1. Terburu-buru
Ada yang bilang kalau melakukan sesuatu sesuai jadwal dan benar-benar tepat seperti jadwal itu bisa membuat hati senang. Lupa kata siapa. Namun sebagian orang merasa begitu. Sebagian lainnya malah mulai bosan.
Hari-hari Acha mana pernah terjadwal sih? Namun semuanya masih berjalan sesuai rencananya dan masih tetap urut seperti biasanya. Paling dia hanya akan terburu-buru dan membuat beberapa hal malah jadi lebih kacau. Untungnya Acha masih bisa memperbaiki beberapa hal akibat ulahnya.
Dimulai dari pagi, mau bangun seawal apapun, pasti ada saja yang akan menghambat pekerjaan rumahnya dan kembali membuatnya terburu-buru untuk datang ke sekolah. Kalau untuk hari ini, gara-gara ia kehabisan gas untuk memasak. Ibunya masih repot mengurus dua anak yang sering dikira Acha sebagai titisan setan. Kalau ayahnya sih, mana pernah ikut repot soal urusan dapur dan anak kecil. Bangun-bangun bisa santai lalu mandi, berdandan sok keren, menunggu ibu merapikan dasinya, dan berangkat menuju tempat yang disebut-sebut sebagai kerja rodi moderen.
Setelah terburu-buru bersiap sampai keluar pintu apartemennya, Acha harus tabah lagi menunggu seseorang yang repot-repot membawa kardus panjang sampai menutupi tangga di pagi-pagi buta. Iya, pagi-pagi buta, matahari memang belum terbit. Sengaja ia berangkat di jam segini karena tahu kutukan ini dan tidak mau mengambil resiko terlambat.
Di kereta bisa terburu-buru? Bisa. Meskipun ia hanya duduk diam, tapi rasa panik dan ingin segera sampai membuatnya frustasi. Ingin melakukan sesuatu agar ia bisa lebih cepat malah membuatnya tidak tenang. Namun ia sudah melakukan ini selama hampir beberapa bulan terakhir. Acha pikir ia sudah bisa mengendalikan emosinya yang ini.
Begitu tiba di stasiun, Acha setengah berlari untuk keluar dan menunggu lagi di halte. Baru ia sadari kalau matahari ternyata sudah terang. Acha menggoyangkan kakinya karena semakin panik. Begitu di dalam bis, Acha kembali mengulang apa yang ia lakukan dan rasakan saat di kereta.
Ah, sial. Mataharinya jelas sudah terang benderang sekarang. Jalanan jadi semakin ramai ketimbang saat ia akan menuju stasiun tadi. Menjadi lebih berisik dan semakin lambat untuk maju. Acha mengibaskan tangannya sambil menoleh kanan kiri ke arah jendela yang menampakkan kendaraan yang berjejer. Takut ia tidak akan sempat dan akan terlambat.
Mungkin semua orang akan bertanya kenapa ia harus repot-repot melakukan hal ini setiap pagi. Memberikan satu-satunya jalan alternatif adalah tidak perlu masuk ke sekolah itu. Banyak sekolah lain yang mungkin juga tidak begitu sulit masuknya tapi tetap memberikan kesempatan bagus untuk masuk ke sekolah menengah selanjutnya. Namun Acha sudah bertekad, ia memilih sekolah yang kini sedang ia tuju karena tempat itu menyenangkan. Berbeda dengan sekolah lain saat ia mencari rekomendasi di internet sejak mendekati kelulusannya beberapa bulan lalu. Dengan sistem yang bagus dan menyenangkan, Acha merasa akan mendapatkan pengalaman seru di awal masa remajanya.
Begitu tiba di halte yang tak jauh dari sekolahnya, Acha berlari dengan kecepatan penuh. Berharap kalau ia bisa melayang jadi tidak akan membuat nafasnya tersendat begini. Peluh sudah membahasi dahi dan leher sejak ia menunggu di bis. Sekarang ketiaknya ikutan basah gara-gara berlari.
Acha melompat di langkah-langkah terakhirnya menuju gerbang sekolah. Matahari tiba-tiba saja terasa sudah panas, seolah menakutinya kalau hari sudah siang dan ia akan terlambat. Gerbang besar itu masih terbuka lebar saat akhirnya muncul di depan mata Acha. Namun kemudian sosok pria dengan baju hitamnya melangkah menuju tepi gerbang.
