Impression - 10

Suasana UKS yang begitu tenang dan senyap membuat siapapun mungkin akan mengantuk jika berada di dalam sana. Ditambah dengan AC yang membuat ruangan semakin sejuk.

Kevin yang sejak tadi berada di UKS terkejut ketika Nevan datang dengan menggendong seorang cewek dan membawanya pada tempat tidur di sebelah Kevin. Ia mengerutkan keningnya ketika mengenal siapa cewek yang dibawa Nevan.

Cowok yang seragamnya sudah berantakan itu turun dari tempatnya dan menghampiri Nevan serta Natasya. Ia menatap Natasya sekilas melihat wajah gadis itu sedikit pucat. Padahal seingat dirinya, sewaktu di perpustakaan Natasya terlihat baik-baik saja.

"Natasya kenapa?" tanya Kevin pada Nevan.

"Pingsan tadi di dekat loker. Untung ada gue," jawab Nevan bangga.

"Lo yang bikin dia pingsan ya?" tebak Kevin sampai membuat Nevan memukul kepala temannya itu karena sudah menuduh sembarangan.

"Lo pikir gue apain Natasya sampai dia pingsan." sahut Nevan kesal.

Sudah hampir satu jam Natasya menutup matanya. Kevin masih setia menunggu gadis itu sadar. Untung saja Kevin memang sedang izin pada guru di kelasnya karena alasan sakit. Padahal sebenarnya Kevin akan tertidur di UKS karena semalam ia begadang sampai hampir pagi.

Natasya sendiri pun sudah Kevin beritahu keadaannya pada teman cewek itu. Alhasil membuat Devi mengizinkannya. Cewek itu tidak bisa menunggu Natasya karena sedang ada ulangan harian.

Mata Natasya perlahan terbuka. Penglihatannya sedikit kabur. Kepalanya juga masih sedikit pusing. Namun tidak separah tadi. Cewek itu menatap Kevin yang berada di sampingnya dengan senyuman tipis khas cowok itu.

"Udah sadar?" tanya Kevin.

"Menurut lo?"

Kevin tersenyum. "Gue pikir setelah pingsan gak akan jutek."

"Nevan mana?" tanya Natasya pada Kevin yang mana membuat cowok itu malah mengerutkan keningnya.

"Kenapa nanyain Nevan? Lo gak suka sama dia kan?" Kevin malah bertanya balik dengan nada kesal yang tersirat dalam ucapannya.

"Gak lah!" jawab Natasya tegas. "Gue mau bilang makasih sama dia."

"Nanti gue aja yang bilangin." kata Kevin hingga membuat Natasya mengangguk mengiyakan.

Kevin bangkit dari tempat duduknya. Cowok itu berjalan ke arah tempat penyimpanan minum. Ia mengambil 2 botol air mineral dan langsung memberikan yang satunya pada Natasya. Kevin juga membantu Natasya untuk membuat posisi cewek itu menjadi duduk.

"Perasaan waktu di perpus lo masih baik-baik aja," kata Kevin. Ia bersandar pada kursinya dengan sebelah tangan yang dimasukkan ke dalam saku celananya. Sementara yang satunya memegang botol minuman.

"Gak tau. Mendadak pusing," jawab Natasya setengah berbohong. Sebenarnya di perpustakaan juga Natasya sudah mulai merasa pusing. Namun ia mengira hanya pusing biasa.

"Lo tau gak sih gue gak pernah ngerasain pingsan," kata Kevin. Natasya mengerutkan keningnya. Betapa tidak pentingnya informasi cowok itu.

"Terus gue harus apa kalau tau lo belum pernah pingsan?"

"Lo harus jadi cewek gue biar gue bisa ngerasain pingsan,"

"Sinting!" umpat Natasya membuat Kevin terkekeh pelan.

Keduanya kini terdiam. Dalam hatinya Natasya menggerutu kesal karena Kevin tengah menatapnya begitu intens. Jujur saja, kini Natasya bukannya sedang salah tingkah. Tapi ia tidak tau harus bereaksi apa jika seseorang menatapnya dengan pandangan penuh seperti ini.

Jika Devi yang menatapnya mungkin ia akan memukul temannya itu. Karena Natasya takut ada kelainan pada Devi. Namun jika teman jauhnya atau cowok seperti Kevin, Natasya tidak tau harus bereaksi apa.

