4. Undangan
"hadoohhh..pusing dah ini kepala gue, Arissa, Lo mau gaun yang gimana sih?? Kan Lo bisa gambar sendiri, kenapa malah minta gue coba?" Omel Giska.
Saat ini Giska dan Arissa sedang berada di ruang pribadi tempat butik Arissa.
Iya, Arissa sekarang berprofesi sebagai designer.
Arissa tadi nelfon Giska untuk datang ke butiknya, Giska tanya untuk apa Arissa gak mau jawab.
Yaudah, karena Giska sahabat yang baik hati dia datang.
Ehh tiba-tiba waktu udah sampe Arissa langsung minta Giska gambarkan model gaun untuk nanti pesta pernikahan Giska dan Hisyam.
"Udah gapapa, gue kan ingin mewujudkan impian sahabat gue ini" ucap Arissa kemudian dia nyengir.
Giska mendengus, kemudian dia menggambar sketsa gaun untuk Arissa.
Giska itu dulu pengen jadi designer, tapi sayang cita-citanya tak terwujud dan malah nyasar ke psikolog.
Arissa menunggu Giska yang menggambar Dengan bermain iPhone nya.
1 jam kemudian Giska telah selesai menggambar sketsa gaun.
"Udah ini! Ini gue pake Warna kesukaan Lo, terus ntar disini, di bagian pinggang Lo taburi berlian-berlian gitu" jelas Giska.
Arissa memandang takjub desain baju Yang Giska buat.
Cantik benerr..
"Gis, ntar kalo gue butuh lo, Lo mau gambarin lagi kan? Ini cantik banget tau" ucap Arissa sedikit histeris.
Giska memutar bola matanya malas.
"Iyeee" jawabnya.
"Gaun Lo gimana? Lo gak punya teman impian gitu?" Tanya Arissa.
Tampak Giska yang sedang berfikir.
Ada sihh, Giska memang punya impian tema pernikahan.
Tapi.. Giska gak yakin kalo Hisyam bakalan setuju?
"Ada sih.." ucap Giska ragu.
Arissa mendekatkan tubuhnya ke depan
"Apa?" Tanya Arissa.
"Princess?" Jawabnya ragu.
~~~
"Gitu kata Giska Syam, Lo gimana?" Tanya Vian.
Hisyam tampak berfikir kemudian tertawa
"Hahaha yaudah gapapa, kalo emang dia maunya gitu, ternyata dari dulu dia gak berubah ya? Tetep sama, kaya anak-anak" ucap Hisyam.
Vian tersenyum.
"Yah gitu lah, terkadang gue bingung, kenapa si Giska yang jadi kakak-an ketimbang Aiska? Aiska keliatan lebih dewasa" ucap Vian.
Hisyam mengangguk membenarkan.
"Tapi aku suka" jawabnya
~~~
"Wah? Apa ini?" Tanya Agam ketika melihat kartu undangan tersodor di depannya.
Giska, Hisyam, Vian, Arissa,Nabil dan Aiska jauh-jauh datang ke medan-Rantau hanya untuk memberikan surat undangan secara langsung.
Ini di lakukan Hisyam sebagai bentuk hormat Hisyam kepada Agam, guru ngaji dia dulu.
"Undangan lah maz..maz liat gimana?" Celetuk Vian.
Aiska langsung mencubit pelan paha Vian
"Gak sopan!" Desinya pelan, Vian nyengir.
"Ya maz juga tau kalo ini undangan, cuma undangannya siapa? Siapa yang nikah? Kamu Nabil?" Tanya Agam
Nabil yang di ikutkan membelalak kaget.
"Eh, enggak-enggak" ucapnya
"Diminum mbak, Mas" tawar Puspa, istri Agam.
"Iya mbak.." Ucap Arissa.
"Aduh mbak, repot-repot dahh" ucap Giska, pura-pura gak enak.
Padahal dia seneng banget, banyak makanan yang tersaji.
"Kalo bisa keluarkan semua mbak" timpal Vian.
Giska dan Vian saling Tos, tapi Tos jarak jauh gak bersentuhan.
Puspa tersenyum.
