Ch. 103 - Meraih Kesadaran
"Tinggalkan aku sendiri."
Taiyang Xia sedang melakukan latihan tertutup saat kabar Taiyang Hai meninggal tersebar jadi dia baru mengetahuinya dua hari kemudian.
Seorang Tetua menunggu di depan lokasi latihan tertutupnya dan langsung mengabarinya setelah Taiyang Xia terlihat.
"Jasad Tuan Muda Hai akan tiba dalam beberapa hari..." Tetua itu menambahkan, sebelum berpamitan dan meninggalkan Taiyang Xia sendirian.
Tetua itu bisa melihat raut wajah Taiyang Xia begitu tenang, bahkan tidak ada perubahan emosi yang terlihat. Tetua itu berpikir Taiyang Xia sama sekali tidak peduli dengan kematian saudara kembarnya.
Taiyang Xia terdiam lama sambil menundukan kepala lalu menuju kediamannya, tidak satu katapun terucap dari mulutnya sampai dia memasuki kamarnya sendiri dan menatap cermin.
"Saudaraku, kita berdua tidak pernah banyak bicara, aku selalu menyimpan rasa bersalah karena membunuh Ibu kita. Kupikir suatu hari, saat aku menjadi yang terbaik, aku bisa membayar semuanya padamu..."
Setetes air mata jatuh dari mata kanan Taiyang Xia, air mata yang tidak pernah orang lain ketahui.
**
Li Hao merasakan sakit yang amat hebat ketika mulai mendapatkan kesadarannya, ini bukan pengalaman pertamanya namun kali ini rasa sakitnya jauh lebih parah. Li Hao meronta pelan, dia merasakan tubuhnya sedang terbaring di atas jerami dan suara hujan deras mengisi udara.
Perlahan Li Hao membuka mata, menemukan atap yang lapuk di atasnya. Dia mendesah kesakitan sambil memeriksa masalah pada tubuhnya.
"Penderma, kau sudah sadar?"
Li Hao masih berusaha mengetahui kondisi tubuhnya saat dia mendengar suara orang lain dan membuatnya sadar dirinya tidak sedang sendiri. Suara itu disusul dengan seorang pemuda berkapala gundul yang memasuki ruang pandang Li Hao.
"Penderma, Apa kau merasa lebih baik?" Pemuda yang tidak memiliki sehelai rambutpun di kepalanya itu meletakan tangannya di kening Li Hao, "Panasmu sudah turun namun kondisimu masih kritis. Penderma, kau keracunan dan membutuhkan pertolongan secepatnya, namun aku tidak bisa memindahkanmu sembarangan atau racunnya akan menyebar lebih cepat."
Li Hao tidak bisa melihat betapa pucat wajahnya saat ini serta bibirnya yang kini berwarna hitam dengan sedikit garis ungu.
Perhatian Li Hao tertuju pada pemuda di hadapannya, tidak satupun kata yang bisa diucapkannya namun setidaknya Li Hao bisa merasakan pemuda ini tidak berniat buruk padanya.
"Namaku Fahai, biarawan dari Thunder Soul Monastery. Aku hanya berniat membantu..." Pemuda itu berpikir mengenalkan dirinya akan membuat Li Hao merasa lebih baik, "Seekor keledai hitam membawamu menuju kuil ini, keledai itu sedang tertidur pulas sekarang karena terlalu kelelahan."
Mengetahui Naga Kecil masih bersamanya serta dalam keadaan baik membuat Li Hao menjadi bernafas lega.
"Terima kasih atas bantuanmu, namaku Li Hao..." Li Hao mengenalkan dirinya namun saat bicara, dia menyadari betapa buruk kondisinya sekarang.
Tidak hanya racun yang bersarang ditubuhnya, Li Hao juga memiliki beberapa tulang yang patah serta luka dalam.
Yang pertama Li Hao lakukan setelah mengenalkan dirinya adalah menggunakan Thousand Poison Art untuk mengurangi kadar racun dalam tubuhnya, pada saat yang sama menggunakan qi unsur kayu dan air untuk mengobati luka dalamnya.
Li Hao memejamkan mata sementara Fahai bisa merasakan qi dalam jumlah yang besar sedang bekerja dalam tubuh pemuda di hadapannya.
