2. Berteman Dengan Sepi


Allah adalah sebaik-baik tempatmu berserah diri.
Tempatmu mengadu untuk semua hal yang kau rasa sulit untuk kau jalani.

*******
No Edit!

Seorang laki-laki duduk termenung di atas sajadah, matanya terpejam, sementara pipinya basah oleh air mata. Kedua tangannya menengadah ke atas sebagai wujud penghambaan diri, bahwa ia hanya makhluknya yang lemah dan butuh-Dia lebih dari apapun.

Sudah sekitar setengah jam ia berdiam dalam posisi itu. Saat seperti ini lah yang selalu membuatnya merasa jauh lebih baik. Saat dimana orang lain terlelap dalam mimpi, sementara dia akan bangun, lalu menceritakan segala bentuk keluh kesahnya pada Dzat yang telah memberinya hidup sampai hari ini.

Meski hidup yang ia jalani hanya dipenuhi rasa hampa, sebisa mungkin ia tak akan mengeluh. Walau rasa hampa itu membawanya pada kesepian yang terasa menysakkan dada.

Sudah dua tahun semenjak ibu kandungnya meninggal. Dimas hidup sendiri di rumah dengan dua lantai itu. Rumah yang dibelinya untuk mendiang sang ibu.

Juga rumah yang ia persiapkan untuk keluarga kecilnya nanti. Namun, harapan hanya tinggal harapan. Sebab calon istrinya telah menikah dengan laki-laki lain.

Dimas tak pernah membenci mantan tunangannya itu, karena jauh sebelum Kayla memilih menikah dengan Adit, dirinya tahu betul resikonya kehilangan Kayla cukup besar, mengingat intensitas pertemuan mereka hanya bisa dihitung dengan jari. Belum lagi ketidak pastian yang ia berikan pada wanita itu. Meski Kayla dengan senang hati menunggunya.

Diamas tahu, ia lah yang salah karena terlalu lama mengulur waktunya untuk melamar Kayla, ia yang terus menggantungkan hubungan mereka tanpa kepastian. Ia sibuk bergelut dengan ketakutannya akan sebuah komitmen, sementara ia tak menyadari jika Kayla juga wanita biasa yang menginginkan pernikahan. Dimas menghela napas, menghalau rasa sesak di dadanya. Meski tanpa Kayla, hidupnya harus tetap berjalan.

Lagi pula, Dimas dan keluarga mantannya telah menjadi sahabat dekat, bahkan saudara.

Tak sampai disitu saja, Kayla bahkan telah memberinya dua keponakan yang sangat ia sayangi. Bagi Dimas Kayla adalah segalanya, bukan karena ia pernah mencintai wanita itu, tapi murni perasaan ingin melindungi adik kecilnya.

Seumur hidup, Dimas hanya memiliki Kayla sebagai orang terdekat. Hingga semua cita-cita dan harapan pun mereka selalu membaginya bersama. Dari rasa saling memiliki dan satu nasib lah, akhirnya timbul perasaan ingin selalu melindungi hingga akhirnya mereka berencana menikah.

Lupakan saja soal Kayla, lagi pula ia sudah tak memikirkan masalalunya dengan wanita itu. Yang terpenting bagi Dimas adalah pekerjaannya yang selalu mengharuskan ia fokus. Untuk hal satu itu, ia amat bersyukur. Karena dengan bekerja ia tak akan perduli dengan rasa sepi yang selalu membelenggunya.

Baginya, satu cangkir kopi dan setumpuk berkas kasus-kasus yang harus ia tangani sudah cukup menyita perhatian, maka ia tak perlu repot menyita waktu dengan hal lain termasuk percintaan. Bukan berarti Dimas tak ingin menikah, tentu saja ia ingin, meski jauh didasar hatinya ia masih memiliki sebuah ketakutan. Selain itu ia belum menemukan wanita yang mampu menenagkan kegelisahannya.

Jangan berpikir dia tak laku, sederet rekan kerja wanitanya bahkan mengantri untuk ia lamar.

Dimas melirik jam yang ada di atas nakas yang masih menunjukkan pukul dua dini hari. Laki-laki itu memutuskan bangkit dan berkutat dengan berkas-berkasnya.

Ada kasus pembunuhan yang harus dia tangani hari ini. Penyidikan dan olah TKP, juga beberapa laporan orang hilang. Laki-laki itu terlonjak kaget saat terdengar notifikasi pesan dari ponsel di sampingnya berbunyi. Menghentikan aktifitas sejenak, laki-laki itu meraih benda pipih tersebut. Tertera nama Aqifa di layar.

Aqifa

Assalamualaikum, Mas.
Jangan lupa bangun untuk tahajud.

Dimas hanya tersenyum kecil lalu mengetikkan balasan.

Iya, kamu juga.

Hanya balasan singkat itu yang dikirimnya. Dimas adalah tipe laki-laki yang paling menghindari perhatian wanita jika dirasanya wanita itu terlalu berlebihan. Bukan apa-apa, dia hanya tak ingin disebut PHP.

Untuk kasus Aqifa, wanita berusia dua puluh lima tahun itu juga menaruh hati pada Dimas. Satu kantor bahkan sudah tahu hal itu, sementara Dimas hanya bersikap biasa.