Sial, sial, sial. Acha mengumpat sambil mempercepat larinya dan mencoba mengambil ancang-ancang melompat. Rasanya panas matahari sudah membakar kepalanya. Acha menutup mata saat mendekati gerbang, memilih melompat tanpa ingin tahu sempat atau tidak, berharap dengan segala hal yang bisa ia pertaruhkan agar tidak terlambat.
Setelah merasakan tubuhnya menghantam tanah, Acha membuka mata. Melihat ia sudah berada di area sekolah dimana pada siswa-siswi lain bersiap masuk ke kelas masing-masing. Acha tersenyum lega dan nyaris berteriak girang. Hari ini adalah salah satu dari hari beruntungnya. Meskipun baru beberapa bulan ia sekolah, ia masih belum terlambat sekalipun. Acha tertawa bangga.
Dengan sigap Acha bangun sambil membersihkan seragamnya yang kotor. Baru beberapa langkah menjauhi gerbang, Acha mendengar teriakan sesaat sebelum suara nyaring dari besi berat gerbang ditutup. Oh, ada yang terlambat.
Sosok yang tadi menarik pintu gerbang, menatap dari balik besi. Acha diam menonton dulu sebelum jalan ke kelasnya. Sosok itu mengeluarkan sabit besar yang tergantung di balik jubah hitamnya. Terdengar suara teriakan histeris dan takut, juga penuh dengan penyesalan. Hanya beberapa saat terdengar suara pekikan paling keras yang mungkin pernah mereka lakukan seumur hidup. Kemudian hening. Lalu beberapa saat kemudian terdengar lonceng menandakan siswa-siswi harus sudah berada di kelas masing-masing.
Tuh kan, gara-gara keasikan menonton. Acha jadi harus terburu-buru lagi untuk masuk ke kelas. Ia berlari cepat sambil setengah melompat. Ia masuk ke kelas setelah hampir menabrak pintu. Begitu melihat tampangnya, beberapa anak bersorak kalau ia tidak terlambat meski masuk kelas paling akhir selama beberapa bulan ini. Menganggap itu sesuatu yang luar biasa. Acha hanya terkekeh menerima lontaran pujian itu.
Inilah yang membuat sekolah ini menyenangkan. Rasa terburu-buru membuat adrenalinnya terpacu dan itu membuatnya bahagia. Meskipun aturannya jauh lebih ketat dari yang lain, Acha tidak takut. Karena ia tahu ia bisa, dan rasa terburu-buru itu jauh lebih nikmat dari hal apapun di dunia.
Acha tidak takut kepalanya akan dipotong dengan sabit kalau ia masih berada di luar gerbang saat lonceng berbunyi, Acha juga tidak takut ditembak jantungnya kalau ia tiba di kelas sebelum gurunya datang, dan ia juga tidak takut kalau akan dikupas kaki dan tangannya kalau ia terlambat mengumpulkan tugas. Ia akan panik dan terburu-buru lagi, tapi ketika sudah selesai, Acha merasa puas. Mengingat lagi bagaimana rasanya dan merasakan kenikmatan itu.
Ia bisa tenang karena menikmatinya. Karena sekolah ini menyenangkan. Juga istimewa. Karena sekolah ini hanya bisa dihadiri oleh mereka yang akan menua tanpa akan pernah bertemu yang namanya ajal.
*
✦━impetuous headlong rush━✦
*
*
*
NiNi
Njir, hampir telat aku tadi 😭
08.34
Heroin(e)
Salahnya ngancurin dapur dulu
08.35
NiNi
Gasnya abis, bangke 😡
08.41
Kecap Ban Go
Hampir, untung kgk dibunuh satpam ma BK
10.12
ME
Kek nya seru bunuh-bunuhan
11.14
NiNi
Iya, BK juga ikutan jaga. Percuma siap-siap pagi-pagi, pasti kesiangan
11.20
Gelang Alit
Seru nenekmu
11.58
Heroin(e)
Tapi bagus bunuh-bunuhan
12.05
ME
GASKEUN :v
12.08
Kecap Ban Go
U son of a bitch, I'm in
12.10
Chaicha
Nyimak
12.10
Ichacha
Nyimak (999)
12.13
Ken
Kebiasaan cosplay jadi titisan setan gini
12.19
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top