Fahai duduk bersila sebelum mulai bergumam sesuatu dalam bahasa yang Li Hao tidak pahami, Fahai berkonsentrasi penuh dalam gumamannya, suara-suara yang dikeluarkannya mengandung qi dan huruf-huruf emas mulai bermunculan dari mulutnya.
Sesaat kemudian tubuh Li Hao terasa hangat, dia membuka sedikit matanya dan menemukan huruf-huruf emas yang keluar dari mulut Fahai mulai masuk ke tubuhnya.
Selain terasa hangat, huruf-huruf itu membuat tubuh Li Hao menjadi bertenaga, Li Hao menebak Fahai juga melakukan hal serupa sebelum dirinya terbangun. Huruf-huruf emas inilah yang membantu Li Hao meraih kesadaran lebih cepat.
Warna hitam di bibir Li Hao mulai berkurang, racun yang menyiksa tubuhnya perlahan menghilang dan berubah menjadi qi yang memperkuat tubuhnya. Huruf-huruf emas yang Fahai keluarkan juga berperan besar dalam situasi ini.
Kondisi Li Hao menjadi lebih baik setelah beberapa saat, setidaknya dia bisa mengubah posisinya menjadi duduk bersila namun masih akan membutuhkan waktu untuk benar-benar membersihkan seluruh racun dalam tubuhnya.
Fahai sebenarnya sedikit terkejut, dia mengetahui racun di tubuh Li Hao tidak mudah ditangani namun dirinya tidak berkomentar banyak saat melihat Li Hao bisa menetralkan sebagian racun itu dalam waktu singkat.
Dalam posisi bersila, Li Hao bisa melihat Naga Kecil yang sedang tertidur pulas di sudut ruangan. Tubuh keledai itu masih bersimbah darah yang berasal darinya dan Taiyang Hai. Melihat darah itu membuat pandangan Li Hao menjadi lebih dingin dan nafsu membunuh merebak dari tubuhnya.
"Penderma, kusarankan kau menahan dirimu. Kondisi tubuhmu masih belum stabil." Fahai bisa merasakan nafsu pembunuh itu dan menjadi sedikit waspada.
Li Hao belum sempat menjawab saat dadanya kembali diserang rasa sakit yang hebat, membuat pandangannya menjadi buram. Nafas Li Hao memburu dan hampir kehilangan kesadaran.
"Penderma, kau beruntung bisa lolos dari maut kali ini. Sebaiknya lebih menghargai kehidupan yang berhasil kau jaga daripada memikirkan dendam dan kemarahan."
Li Hao tidak berkomentar banyak, dia hanya tersenyum tipis menanggapi pesan Fahai.
**
Hujan terus turun dengan lebatnya, membuat Li Hao dan Fahai sesekali menoleh ke atas karena khawatir atap yang lapuk itu tidak mampu lagi menahan derasnya hujan.
Li Hao pernah mendengar tentang Thunder Soul Monastery dari kedua gurunya, namun ini pertama kalinya dia bertemu dengan biksu jadi banyak pertanyaan yang terlintas di kepalanya.
Sambil menunggu hujan reda, Li Hao mengajak Fahai berbincang.
Li Hao bertanya mulai dari yang sederhana seperti alasan Fahai dan semua biarawan lain tidak memiliki rambut sampai ke hal-hal yang lebih mendalam tentang ajaran Thunder Soul Monastery.
Fahai menjelaskan semua sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki, berhasil memberikan beberapa jawaban memuaskan dari pertanyaan yang Li Hao lontarkan sementara sebagian lainnya tidak masuk di akal Li Hao.
Li Hao juga bertanya tentang huruf-huruf emas yang Fahai keluarkan dari mulutnya, Fahai mengatakan itu adalah sutra yang tercatat menggunakan bahasa kuno yang sudah ada lebih dulu dari cultivator sekalipun.
Terdapat berbagai macam sutra, yang memiliki fungsi berbeda-beda. Sutra yang Fahai gunakan untuk membantu Li Hao bernama Heart Sutra.
Heart Sutra berguna untuk menolong manusia namun mematikan bagi roh jahat, pada saat yang sama ketika seseorang mendalami ilmu yang buruk maka Heart Sutra akan berdampak buruk juga baginya.
Li Hao tertarik karena dia merasa Heart Sutra ini ada kemiripan dengan Nine Heaven Manual.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top