Natasya berdeham sebentar sebelum berkata, "Lo gak masuk kelas apa?"

"Gue izin," jawab Kevin tanpa mengalihkan pandangannya.

"Bukan karena gue kan lo jadi izin masuk kelas?"

Kevin terkekeh pelan mendengar pertanyaan Natasya. Ia menyentil kening cewek itu. "Kalau karena lo kenapa?"

"Gue bakalan usir lo," jawab Natasya cepat.

"Berarti kalau bukan karena lo, gue dibiarin temenin lo?"

"Gue bakalan tetap usir lo,"

"Lo suka banget ngusir orang?"

"Ya kalau orangnya kayak lo gue suka-"

"Lo suka gue?"

"Gue suka ngusir!" ucap Natasya kesal. Ia memukul kepala Kevin.

"Bahkan lo lagi sakit pun tetap mukul gue," keluh Kevin mengusap kepalanya. "Terhitung ini kelima kalinya lo mukul gue."

"Ya seenggaknya lo gak sampai amnesia karena gue pukul," ujar Natasya kalem.

"Kenapa kalau gue amnesia? Lo gak mau gue lupain?" kata Kevin ditambah seringaian menggoda dari cowok itu. Rasanya Natasya ingin sekali melenyapkan Kevin jika saja ia mempunyai kelima batu yang ada pada film Marvel.

"Ternyata akibat dari pukulan gue bukan amnesia, tapi otak lo jadi makin gila!" umpat Natasya kasar.

Kevin tertawa. Cowok itu mendekatkan dirinya pada Natasya. Ia menatap Natasya seperkian detik. Kemudian Kevin mengacak-acak rambut Natasya hingga pemiliknya terdiam sebentar.

"Cepet sembuh. Pulang sekolah gue anterin. Sekarang gue kantin dulu," kata Kevin kemudian menghilang setelah berjalan keluar ruangan UKS.

Sementara Natasya terdiam menatap pintu yang sudah kembali tertutup.

"Apa yang bikin dia yakin gue mau pulang bareng sama dia?"

*****

Kevin mengambil air mineralnya yang ada di meja. Cowok yang seragamnya sudah berantakan itu kini berada di kantin karena ia sangat merasa lapar. Ini semua karena dirinya belum makan sejak istirahat pertama tadi.

Kevin terlonjak kaget karena tepukan keras dikedua bahunya. Ia memejamkan matanya menahan kesal. Lehernya ia gerakkan menoleh ke samping dan mendapati Nevan serta Fadli yang kini sudah duduk di sebelahnya.

"Lo berdua ngapain ke sini?" tanya Kevin pada keduanya. Sebenernya ia ingin memaki Nevan karena membuatnya terkejut. Namun rasa penasarannya lebih besar kenapa kedua temannya bisa berada di kantin.

"Ya lo pikir kita bakalan biarin Lo bolos sendirian?" sahut Nevan tersenyum miring.

"Gue gak bolos ya!" kata Kevin memberi peringatan. "Gue kan emang sakit."

"Sakit kok bisa modusin Natasya," balas Nevan tertawa geli. Ia jadi teringat kejadian di UKS sewaktu dirinya mengantar Natasya yang tengah pingsan. Kevin malah modus memegang tangan Natasya dengan erat kala itu. Waktu dimarahi Nevan, cowok itu malah membalasnya seperti ini, "Nih cewek kalau bangun bisa ngamuk gue pegang tangannya."

"Gue jagain, bukan modus," kata Kevin tak mau kalah. "Jadi kebohongan apa yang bikin guru di kelas ngizinin lo berdua bolos?"

"Bilang aja Kevin lagi butuhin kita di UKS," ujar Nevan tersenyum bangga karena berhasil keluar dari kelas.

"Dan jangan lupain betapa gelinya waktu lo godain Bu Rina," timpal Farel.

"Kalau gue gak godain Bu Rina mungkin kita gak ada di sini." balas Nevan malah tertawa. Wajahnya seperti tak memiliki salah.

Kevin sendiri menggeleng-gelengkan kepalanya karena tak habis pikir dengan kelakuan kedua temannya. Apalagi dengan Nevan. Cowok itu sering kali menggoda guru muda cantik di sekolah. Sampai-sampai pernah Bu Rina tidak masuk kelas karena sudah jengkel pada Nevan.

"Natasya udah siuman?" tanya Farel sedikit serius.

