara lo ngagetin, bodoh!"

"Udah, nanti biar Ibu yang bersihin lantainya," seru Bu Astri dari tempatnya yang tidak jauh.

"Gak papa, Bu, biar si Nevan aja," balas Fadli.

"Gak papa---"

"Udah biarin saya aja, Bu. Alat pel-nya dimana, Bu?" tanya Nevan menyela perkataan Bu Astri.

Wanita yang sekiranya sudah menginjak umur 50tahun itu menghela napasnya pelan. Ia menunjuk ke arah ruangan di pojok kanan tepatnya menunjuk ke alat pel yang ada di pojok ruangan.

"Itu, Van. Alat pelnya ada di sana," kata Bu Astri. "Kalau kamu gak bisa, biarin Ibu aja yang bersihin nanti."

Nevan mengambil alat pel yang dimaksud Bu Astri dan mulai membersihkan lantai yang sebelumnya kotor. "Ibu jangan ngeremehin saya, Bu. Gini-gini saya jago soal bersih-bersih."

"Bener, Bu. Nevan udah biasa beres-beres di rumah saya soalnya, Bu," timpal Kevin.

"Kadang juga Nevan jadi pembantu dadakan di rumah saya, Bu." Fadli menimpali dan dihadiahi tatapan tajam dari Nevan untuk Farel dan Kevin.

"Enak aja lo berdua! Cowok cakep kayak gue masa jadi pembantu di rumah lo!"

Kevin dan Fadli hanya membalasnya dengan kekehan mereka. Kini Fadli kembali menghabiskan mie-nya yang sisa setengah. Sementara Kevin, cowok itu memilih untuk memainkan ponselnya.

"Ntah apa yang merasukimu~"

"Hingga kau tega mengkhianati-ku~"

"Yang tulus, mencintaimu~"

Baik Kevin maupun Fadli sontak tertawa ketika mendengar lagu yang dinyanyikan oleh Nevan. Cowok itu bernyanyi sambil mengepel dan menggoyangkan badannya. Sesekali Nevan juga membuat alat pel tersebut seakan-akan microphone-nya.

"Sialan! Terngiang-ngiang banget tuh lagu," ujar Fadli.

"Kagak di kelas, kagak di IG, WA atau Twitter gue denger lagu itu terus anjir," kata Kevin ikut menimpali.

"Kayaknya lagi viral banget, ya?" kata Bu Astri yang baru saja menaruh satu mangkuk mie ayam di meja. "Tadi pagi Ibu denger tetangga lagi nyalain musik yang tadi Nevan nyanyiin, suaranya sampe kedenger ke rumah Ibu loh."

"Wah tetangganya keren banget, Bu," kata Nevan sambil terkekeh kemudian menyerahkan alat pel yang tadi ia pakai pada Bu Astri.

Bu Astri hanya menanggapinya dengan kekehan kecil. Wanita itu kemudian berjalan ke belakang, berpamitan untuk mencuci piring.

"Vin, kenapa lo?" tanya Nevan yang baru saja akan memulai menyantap makanannya langsung terhenti melihat Kevin yang melamun. Padahal, beberapa menit yang lalu, cowok itu ikut bercanda dengannya.

"Vin," panggilnya sekali lagi.

Kevin terkesiap. Cowok itu mengangkat sebelah alisnya dan menoleh pada Nevan.

"Apa?"

"Kenapa lo ngelamun?"

"Lagi mikirin hutang," celetuk Fadli yang baru meneguk minumannya.

"Tau aja lo, Dli," balas Kevin, menanggapi candaan Fadli.

"Miris amat hidup lo. Udah ngejar Natasya ditolak terus, eh sekarang dikejar hutang."

Kevin berdecak. Cowok itu menoyor kepala Nevan yang selalu berbicara asal.

"Seenggaknya hidup gue pasti lebih bahagia dari hidup lo," balas Kevin tak mau kalah.

"Sialan lo, Vin," kesal Nevan. "Lagian lo ngapain ngelamunin Natasya? Lo ditolak lagi?"

"Pasti, Van," Fadli yang menjawab. "Belum ada satu bulan nembak aja Kevin ditolak berkali-kali. Gimana udah satu bulan, ya?"

"Gak tega gue bayanginnya, Dli," kata Nevan berpura-pura tidak tega. Biasa, teman.

