Impression - 14
Haiii aku balik lagiii, ada yang nunggu Impression?
Oh iya, ada typo kasih tau ya. Aku baru revisi ternyata selama ini ada nama Farel dibeberapa part. Dan itu adalah nama "FADLI" yang sekarang. (Kalian bingung pasti kemarin-kemarin pas baca). Jadi kalau kedepannya aku typo lagi kasih tau yaaa😭😂.
Selamat baca! Jangan lupa spam komen dan votenya maniezzz.
****
"Hatimu boleh patah, tapi jangan sampai menutup diri dari orang lain. Karena yang hadir di hidupmu belum tentu akan datang untuk memberi luka."
— IMPRESSION —
Natasya mengusap-usap bahunya. Seragam gadis itu sudah ditutupi hoodie hitam milik Kevin. Di bawah halte bus, Kevin mengajak Natasya berteduh. Awalnya mereka ingin terus menerobos karena sudah terlanjur basah. Namun Kevin mengurungkan, Natasya tadi hanya memakai seragam putih alhasil dapat transparan karena terkena air.
Hari ini Kevin sangat bahagia. Tidak apa meski baru dapat izin mendekati Natasya. Terpenting gadis itu sudah perlahan membuka hatinya untuk Kevin dan membantu Kevin untuk menghancurkan tembok Natasya.
"Masih dingin?" Tanya Kevin perhatian pada Natasya.
"Jangan sok perhatian. Lo gak cocok," balas Natasya. Ia belum terbiasa dengan sikap Kevin yang begitu lembut padanya.
"Diperhatiin malah marah, nanti lo minta-minta ke gue loh,"
"Idih amit-amit!"
Kevin tertawa. Tangannya bergerak mengacak-acak rambut Natasya membuat Natasya mendelik sebal. Namun senyuman tulus dari Kevin padanya berhasil membuat Natasya diam. Menatap cowok yang baru mengatakan suka padanya dan berjanji memberi warna dalam hidup Natasya.
"Sya, makasih, ya?"
"Untuk?"
"Untuk mau mulai menerima gue."
Natasya terdiam kaku. Ia tidak tahu harus membalas apa. Kevin mengatakannya begitu tulus. Tapi apakah Natasya juga bisa setulus Kevin nantinya?
******
Natasya mengeringkan rambutnya dengan handuk yang baru ia pakai tadi. Matanya beralih menatap layar ponselnya yang menyala. Selama seharian bersama Kevin, Natasya sangat jarang membuka ponsel. Ia melihat banyak pesan dan panggilan tak terjawab dari Devi. Dan beberapa pesan dari Kevin.
Gadis itu membalas pesan Devi sekenanya sebelum beralih membuka pesan Kevin yang sudah 5 baris. Padahal cowok itu sudah seharian dengannya.
Kevin William:
Natasya
Sya
Natasya Aurelia:
?
Kevin William:
Singkat banget, Sya
Natasya Aurelia:
Ada apaan?
Kevin William:
Mau tanya nichhhh
Natasya Aurelia:
?
Kevin William:
Kilogram singkatannya apa??
Natasya Aurelia:
Kg
Kevin William:
Kalau ditambah N?
Natasya Aurelia:
1kg + 1n
= 9,8 n + 1 n
= 10,8 n
Kevin William:
HAH?
APAAN SI?
Natasya Aurelia:
Masih belum ngerti?
1KG = 9,8 n
Kevin William:
KITA LAGI BAHAS APAAN SYA?
ASTAGA
OFF LAH GUE
Natasya tertawa melihat balasan Kevin. Tawa yang selama ini Natasya pendam ketika bersama Kevin. Cowok itu lucu walaupun menyebalkan. Namun dengan Kevin, Natasya bisa perlahan keluar dari zonanya. Dari masa lalunya yang membuat Natasya membeku.
Harapan Natasya hanyalah, ia bisa bahagia untuk sekarang dan ke depannya.
Semoga Kevin tak akan menyakitinya ketika Natasya sudah jatuh padanya.