"Sudah. Makanya gue ke kantin," jawab Kevin lalu meminum sisa air miliknya.

"Natasya kenapa ya bisa sakit? Waktu gue ketemu di loker wajahnya pucat," kata Nevan mengingat kejadian di loker beberapa jam yang lalu.

"Kebanyakan belajar kali, dia jarang istirahat jadinya," sahut Farel sedikit masuk akal.

"Mungkin," Kevin menimpalinya. Cowok itu mengusap-usap dagunya. Wajahnya terlihat sangat serius. "Saking kebanyakannya belajar dia sampai gak sempat nyobain aplikasi TikTok pakai lagu Mamah muda."

*****

Devi menggerutu kesal. Gadis itu dengan perasaan terpaksanya membawa tas milik Natasya. Jam pelajaran sudah dibubarkan semenjak sepuluh menit yang lalu. Namun Devi baru saja akan ke UKS sekarang karena ia tidak mau melihat keramaian koridor. Terlebih koridor kelasnya dapat terhubung dengan area kelas 12.

Pintu UKS tertutup rapat seperti biasanya. Devi membukanya dan katanya memutar bola mata malas. Baru juga sampai di UKS namun ia sudah melihat Kevin tengah duduk di atas kasur yang Natasya tempati. Sepertinya gadis itu sudah baik-baik saja.

"Tas lo," kata Devi lalu menyimpan di lantai dan ia memilih duduk untuk istirahat.

"Makasih, Dev," sahut Natasya yang diangguki Devi.

"Lo ngapain masih di sini? Sana sama Farel aja," usir Kevin yang mana membuat Devi berdecak sebal.

"Lo sendiri ngapain di sini? Sama Nevan aja sana," balas Devi tak mau kalah.

"Gue sih jelas nunggu Natasya. Dia mau balik sama gue," kata Kevin begitu percaya diri.

"Lo pikir gue mau pulang sama lo?" Natasya ikut menyahut. Ia menatap Kevin tajam.

"Sabar ya." Devi tertawa melihat raut wajah Kevin yang tertekuk. Cowok itu nampaknya tengah bersabar menghadapi sikap Natasya yang terlalu dingin padanya.

Kevin sendiri melirik Devi tajam. Cowok itu kini menatap Natasya. Walaupun Natasya bersikap dingin padanya, namun Kevin akan tetap berjuang untuk Natasya. Sejak pertemuan awalnya, Kevin sudah sangat penasaran pada cewek itu.

Dilihat dari manik matanya yang berwarna coklat, kulit putih bersihnya serta rambut panjang berwarna hitam itu membuat Kevin jatuh pada gadis berbulu mata lentik itu. Jujur saja, Kevin awalnya sangat ragu untuk mendekati Natasya. Namun sikap cewek itu yang membuat Kevin semakin penasaran.

Kevin sendiri awalnya tidak percaya dengan istilah love at the first sight. Namun ketika bersama Natasya, ia  sendirilah menjadi korban dari kalimat itu.

"Lo pulang duluan aja sana," usir Natasya membuat Kevin tersadar. Cowok itu menatap Natasya tepat di manik matanya.

"Lo pikir gue akan nurut?"

"Yaudah lo tinggal di UKS aja." sahut Natasya tak ambil pusing. Ia mulai memakai sepatunya yang sempat dilepas. Ntahlah Natasya tidak tau siapa yang melepas sepatunya.

Kevin menghela napasnya pelan. Ia membantu Natasya untuk berdiri dari tempatnya. Cowok itu memegang bahu Natasya dengan mata yang tak lepas dari wajah Natasya.

"Kenapa liatin gue? Suka?" tanya Natasya cuek. Ia memandang Kevin dengan tatapan datarnya.

"Gue udah suka sama lo sejak lama. Bahkan gue udah ngakuin perasaan gue. Lupa?" kata Kevin bertanya balik.

Suasana UKS yang semulanya tenang itu kini menimbulkan rasa canggung diantara keduanya. Devi yang semenjak tadi memperhatikan Natasya dan Kevin juga ikut merasa canggung. Ia tidak tahu harus bersikap seperti apa.

Natasya sendiri juga bingung. Biasanya ia akan membalas ucapan Kevin dengan perkataan kasarnya. Namun untuk kali ini ia memilih diam. Ntah karena terlalu lelah atau tidak tau harus merespon apa.