Iya, Mas. Sampai bertemu di kantor.

Dimas hanya membaca pesan itu tanpa berniat membalas.

******

Jam masih menunjukkan pukul enam pagi, laki-laki yang telah rapi dengan baju dinasnya itu, memarkirkan mobil di depan sebuah rumah mewah di kawasan BSD City. Lalu ia turun dan masuk begitu saja tanpa permisi. Seperti telah terbiasa dengan kehadiran laki-laki itu, satpam yang berjaga pun hanya menyapanya dengan senyum.

"Assalamualaikum!" Suara lantangnya di sambut teriakkan girang sepasang anak kecil yang sekarang berlari kearahnya.

"Om Dimas!" teriak dua bocah itu. Sementara Dimas langsung meraih mereka, dan membopongnya sambil berjalan ke arah sepasang suami istri yang sedang menunggu mereka di meja makan. Si istri tersenyum kecil sementara sang suami justru mendengkus.

"Cha-cha angen. Om Dimas mana aja balu muncul?" rajuk gadis kecil bernama Chacha itu dengan nada cedal khas anak-anak.

"Iya, Sayang. Om juga kangen banget sama kalian," kata Dimas, lalu mencium dua pipi bocah itu sebelum mendudukkannya di kursi meja makan.

"Cih, pagi-pagi sudah bertamu di rumah orang. Makannya nikah," ledek Adit pada Dimas yang langsung di hadiahi plototan istrinya.

"Iya ... iya, bela aja terus, Bun," kata Adit dengan nada menyerah. Jika istrinya sudah melotot seperti itu, tandanya ia harus diam. Atau nasibnya harus berakhir tanpa jatah malam.

"Dari pada situ, suami takut istri," Balas Dimas pada Adit.

"Lebih mending aku takut istri, dari pada kamu nggak punya istri. Hahaha," balas Adit disertai tawa menggema. Meski orang-orang di sekitarnya sama sekali tak mengangap itu lucu, dan hanya menatapnya datar.

"Hee ... lawakan Papa kurang lucu, ya?" tanya Adit pada Cha-cha.

"Galing, Pa," jawab gadis kecil itu karena diajari Dimas. Membuat semua orang tertawa, sementara Adit mengerucutkan bibir sebal.

"Awas ya kalau kalian minta mainan sama Papa. Nggak akan Papa kasih." Ancaman Adit sukses membuat dua anaknya melotot dan langsung berlari memeluk sang Ayah.

"Yaaa, jangan, Pa. Kan Papa dah janji beliin mainan baru buat Kakak." Rayu Jovan dengan pupy eyesnya.

"Iya ... maapin Ca sama Kakak," timpal Chacha. Kalau sudah begitu, Adit tak akan tega mengerjai anak-anaknya.

"Ok. Tapi kasih Papa satu kecupan," kata Adit sambil menyodorkan wajahnya. Lalu dua anaknya langsung mengecup pipi sang Ayah.

Di tempatnya, Kayla dan Dimas hanya tersenyum. Menyaksikan pemandangan seperti ini setiap hari, tak menampik jika Dimas pun sangat menginginkan memiliki keluarga kecil bahagia seperti mereka.

"Jadi, Dim. Bagaimana perkembangan hubunganmu dan Aqifa? Kamu sudah melamarnya?" tanya Kayla mengalihkan perhatian.

"Entah lah, aku belum yakin dengan perasaanku."

"Ck, tunggu apa lagi sih, sudah jelas dia menyukaimu." - Kayla menaruh nasi goreng di piring Adit, dan piring Dimas. Lalu menyuruh dua anaknya kembali ke tempat duduk - "kalian sini lanjutkan makan."

"Betul apa kata Kayla, niat baik jangan ditunda-tunda."

"Entah lah. Aku akan memita pendapat Ayah dulu nanti." Ayah yang di maksud Dimas adalah Ayah angkatnya. Pak Baskoro, yang juga atasannya di kepolisian. Sementara dua anak Kayla sekarang baru berusia lima tahun dan tiga tahun.
Setelah itu, mereka memilih sarapan dengan diselingi obrolan kecil.

"Kalau begitu, aku berangkat dulu Kay, Dit. Dan kalian jagoan Om, yang semangat sekolah!"

"Siap, Komandan," jawab mereka kompak. Sambil memberi hormat kearah Dimas.

"Anak pintar." - Dimas bangkit dan mengacak rambut dua keponakannya - "Assalamualaikum!" teriak Dimas sambil mengangkat tangan.

"Waalaikumsalam. Jangan lupa datang ke acara ulang tahun pernikahanku! Awas saja kalu kamu nggak datang, Dim!" teriak Kayla mengingatkan.

"Aku tak janji! Tapi akan kuusahakan!" Balas Dimas dari ambang pintu. Lalu masuk kedalam mobilnya dan melaju menembus jalanan Jakarta.

*****

Hai haii Dimas come back. Seminggu nggak ada kuota. Kangen Wp. Meski selalu eror. Jangan lupa tinggalkan jejak ya. Biar semangat lanjut.

Doakan semoga bisa lanjut sampai tamat. Karena jujur aku buntu banget tentang Dimas. Bikin Outlainnya aja nggak kelar. Dan ini aku nekat updet. Semoga aja hasilnya bagus amiiin.




Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top