6. Pemilik hati

Giska dan Hisyam memasuki kamar mereka.

Acara semuanya telah selesai tepat pada pukul 12 malam.

Itu sungguh sangat melelahkan.

Dan saat ini Giska sudah terbaring di ranjang karena kecapekan.

Hisyam sendiri saat ini sedang membuka jas nya.

Hisyam memandang Giska melalui cermin yang ada di hadapannya.

Hisyam bingung.

Apakah dia dan Giska akan melakukan kewajiban mereka malam ini?

Apa Giska mau?

Okelah! Hisyam akan bertanya pada Giska.

"Gis.." ucap Hisyam lembut membangunkan Giska.

Giska yang belum sepenuhnya tertidur pun terbangun.

"Engh?" Lenguh Giska.

"Kenapa Syam?" Tanya Giska sembari mengucek matanya.

"Aku mau nanya Gis, bisa kita melakukan itu? Itu sudah menjadi kewajiban saat setelah selesai menikah?" Tanya Hisyam ragu.

Degh!

Jantung Giska berdegup kencang.

Dia masih belum siap untuk melakukan itu di saat hatinya masih berlabuh pada Agam.

Giska menunduk, tak berani menatap Hisyam.

Oke! Hisyam mengerti, Giska belum siap.

"Kalo kamu belum siap, aku gak akan maksa kamu! Aku tau kamu belum mencintai aku, hatimu masih berada di Maz Agam" ucap Hisyam yang membuat Giska mendongakan kepalanya.

Jadi..

Tadi itu Hisyam dengar?

Giska jadi merasa bersalah.

"Syam..maaf, gue--"

"Udah gapapa, aku ngerti" ucap Hisyam dia memegang pundak Giska.

Giska yang baru kali ini di sentuh oleh laki-laki pun tersentak.

Dia tak terbiasa, karena selama ini dia menjaga sentuhan oleh orang yang bukan mahram nya

Hisyam menyadari keterkejutan Giska.

"Maaf" lalu dia menurunkan tangannya.

Giska diam aja.

"Dan karena aku sudah menjadi suami kamu, aku akan berusaha membuat hati kamu sepenuhnya menjadi milik aku, dan aku harap, kamu pun akan belajar mencintai aku"

"Gimana? Kamu mau kan?" Lanjut Hisyam.

Owhh hati Giska tersentuh, dia seharusnya senang dan berterimakasih kepada Allah karena telah di berikan suami sesabar dan pengertian seperti Hisyam ini.

"Insyaallah Syam. " Jawab Giska yang membuat Hisyam tersenyum.

"Yaudah, kamu mandi Luan gih, biar cepat tidurnya, kamu pasti kecapekan" ucap Hisyam.

Giska tersenyum dan mengangguk.

"Iya" kata nya, dan kemudian dia pergi ke kamar mandi.

•••

05.30 WIB

Giska telah berkutat dengan alat-alat dapur untuk memasak.

Yah, sekarang dia sudah menjadi seorang istri.

Dia harus memenuhi kebutuhan suaminya, walaupun tak semuanya.

Namun Giska akan berusaha lebih baik lagi.

"Semoga enak" ucapnya dalam hati.

Lalu dia menyajikan hasil masakannya ke meja makan.

"Hisyam tidur lagi atau enggak ya?" Gumam nya bingung.

Pasalnya tadi setelah shalat dengan Hisyam yang menjadi imam, Giska langsung turun ke bawah untuk memasak.

Owhh iya, sekilas info.

Saat ini Hisyam dan Giska telah pindah ke rumah Hisyam tepat dua hari yang lalu.

"Ke kamar aja lah" putusnya.

Lalu Giska pun pergi ke kamar.

Saat di kamar Giska melihat Hisyam yang sudah rapi lengkap dengan seragam kantornya.

Giska sih gak tau Hisyam kerja di bagian apa, tapi dia sempat nanya ke Hisyam.

Hisyam Bilang dia kerja di bagian kecil.

Yahh walaupun begitu Giska gak masalah kok, dia gak pernah mempersalahkan apa pekerjaan seseorang, yang penting hasil nya itu HALAL.

"Ada apa Gis?" Tanya Hisyam.

"Eh? Ng..itu.. gu--eh? Aku kira kamu tadi tidur, itu makanannya udah siap" ucap Giska.

Haduhh lidah nya masih gak terbiasa ngomong aku-kamu.

Dua hari yang lalu Hisyam meminta Giska untuk berbicara aku-kamu ketika bersama dirinya.

Kan gak iya kalo ngomong sama suami pake ucapan Lo?

Hisyam tersenyum.

"Iya, kamu duluan aja" ucapnya.

Giska mengangguk ragu.

"O..ke" ucapnya

"Kenapa? Kamu mau turun sama aku?" Tanya Hisyam sedikit menggoda istirnya itu.

Giska langsung menggeleng salting.

"Ehh?? Enggak! Aku turun!" Ucapnya, lalu dia langsung ngacir ke bawah.

Hisyam yang melihat istirnya itu salting tersenyum geli.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top