Kevin menepuk-nepuk kepala Natasya membuat ekspresi cewek itu seketika berubah. Ia menatap Kevin dengan tatapan tajamnya.

"Gue belum keramas seminggu!" ujar Natasya asal.

Kevin memalingkan pandangannya. Ia berpura-pura membersihkan tangannya. "Jorok banget ya lo jadi cewek."

"Ya gak papa. Biar lo berhenti ganggu gue," kata Natasya begitu santai.

"Sayangnya gak ngaruh untuk gue." jawab Kevin tak kalah santai. Hal ini membuat Natasya menghela napasnya pasrah.

Devi sendiri dalam hatinya menggerutu kesal. Ia mengumpati Natasya dan Kevin karena telah membuat dirinya menjadi obat nyamuk. Keduanya itu seperti tidak menganggap dirinya ada di sini.

"Lo berdua bisa gak sih anggap kehadiran gue?" kata Devi sinis.

"Sorry Dev. Lo gak keliatan soalnya," balas Kevin tak berdosa. Kevin menepuk-nepuk kepala Devi sampai membuat cewek itu menyentak tangannya kasar.

"Gak usah sentuh-sentuh," kata Devi ketus.

"Buset gak Natasya gak lo sama aja ketusnya." ujar Kevin tak habis pikir.

Baik Devi maupun Natasya sama-sama tidak membalas perkataan cowok itu. Keduanya kini berjalan bersamaan keluar dari UKS. Kevin yang ditinggal hanya bisa menghela napasnya pasrah. Ia tetap mengikuti kedua cewek itu dengan berjalan di belakang mereka. Kevin berusaha sabar karena merasa dirinya tak dianggap.

Melihat Natasya yang akan berjalan ke gerbang sekolah membuat Kevin menahan pergelangan tangan cewek itu. Natasya membalikkan badannya. Ia menyentakkan tangan Kevin. Namun tak berhasil. Cengkraman cowok itu terlalu kuat.

"Apaan si gue mau pulang!" kata Natasya masih berusaha melepaskan tangan Kevin.

"Pulang sama gue," balas Kevin. Ia melirik Devi yang hanya diam menatap mereka. "Lo telpon aja Farel. Dia masih di sekolah. Lo pulang sama dia aja sana."

Devi sendiri mencibir perkataan Kevin. Ia menoyor kepala Kevin. "Awas ya sampai Natasya kenapa-kenapa!" kata Devi memperingati Kevin.

"Tenang. Gue pasti jagain calon jodoh," balas Kevin tertawa.

"Your eyes!" Devi kembali menoyor kening Kevin. "Gue duluan Sya. Hati-hati!"

Natasya mendengus kesal menatap punggung Devi yang kian menjauh. Ia kini melirik Kevin yang tengah tersenyum padanya. Gadis itu masih berusaha melepaskan cengkraman Kevin yang masih terasa kuat.

"Lepas. Sakit," kata Natasya beralibi.

"Kalau dilepas lo kabur," balas Kevin. Ia tak mungkin membiarkan Natasya lari darinya dan cewek itu pulang sendirian. Natasya memang sepertinya tidak terlalu sehat membuat Kevin merasa khawatir pada cewek itu.

"Gue gak bisa kabur. Perut gue lagi sakit soalnya," balas Natasya jujur. Tangan kirinya yang terbebas memegang perutnya. Wajah Natasya pun dibuat seperti orang kesakitan.

"Lo bercanda?"

"Gue beneran sakit perut Vin! Tiba-tiba aja,"

"Ya udah balik sekarang. Lo kayaknya mau lahiran," ujar Kevin seenak jidat yang mana malah membuat Natasya kesal pada cowok itu.

"Lo kira gue cewek apaan?!" balas Natasya ketus. Amarahnya semakin naik.

"Yaudah ayo ke parkiran."

Natasya dan Kevin berjalan beriringan. Tangan Kevin kini sudah tidak memegang lengan Natasya lagi. Dan sepertinya Natasya memang jujur tidak akan lari darinya. Kevin tersenyum senang karena untuk kali ini ia tidak perlu berusaha keras untuk membujuk Natasya.

"Gak ada helm dua. Gak papa?" tanya Kevin menatap Natasya yang wajahnya terlihat kesakitan.

Natasya mengangguk lemah. "Gak papa. Cepetan gue mau sampai rumah segera mungkin."