"Tunggu ya mas, mbak" ucap Puspa, dia berniat ingin mengambil makanan lagi ke dapur.
"Ehh, mbak-mbak, gausah! Kita becanda aja kok" ucap Giska.
"Iya Pus, maz tau gimana mereka" ucap Agam sambil melihat ke Vian dan Giska dengan tersenyum.
"Jadi, siapa yang nikah ini?" Tanya Agam kembali ke topik.
Puspa sekarang udah Duduk di samping Agam.
"Aku maz" jawab Hisyam.
"Wahh? Iya? Pulang-pulang langsung nikah kamu ya Syam" ucap Agam
Hisyam tersenyum malu, dia menggaruk rambutnya yang tak gatal itu
"Sama siapa?" Tanya Puspa.
"Sama gu--eh, saya mbak!" Jawab Giska.
Puspa tersenyum dan mengangguk, lain dengan Agam, raut wajahnya sedikit berubah.
"Datang ya maz" ucap Hisyam.
Agam tersentak dan melihat ke Hisyam, dia mengangguk.
"Pasti, pasti dong maz datang, masa kalian jauh-jauh kesini maz gak datang" jawab Agam.
"Alhamdulillah.." ucap semuanya.
"Jadi kalian nginap atau langsung pulang mbak? Maz? Hari udah malam loh?" Tanya Puspa.
"Kalo boleh nginap kita nginap mbak" jawab Arissa.
Puspa tersenyum.
"Ya pasti boleh lah, ya kan maz?" Tanya Puspa pada suaminya.
Agam mengangguk dan kemudian mengelus kepala Puspa yang tertutup hijab
Giska meremas tangannya yang ada di sisi kanan dan kiri Nabil dan Arissa
Kalo mau mesra-mesraan Jan di depan gue woii..panas nih panasss masih ada rasa guee'. Pekik Giska dalam hati.
Panas banget dianya ini.
"Alhamdulillah..jadi boleh nih Kak?" Tanya Nabil sekali lagi.
"Boleh lah, biar puspa juga ada temennya" ucap Agam yang membuat Puspa tersenyum senang.
Puspa senang, dia jadi punya temen, apalagi kaya nya Perempuan-perempuan nya mudah berbaur dan ramah.
•••
"Jadi mbak, gimana? Sama maz Agam? Ngerepotin gak?" Tanya Nabil.
Puspa tertawa kecil.
"Ngerepotin sih enggak, cuma agak Gimana gitu ngadepin maz Agam yang suka manja sama saya, apalagi semenjak saya hamil mbak" jawab Puspa sambil mencuci sayur-sayur di wastafel.
Saat ini para perempuannya sedang memasak makan malam untuk semua.
"Lah? Mbak hamil?!" Pekik Giska.
"Santuy woii! Minyak nyiprat ke gue ini, untung belum panas!" Omel Arissa ketika Minyak makan yang ada di dalam wajan mengenai wajahnya karena Giska terlalu kasar Memasukkan Tempe ke wajan.
Giska tersadar, lalu dia nyengir.
"Hehehe maaf" ucapnya
"Hem.."
"Iya, jalan 2 bulan" jawab puspa
Semua mengangguk.
"Owhh..semoga sehat selalu anak sama ibu nya ya mbak" doa Arissa.
"Aamiin" jawab Giska, Nabil dan Puspa.
~~>>
"Wahh maz masih gak nyangka Lo kalo kamu bakalan nikah sama Giska?" Ucap Agam.
Saat ini mereka bertiga sedang berada di ruang tv
Hisyam tersenyum canggung.
"Loh iya maz, maz gak tau kalo dia dari dulu udah suka sama Giska kan?" Seru Vian.
Hisyam memukul pelan pundak vian.
Vian nyengir.
"Lah iya? Dulu gak keliatan gitu? Cuek aja? Apa emang karena kamu cuekan jadi gak keliatan gitu ya Syam?" Ucap Agam
"Yahh gitu deh maz" jawab Hisyam
"Padahal tadinya maz mau jadiin Giska Istri kedua maz, tapi udah keduluan kamu" jawab Agam yang membuat Hisyam dan Vian terkejut.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top