*****
Devi mencak-mencak sendiri pada Natasya. Cewek itu terus memarahi Natasya karena tak mengabarinya sama sekali sejak kemarin. Devi sangat khawatir. Ia memang tahu kalau Natasya bersama Kevin, namun Devi merasa masih belum aman.
Meskipun Devi banyak tidak tahu tentang kehidupan Natasya namun Devi tetaplah sahabat Natasya. Sahabat yang akan selalu ada setiap Natasya membutuhkannya. Setiap melihat kata Natasya yang kadang kosong, Devi ingin mendengar semua beban yang Natasya rasakan. Namun Devi tahu, perempuan itu mau membagi cerita padanya. Devi hanya bisa terus menemaninya.
"Lo tau gak, sih, guru-guru nanya Lo kenapa gak masuk?" Devi geleng-geleng kepala. "Lo gak masuk sehari tuh udah bikin banyak orang penasaran."
"Penasaran doang, peduli nggak," sahut Natasya datar.
"Jangan gitu, gue peduli lohh," Devi memegang lengan Natasya. "Kalau ada apa-apa lo cerita, ya??"
Natasya memandang Devi. Perempuan itu memang tulus padanya. Tapi kenapa Natasya selama ini terasa sulit untuk berbagi hal dengan Devi. Padahal Devi selalu bercerita pada Natasya, percaya padanya. Hal kecil pun bahkan Devi ceritakan pada Natasya.
Bagi Natasya, meski dekat dengan orang lain bukan berarti bisa berbagi tentang kehidupan.
"Natasya, dicari Zidan," Natasya menoleh ke arah pintu. Di sana ada teman sekelas sedang bersama Zidan. Natasya menghampirinya.
"Ada apa, Dan?"
"Punya waktu buat bahas soal yang lama?"
"Bisa."
Keduanya berjalan menuju perpustakaan. Natasya heran, padahal Zidan bisa menghubunginya daripada cowok itu harus capek-capek naik-turun tangga untuk ke kelasnya dan kembali ke perpustakaan.
"Hei, Natasya," cewek itu menoleh melihat Kevin bersama kedua temannya.
Natasya tak menyahuti. Hanya terus berjalan bersama Zidan sampai tangannya dicekal sebentar oleh Kevin.
"Kan gue udah bilang jangan cuek-cuek," ujar Kevin gemas melihat Natasya. "Mau ke mana?"
"Perpus,"
"Ngapain?" Natasya menjawabnya dengan melirik Zidan membuat Kevin mengangguk paham.
"Dan, jangan godain cewek gue ya lo," kata Kevin menunjuk ke arah Zidan.
"Wii, udah official nih bos?" tanya Zidan meledek.
"Belum, Dan. Ya emang Kevinnya aja yang main klaim begitu," ujar Nevan tertawa.
"Aduh, Vin. Digantung ya?"
Mendengar percakapan para cowok yang tidak dimengerti sama sekali oleh Natasya membuat Natasya geleng-geleng kepala. Ia lantas menyuruh Zidan untuk segera ke perpustakaan dibandingkan melayani cowok-cowok absurd itu.
****
Kevin mengaduk-aduk teh di depannya. Matanya menatap lurus ke arah Natasya yang sibuk dengan beberapa buku. Hari ini Kevin dan Natasya sudah berjanji akan belajar bersama. Sesuai perjanjian yang mereka— ralat, Kevin buat.
Rasanya lucu sekali mengingat ke masa lalu. Kevin dan Natasya satu sekolah. Namun bertemu pertama kali dan mengenalnya saat kejadian Natasya digoda anak sekolah lain. Kevin menolongnya. Namun kini Kevin yang sering menggodanya.
Melihat sikap Natasya yang cuek dan masa bodo membuat Kevin semakin penasaran pada cewek si juara olimpiade itu. Kevin bukanlah cowok kaku dan dingin pada perempuan. Kevin juga bukan cowok playboy yang sering berganti-ganti pasangan. Jadi Kevin adalah cowok nekat yang mengejar perempuan si juara olimpiade yang cuek.