Kevin tersenyum miring. Ia mengangguk dan memakai helmnya. Namun dahi cowok itu berkerut ketika melihat sesuatu hal aneh saat Natasya membalikkan badannya tadi. Rok Natasya terlihat kotor.

"Sya, rok lo dicat ya?" tanya Kevin penasaran yang mana malah membuat Natasya mengerutkan keningnya heran. "Belakang rok lo kotor. Kayak ada bercak-"

Spontan Natasya langsung melirik area belakang roknya. Cewek itu memejamkan matanya. Ntah malu atau kesal karena Kevin malah bertanya padanya. Pantas saja hari ini ia sangat pusing dan perutnya tiba-tiba sakit.

Tanpa pikir panjang, Natasya langsung mengambil jaket milik Kevin yang berada di atas motor cowok itu dan mengikatnya ke area pinggang agar menutupi bagian belakang roknya. Sementara Kevin, cowok itu kini malah memandang Natasya dengan menahan tawanya ketika sudah mengerti keadaan.

"Kenapa?" tanya Kevin dengan sebelah alis yang terangkat. Cowok itu sengaja menggoda Natasya yang wajahnya tengah memerah.

"Pulang sekarang!"

"Kayaknya gue harus temuin Nevan dan Farel. Jadi-"

"Kevin antar gue pulang!"

"Sya-"

"Gue akan nurut untuk satu permintaan lo nanti!"

"Oke. Kita pulang sekarang!"

*****

Dalam perjalan pulang, Kevin terus saja mengembangkan senyumnya. Ia selalu mencuri pandang dibalik kaca spion motornya untuk menatap wajah Natasya yang terlihat sangat kesal.

Natasya turun dari motor Kevin ketika mereka berdua sudah sampai tepat di depan rumah Natasya. Cewek itu menatap Kevin dengan tatapan kesal. Kemudian Natasya berbalik menuju ke dalam rumahnya. Namun panggilan Kevin membuat langkah cewek itu terhenti.

"Soal tadi-" Natasya menggelengkan kepalanya cepat. Ia tidak mau mendengar perkataan Kevin. Cowok itu pasti akan mengejeknya.

"Gak usah dibahas!" balas Natasya kesal.

"Bahas apaan?" tanya Kevin pura-pura bodoh.

Natasya berdecak kesal. "Bahas kejadian tadi."

Kevin tersenyum miring. Cowok itu menaikkan sebelah alisnya. Ia terkekeh pelan sebelum berkata, "Gue cuman mau ingetin lo tentang janji Lo sendiri."

"Janji gue yang mana?" tanya Natasya bingung.

"Lo ngomong belum sampai satu jam yang lalu Sya," kata Kevin sedikit gregetan. "Lo akan nurut sama satu permintaan gue. Lo lupa sama ucapan sendiri?"

Natasya menghela napasnya pasrah. Ia merutuki dirinya sendiri karena sudah salah dalam berbicara. Cowok itu pasti akan macam-macam!

"Apa mau lo? Gak usah aneh-aneh!" kata Natasya.

"Gue mau pikir-pikir dulu. Kesempatan langka soalnya," kata Kevin pura-pura serius. "Nanti gue hubungin lo."

"Terserah," balas Natasya tak peduli. Cewek itu terdiam sebentar sebelum kembali berkata, "Makasih udah anterin gue pulang dan gak bahas yang tadi."

Kevin tersenyum senang. Cowok itu mengangguk. Melihat Natasya yang sudah kembali berjalan membuat Kevin kembali memanggilnya untuk menahan cewek itu.

"Sya gue mau pakai jaket gue,"

"Kevin!" Cowok itu malah tertawa keras. Kemudian ia memilih menjalankan mesin motornya dan berlalu dari rumah Natasya.

Natasya menghela napasnya kesal. Getaran di saku roknya membuat Natasya mengambil ponsel miliknya. Cewek itu mengernyitkan keningnya melihat nomor yang tidak dikenalnya.

Dari : +62 8** **** ****
           Natasya.
           Ini Danial. Kamu apa kabar?

Detik itu juga Natasya terdiam. Badannya terasa kaku.  Bukan karena isi pesan. Melainkan si pengirim pesan singkat itu.

TBC

Siapakah Danial? Tebak-tebakan yuk🙈

Next lagi kapan?

See u👋

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top