"Sialan lo berdua!" umpat Kevin.

Nevan dan Fadli bertos ria. Memang ya, mentang-mentang Kevin belum pernah berhubungan serius dengan perempuan -atau maksudnya belum pernah pacaran bahkan suka dengan lawan jenis saja belum- membuat mereka berdua senang menggoda Kevin yang baru pertama kalinya suka malah ditolak.

"Vin, lagian kenapa lo bisa suka sama Natasya?" tanya Fadli penasaran.

"Gak tau, mungkin karena dia Natasya," balas Kevin asal.

"Apaan sih, bego! Yang jelas ngasih alesan tuh!"

"Ya gue juga kaga tau, Maimunah!" balas Kevin tak kalah sengit. "Mungkin, karena yang ada dalam diri Natasya belum pernah gue temuin di manapun. Dia cewek yang beda."

"Belum pernah lo temuin?" Fadli menaikkan sebelah alisnya. "Bahkan lo serius dan mau ngenal cewek aja kagak mau."

"Iya, sih," Kevin menyengir kuda. "Lagian cewek yang gue temuin kebanyakan kayak begitu."

"Kayak begitu gimana?" tanya Farel tak paham.

"Ya gitu lah. Sulit dijabarkan."

"Kayak soal matematika?" tanya Nevan disela makannya.

"Itu mah bukan sulit, lo nya aja yang males, Van!" kata Fadli menatap sinis ke arah Nevan.

"Semales-malesnya gue, lebih males lagi orang yang lebih males dari gue."

"Lu ngomong apaan sih, Van?"

"Emang dasarnya nih bocah tuh gak jelas," sahut Kevin. Memutar bola matanya jengah.

"Udah orangnya kagak jelas, hidupnya juga ikutan gak jelas," timpal Farel.

"Tau bangsat gak kalian?"

"Oh sebutan yang cocok buat Lo ya?" balas Fadli menanggapi perkataan Nevan.

"Buat lu lah!"

"Buat lu?"

"Buat lo, sialan!"

"Berisik lo berdua!" kata Kevin memijat pelipisnya. "Pusing gue."

"Pusing kenapa? Mikirin Natasya yang nggak peka-peka?" balas Fadli menggoda.

"Daripada lo pusing mikirin Natasya, mending liat dengerin gue pantun," kata Nevan dengan seringaian jahilnya.

"Wah boleh tuh, Van," seru Farel semangat.

Kevin menghela napasnya. Mau tidak mau Ia harus mendengarkan. Walau bagaimanapun juga, perasaannya sangat tidak enak karena pasti Nevan akan membuat dirinya tersindir.

"Makan-makan buah pepaya,
Makanlah sampai kau kenyang,
Meski kau telah berusaha,
Namun cinta kau tetap dia buang."

"Anjay mabar!" seru Fadli sambil tertawa. Ia sangat sadar jika itu pantun sindiran untuk Kevin.

"Gimana, Vin? Bagus gak pantun gue?" Nevan menaik-turunkan alisnya. Cowok itu masih saja menggoda Kevin atau lebih tepatnya mengejek temannya.

"Bagus banget. Saking bagusnya pengen gue tunjukkin langsung ke Natasya!"

Nevan tertawa. "Santai, nanti gue siapin yang lebih bagus buat Natasya."

"Firasat gue gak enak, sih,"

Nevan menyeringai tipis. "Santai saja, friend!"

--- Impression ---
•To be Continued.

Halo semuanya! Apa kabar?

Alhamdulillah akhirnya setelah lebih dari satu bulan aku Hiatus, sekarang aku bisa kembali lagi dan update cerita Impression!!!

Gimana untuk part ini?

Seru?

Biasa aja?

Kurang seru?

Gak seru?

Kalau ada typo atau kesalahan kata lainnya harap langsung kasih tau aku ya biar bisa aku revisi langsung. Thank you

Dan.... MAKASIH BANYAK UNTUK 10K READERSNYA. LOVE YOU😆♥️

Semoga kalian tetap suka dan terus support ya!!

Maaf kalau masih kurang seru. Aku masih noob. LOL 🤣

Btw, next lagi gak, nih?

Bye, semoga kalian selalu suka dan support 🤗

Love you♥️

See you..

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top