Salah satu kebiasaan Kevin semenjak dekat dengan Natasya adalah memperhatikan cewek itu. Menatap tepat di manik matanya yang tampak kosong
"Fokus ke buku. Bisa?" Natasya menatap Kevin datar.
"Objeknya lebih menarik lo dibanding buku,"
"Fokus ke buku,"
"Kalau fokus ke kamu boleh?"
Natasya menautkan alisnya. "Kamu?"
"Iya, aku kenapa?"
"Jijik, Vin." Kevin tertawa receh. Ia mengacak-acak rambut Natasya gemas yang mana membuat cewek itu memberenggut kesal.
"Sekarang kita pakai 'Aku-Kamu' ya, Sya?" ujar Kevin menggoda.
"Nggak,"
"Loh..., Kenapa?"
"Berisik banget, sih!"
Kevin mengubah posisi duduknya menjadi tegak dan sedikit memajukan tubuhnya ke depan.
"Sya, kita tuh lagi PDKT. Ya kali masih manggil lo-gue?" Kevin menatap Natasya dengan serius. Mencoba membujuk perempuan itu.
"Yang pacaran aja masih manggil lo-gue kok," balas Natasya tenang tanpa menatap Kevin. "Lo sendiri aja yang ribet mauan pake Aku-Kamu."
"Biar makin deket gitu loh, Sya." Kevin menaik-turunkan alisnya menggoda Natasya yang dibalas cewek itu dengan delikan sebal.
"Gak usah lebay,"
"Kok lebay,"
"Belajar, Vin,"
"Belajar mencintaimu? Udah kali sejak dulu. Tinggal Kamu yang perlu belajar gimana caranya suka sama Aku."
Natasya seketika menoleh. Bukan karena perkataan Kevin. Melainkan nada suara cowok itu yang sedikit berbeda. Natasya melihat Kevin yang tidak menatapnya, hanya memandang buku-buku di depannya yang Natasya tahu tidak Kevin minati.
Cowok berambut hitam legam itu memainkan sedotan minumannya. Kemudian mengaduk-aduk secara random membuat Natasya geleng-geleng kepala. Kevin memanglah cowok baik dan sangat ramah. Cowok itu juga termasuk cowok humoris dengan sejuta pesonanya. Pada saat bermain basket adalah saat-saat Kevin semakin banyak dikagumi banyak perempuan yang lebih dari Natasya.
Lalu kenapa Kevin lebih memilih Natasya dibandingkan perempuan cantik lainnya?
"Jorok," ujar Natasya melihat Kevin yang menggigit sedotannya dan sedikit mengangkatnya dari gelas cowok itu.
"Jorok darimana?"
"Ya jorok aja,"
"Kayak gini gak jorok,"
Natasya menghela napas panjang. "Jorok. Udah pokoknya lo salah, lo jorok."
Kevin menggeser gelasnya. Ia memajukan tubuhnya untuk lebih dekat dengan Natasya. Kedua tangan cowok itu dilipat di atas meja.
"Salah gue apa?" tanya Kevin dengan raut wajah tengilnya.
"Banyak,"
"Sebutin," tantang Kevin.
"Gak bisa. Terlalu banyak," ujar Natasya masih kukuh. "Cowok itu, kan, selalu salah. Itu artinya salah lo banyak."
Kevin tertawa receh. Cowok dengan potongan rambut undercut itu menggeleng-gelengkan kepalanya. Menyentil kening Natasya pelan.
"Mana ada cowok selalu salah? Bukannya cewek yang salah terus?" ujar Kevin yang mana membuat alis Natasya naik sebelah.
"Asumsi darimana coba?"
"Belum pernah denger kisah Nabi Adam, ya?"
"Hah? Apa hubungannya?"
"Adam keluar dari surga karena kesalahan siapa?" pancing Kevin.
"Ha-hawa,"
"Nah berarti yang salah sejak dulu emang selalu perempuan." kata Kevin mutlak lalu kembali memainkan sedotannya.
