21

"Kalian yang jangan bergerak! Kalau kalian bergerak seinci aja, Perempuan ini yang akan saya binasakan!" Ancam Agam, ia sekarang tengah mengukung Giska. Tangannya kiri ia lilitkan pada leher Giska sedang tangan kanannya memegang pisau.

Sial! Mereka semua tidak bisa berbuat apa-apa.

"Agam! Lo gila ya!" Pekik Giska tak terima. Jujur saja ia gemetar merasakan ujung pisau yang runcing menempel pada kulit lehernya.

"Diam kamu! Kalau kamu gerak aku baret!" Agam berucap tajam.

"Mas, istighfar Mas. Jangan kaya gini. Mas, Giska istri saya Mas, mohon lepaskan Giska" Hisyam memohon.

Sungguh ia sangat tak tega melihat istrinya seperti diantara maut.

Agam menyeringai.
"Enggak bakalan! Dia akan segera saya nikahi! Kamu gak bisa apa-apa Hisyam" Agam membawa paksa Giska untuk lari dari gedung.

Pihak polisi pun bingung ingin bertindak seperti apa. Gerak sedikit saja bisa terjadi kesalahan.

Mau gak mau Giska mengikuti langkah Agam.

"Syam, gimana ini?" Vian bertanya. Dia bingung

"Kita kejar sekarang!" Kata Hisyam.

**

"Itu Giska kan kak? Kenapa masih sama Agam?" Tanya Arissa melihat ke depan dan terlihat Giska dan Agam yang tengah berjalan kearah jalan raya.

Nabil menyipitkan matanya melihat dengan fokus objek di depannya.
"Kamu benar Arissa. Tapi..sial! Pisau ada di leher Giska, kayanya dia di ancem"

Aiska yang mendengar itu langsung panik dan menangis.

"Aduh kak..gimana ini?? Itu kakak aku gimanaa"

"Kamu tenang dulu Aiska..tenang jangan panik " Arissa mencoba menangkan Aiska.

"Aku gak bisa tenang kak, itu kakak aku dalam keadaan bahaya. Maut bisa aja menantikannya"

Sedari tadi Nabil hanya diam dan terus memperhatikan saat di lihatnya Agam mulai memberi jarak pada Giska buru-buru ia menghidupkan mobil dan menyetirnya menginjak gas dengan begitu mobil melaju cepat.

BRUGHH..

Agam terpental tidak terlalu jauh dari mobil mereka.

Semuanya berlalu begitu cepat hingga Aiska dan Arissa tidak bisa memprediksi apa yang di lakukan Nabil.

Giska terjatuh lemas melihat pemandangan di depannya. Setelah di tabrak mobil Agam terlindas lagi oleh Truk yang lewat.

"Sayang.." Hisyam berjongkok di depan Giska dan langsung merengkuh Giska ke dalam pelukannya.

"Mas.." Tangis Giska pecah.

"Sstt..udah..udah sayang jangan nangis..semua udah berlalu" kata Hisyam dengan lembut.

"Aiska" Vian mengetuk jendela mobil membuat Aiska tersadar dari lamunannya. Buru-buru ia membuka pintu mobil

"Kamu gak apa-apa? Kalian gak kenapa-kenapa kan?" Tanya Vian memastikan ketiga wanita itu tak kenapa-kenapa.

Arissa dan Aiska menggeleng sebagai jawaban sedangkan Nabil masih menatap diam depannya. Dimana terlibat Agam yang sudah di kerumuni oleh orang-orang.

"Aku..aku bunuh orang" lirihnya dengan suara bergetar

"Kak.." panggil Arissa, ia memegang pundak Nabil.

Arissa tau pasti Nabil sekarang merasa shock dan pastinya merasa bersalah.

"Ssa, Aku..aku nabrak orang Ssa..dia..dia mati!" Kata Nabil ketakutan.

Arissa merengkuh Nabil ke dalam pelukannya mencoba menenangkan Nabil.

"Hisyam! Buruan kesini!! Kak Nabil ini lihatt" teriak Vian.

Hisyam tersentak ia baru ingat dengan kakaknya.

"Sayang, ayo kita ke mobil. Kak Nabil.."

Giska melihat ke suaminya sebentar lalu menoleh ke mobil.
"Iya" ia mengangguk.

"Syam..Syam..kakak..kakak bunuh orang" Nabil berkata panik tubuhnya sekarang ikut bergetar.

"Kak.. astaghfirullah..jangan gini kak..kakak gak bersalah..kakak tenang" Hisyam berusaha membujuk Dan menenangkan Nabil tapi sia-sia.

••

"Kakak saya gak bersalah kan Pak? Kakak saya hanya mencoba untuk menyelematkan istri saya" jelas Hisyam pada polisi.

Saat ini mereka semua ada di kantor polisi.

"Kita tunggu hasil sidang ya Pak, dan selama menunggu sidang kakak anda untuk sementara akan di penahanan rumah gerak geriknya akan di pantau oleh orang-orang kami " jelas polisi.

"Kok gitu sih Pak? Kakak kami cuma ingin menyelamatkan. Kalau gak dengan cara gitu bisa aja terjadi apa-apa dengan kakak saya!" Kali ini Aiska yang bersuara.

Nabil duduk diam tak banyak bicara tangan nya masih bergetar.

"Maaf, semuanya harus di lakukan sesuai prosedur. Sebaiknya kakak anda di bawa konsul ke psikiater karena sepertinya jiwa nya sedang terguncang" Polisi memberi saran.

Semua mata melihat kearah Nabil. Yaa yang polisi itu katakan memang ada benarnya.

••

"Kak, makasih udah selamatin Aku. Kalau kakak gak ngelakuin itu mungkin aku bakalan seumur hidup sama Agam psikopati itu" Giska mengucap terimakasih dengan sangat tulus, ia menggenggam tangan kanan Nabil.

Nabil tersenyum.
"Kamu gak perlu berterimakasih dek, kebahagiaan Ade kakak itu juga kebahagiaan kakak, kakak akan berusaha mengikuti semua prosedur yang ada. Mudah-mudahan kakak gak bersalah ya Dek"

"Aamiin.."

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top