22. Ketemu

"Ya Allah..semogaa aja ada yang berhasil nemuin hambamu ini disinii" Doa Giska berharap ada keajaiban dari sang pencipta.

Gila aja!
Hampir 1 harian Giska sudah terkurung di Gudang tua yang sudah terbengkalai ini

"Kak Agam kemana sih? Kenapa gak keliatan batang idungnya? Gak tanggung jawab banget! Udah nyulik anak orang, gak di kasih makan pula itu!" Ucap Giska kesal.

"Maz Hisyam sekarang lagi apa ya??" Giska mulai sedih.

Dia teringat dengan suaminya, dia merindukannya. Dan sepertinya anak mereka juga sedang merindukan Abi nya, karena sedari tadi bayi Giska terus menendang.

"Anak Bunda rindu Abi ya? Sabar ya sayang..Abi pasti datang jemput kita kok" Ujar Giska sambil mengelus Perutnya yang sudah membuncit itu.

Sementara itu...

"Vian, bisa lebih cepetan gak sihh??"

Vian memutar bola matanya merasa malas.

Nabil ini daritadi merepettt muluuu alias marah-marah nyerocos nyalahin Vian karena mengemudikan Mobil dengan pelan.

Padahal mah enggak, vian udah make kecepatan yang paling-paling Pol.

"Ini juga udah cepet elahh..liat Tuh Arissa sampe tutup mata. Sabar atuhh.. Ntar lagi kita sampe juga" Cibir Vian.

Iya, Arissa sedari tadi selama di perjalanan terus tutup mata karena takut.

Takut nyawanya melayang.

Sementara itu, Hisyam dan Aiska tak henti-hentinya ber-dzikir memohon kepada Allah agar Giska baik-baik saja dan bisa ditemukan dalam keadaan sehat dan selamat.

"Yakin ini tempatnya?" tanya Arissa saat ia melihat sebuah gudang tua yang dindingnya sudah di penuhi dengan lumut-lumut hijau.

Vian melihat ke Handphone nya.

"Iya bener kok. Ini dia"

"Kurang ajar banget itu kak Agam ngurung kakak Gue disini! Kasian, mana lagi hamil?" Geram Aiska.

"Tau! Gak punya hati Nuraini banget" Vian ikut menimpali

"Hati Nurani Viaannn" gemas Arissa dan Nabil kepada Vian.

Mereka rasanya ingin menggeplak kepala Vian saja daritadi saking gemasnya.

"Sudah, sebaiknya kita cepat masuk untuk menyelamatkan Giska, Vian." Hisyam berbicara setelah beberapa saat diam

Dia tidak terlalu menanggapi ocehan dari mereka, karena yang ada di pikirannya sekarang hanya Giska dan juga Calon anak mereka.

"Oke-oke bang" Kata Vian.

"Jadi kami bertiga gimana?" Tanya Arissa.

"Kalian sembunyi aja di sekitar sini untuk ngawasi keadaan sekitar, kalau kiranya ada yang berbahaya langsung kabari kita. Kalian jangan di mobil, takut-takut mas Agam tau dan berbuat sesuatu sama kalian" Intruksi Hisyam pada para perempuan.

Arissa,Aiska dan Nabil mengangguk setuju.

"Oke, Tapi dek. Kamu harus hati-hati. Agam sekarang udah bukan seperti Agam yang kita kenal" Kata Nabil, dia khawatir dengan Hisyam.

Hisyam tersenyum.

"In Shaa Allah kak, doain" Kata Hisyam.

"Kamu juga Vian, hati-hati"

"Iya sayang.." Vian mengelus pucuk kepala Aiska.

©©©©

"Pintu nya di kunci" Kata Hisyam.

Iya, pintu gudang di kunci. Lantas bagaimana caranya agar mereka bisa masuk ke dalam?

"Apa kita dobrak saja?" Tanya Hisyam.

"Gak usah Syam, gue ada alat untuk buka pintu yang kekunci"

Masya allah..

Hisyam takjub pada Vian.

"Canggih kamu Yan"

"Vian gitu loh" Vian membanggakan diri, lantas Dia langsung mengambil sesuatu yang berupa alat dari dalam tas nya.

Alhamdulilah, akhirnya pintu gudang terbuka.

Hal yang pertama Hisyam dan Vian lihat di dalam gudang adalah kegelapan.

Lalu, selang beberapa detik kemudian ruangan menjadi terang dan menampilkan sosok Agam beserta istrinya, Giska yang berada di pojok ruangan

"Hai muridku.." Sapa Agam dengan senyum yang berbinar.

Giska mendecih, lalu ia menatap sendu suaminya.

Ternyata benar. Hisyam pasti akan datang untuk mencarinya.

"Terimakasih ya Allah.." Giska berujar syukur.

"Mas, lepasin Giska. Mas tau perbuatan ini salahkan? Giska lagi hamil mas, jangan seperti ini" Hisyam memohon.

"Ya, saya tau. Tapi saya gak akan melepaskan Giska, karena Giska adalah milik saya" Kata Agam tajam.

"Sorry, Gue bukan barang." Sahut Giska, ia melirik sinis lelaki di sampingnya itu.

"Mas istighfar. Giska istrinya Hisyam!" Vian mulai geram dengan Agam.

"Iya! Karena dia yang Sudah merebut Giska dari saya!" Agam menunjuk wajah Hisyam.

"Mas, saya gak pernah merebut Giska. Bukannya mas yang meninggalkan Giska? Lantas apa berhak mas mengatakan saya perebut? Tolong mas, Guru ngaji kami yang kami kenal bukan begini, mas Sudah kemakan bujum rayu Syaitan" kata Hisyam.

"Saya gak perduli, Giska tetap milik saya. Saya gak akan melepaskan Giska lagi!"

"Lo udah gak waras ya? lepasin gue gak?!"

"Vian, telpon polisi" Titah Giska, Vian mengangguk dan segera ingin menelpon polisi.

"HAHAHAHA" Agam tertawa membuat Hisyam, Vian dan juga Giska menggernyit bingung.

Kenapa ketawa? Emang ada yang lucu?

"Silahkan kalian telpon polisi, karena di dalam gudang ini kedap jaringan!" Ucap Agam

Agam merasa menang

Eitt tapi tidak semudah itu, selang beberapa menit suara sirine mobil polisi terdengar.

Gantian Vian yang tersenyum remeh.

"Tuh, Polisi nya dah dateng. Kami gak segubluk itu kali, mas.." UcaP Vian.

Agam langsung keringat dingin, polisi sudah mulai mengepung sekitar gudang.

"Jangan bergerak! Anda kami tangkap"

®®®®

"

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top