Natasya membulatkan matanya dengan mulut yang sedikit terbuka. Natasya tidak percaya bahwa Kevin akan menjawab seperti itu. Tawa Natasya terdengar tiba-tiba ditelinga Kevin membuat cowok bersweater hitam itu mengangkat kepalanya. Memperhatikan Natasya yang sedang tertawa kecil dengan gelengan-gelengan kepalanya.
Kedua sudut bibir Kevin terangkat melihat Natasya. Sejak mengenal Natasya, Kevin terus penasaran. Melihat kekosongan dimata Natasya membuatnya ingin tahu keadaan perempuan itu. Melihat sudut bibir yang tidak pernah terangkat itu membuat Kevin berusaha dalam hatinya. Ia akan selalu mendengar suara tawa dan melihat senyum Natasya terbit.
*****
"Kemarin gue ke kebun binatang," ujar Nevan disela-sela permainan UNonya di atas meja kantin sekolah. Cowok itu baru saja menguarkan angka 1 berwarna merah.
"Siapa?" tanya Kevin.
"Gue,"
"Yang nanya, setan!" sahut Kevin nafsu. Cowok itu tertawa bersamaan dengan Fadli seraya bertos ria.
"Bangsat yah, Anda." Nevan memukul kepala Kevin menggunakan botol tupperware yang ia bawa. "Gue kemarin ke kebun binatang liat kembaran lo, Vin."
"Siapa? Merak?"
"Kok merak?" Nevan membeo.
"Soalnya merak indah. Kayak gue," sahut Kevin percaya diri.
"Sinting!" maki Fadli.
"Gila emang lo," tambah Nevan. "Gue kemarin liat kembaran lo. Si kera."
"Oh, maksud lo liat diri lo sendiri, Van?" kata Kevin begitu tenang yang mana kembali mendapatkan pukulan dari Nevan. "Sialan lo!"
"Gue liat kera, tapi keranya aneh," ujar Nevan lagi tetap melanjutkan ceritanya.
"Aneh gimana? Takut liat lo?" tanya Fadli tak berdosa.
"Gue geplak pala lo, Dli," ujar Nevan menahan emosinya sejak tadi. Sahabatnya memang tidak ada yang memiliki otak bener. "Gue liat kera, tapi keranya cuman diem aja di lantai."
"Lagi sakit kali," jawab Fadli asal.
"Bukan," ujar Nevan lagi.
Kevin dan Fadli saling tatap. Keduanya seakan memiliki perasaan yang tiba-tiba tak enak. "Terus?"
"Soalnya yang gue liat itu KERAmik," Nevan langsung tertawa kencang dengan tangan memukul-mukul meja kantin membuat orang-orang di dekatnya menoleh. Fadli dan Kevin sudah buru-buru lebih dulu pura-pura menyembunyikan wajah mereka seolah-oleh tak mengenal Nevan.
"Bangsat malu-maluin ya lo, Van," ujar Kevin kesal. Ia menoyor kepala Nevan cukup keras. Cowok itu maish tertawa sendiri dengan humor yang dibuatnya.
Fadli geleng-geleng kepala. Matanya melihat ke arah Devi dan juga Natasya yang sedang berjalan bersama menuju kantin. Fadli melambaikan tangannya ke arah mereka yang mana membuat Kevin ikut menoleh dan menatap yang dilihat Fadli.
"Sini," ujar Fadli pada Devi dan Natasya. Kedua perempuan itu menurut meski Devi harus sedikit memaksa Natasya lebih dulu. Devi tahu Natasya malas bertemu Kevin.
Natasya duduk tepat di depan Kevin. Sementara Devi duduk di sebelahnya dan juga sebelah Fadli.
"Mau pesen apa?" tanya Fadli pada Devi penuh kelembutan.
"Nggak perlu. Udah makan kok. Cuman mau temenin Natasya," ujar Devi melirik Natasya.
"Lo belum makan, Sya?" tanya Kevin menatap Natasya yang hanya diam sejak tadi. Perempuan yang rambutnya diikat satu itu menatap Kevin kemudian menggeleng. "Makan dulu. Mau gue pesenin?"
"Gak perlu," ujar Natasya dingin.
"Gue pesenin. Mau makan apa?"
"Gue bilang gak perlu!"
"Ego banget," ujar Kevin membuat meja kantin mereka mendadak hening. Natasya juga sedikit tersentak mendengar itu. Kevin tidak pernah berbicara dengan nada seserius itu. Kevin bangkit dari tempatnya menuju stand makanan. Namun sebelum berjalan, tangan cowok itu lebih dulu dicekal Natasya.
"Gue gak begitu laper. Nanti aja makannya," kata Natasya sedikit memaksa Kevin. Menatap cowok itu agar melunak.
"Ih, itu Natasya seriusan sama Kevin?"
"Lah? Masa iya sih tuh cewek sama Kevin?"
"Cewek jenis introvert kayak dia gak mungkin bisa sama Kevin."
"Udah dipakai tuh paling sama Kevin. Makanya mereka mau."
Baik Natasya maupun Kevin dan semua teman-temannya terkejut mendengar itu. Kevin menepis tangan Natasya sedikit kasar. Cowok berbadan jangkung itu berjalan dengan raut wajah menahan amarah menuju meja kumpulan para cowok yang tak begitu jauh dari tempatnya.
Seisi kantin mendadak hening saat Kevin segera melayangkan pukulan pada wajah Alvaro. Cowok yang memang tidak begitu bersahabat baik dengan Kevin akibat basket. Kevin menarik kerah seragam Alvaro yang sudah tersungkur di lantai.
"Anjing mulut lo, Al!" ujar Kevin marah dan kesal bercampur menjadi satu. "Lo sekolah tapi kayak gak di sekolahin. Sampah!"
Alvaro mendorong bahu Kevin begitu kuat. "Apa? Kenapa lo marah? Apa yang gue ucapin tadi bener? Natasya dipake paksa sama lo, kan?"
Kevin kembali maju. Memberikan satu pukulan di rahang Alvaro. Seisi kantin penuh dengan teriakan heboh dari banyak orang melihat perkelahian itu.
"Bangsat lo, Al!"
Natasya hendak maju menghampiri Kevin. Namun tangannya ditahan oleh Devi, Fadli, dan juga Nevan. Mereka bertiga sama-sama menggeleng ke arah Natasya.
"Jangan, Kevin kalau udah marah kayak gitu hilang kendali." Kata Nevan mendadak serius. Cowok itu sudah berteman lama dengan Kevin. Hingga tau bagaimana Kevin kalau marah.
"Terus lo biarin dia berantem gitu aja? Biarin dia luka, hah? Sinting!" ujar Natasya marah.
"Sya, lo ke sana pun malah bahaya," kata Devi menahan tangan Natasya.
Natasya menggeleng cepat. Ia tak bisa membiarkan perkelahian itu terus terjadi. Semua orang di sana hanya diam menatap dan beberapa dari mereka merekamnya. Dari pihak Kevin ataupun Alvaro sama sekali tak ada yang berniat membantu. Natasya tidak bisa diam saja. Perempuan itu menepis tangan Devi.
Kevin terus memberikan bogeman kepada Alvaro di keningnya, rahang dan juga perut. Begitupun dengan Alvaro yang terus membalas pukulan Kevin ke wajah cowok itu.
Langkah kaki Natasya berlari menuju Kevin. Dengan segala keberaniannya, Natasya berteriak menghentikan perkelahian itu dengan diakhiri pelukan dari Natasya dari belakang tubuh Kevin yang membuat cowok itu seketika berhenti. Tersentak kaget dengan pelukan dari belakang tubuhnya yang begitu erat.
"Tolong, jangan berantem. Gue gak mau liat. Gue gak mau Lo luka, Kevin." Kata Natasya memejamkan matanya dengan tangan yang memeluk tubuh Kevin begitu erat.
— Impression —
TBC.
Haii, gimana kabarnya?
Maaf ya selalu lama update:(
Semoga bisa next cepet (aamiin)
Spam komen dan vote biar gak sider.
Kasih tau ya kalau ada typooo
Follow
Wp.rastory
Rahmatrnsrii
Next lagi kapan?
*Jangan lupa mampir ke ceritaku (Destiny) ya!❤️
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top