13. Takdir Puspa

Giska gak tau mau menjawab apa, dia sendiri aja bingung sama perasaannya.

"Dek, jawab! Masa iya udah hampir setengah tahun Lo nikah sama Hisyam gak ada perubahan sih?" Tanya Nabil tak percaya.

Giska menggeleng.

"Gak tau gue kak, suka nggak sama Maz Hisyam" jawab Giska.

"Ih, kalo elo Giska..sayang tau Hisyam di sia-sia-in kaya gitu, kalo aja Hisyam gak suka sama Elo! Udah gue yang sama dia" ucap Arissa yang membuat Nabil dan Giska melongo.

"Lo suka sama Hisyam Sa?" Tanya Giska.

Arissa nyengir lebar.

"Hehehe dulu sih..bukan suka, cuma kagum Aja" jawab Arissa santai.

"Sekarang enggak kan Sa?" Gantian yang bertanya Nabil.

"Ya iyalah! Masa iya gue suka sama hisyam sementara dia suami sahabat gue" jawab Arissa.

"Halah! Kalo setan udah menghasut ya mau apa coba? Sahabat pun bisa jadi pisau tersendiri" Cibir Giska santai, dia kembali meminum minuman nya.

Arissa melongo menatap Giska tak percaya.

"Jadi Lo mau nuduh gue gitu?" Tanya nya tak terima.

"Udah-udah, kaya gak tau Giska aja deh Lo Sa, dia kan kadang emang tajam omongan nya" ucap Nabil menenangkan Arissa.

Arissa menghela nafas untuk mengurangi emosinya.

"Huftt"

"Btw jadi gak liat Mbak puspa?" Tanya Giska.

"Jadilah! Lo udah dapat ijin kan?" Tanya Arissa.

Giska mengangguk.

"Aman"

"Oke, yaudah lah ayo sekarang aja! Biar pulangnya malem" ajak Nabil.

"Yaudah ayo!" Seru Arissa dan Giska bersamaan.

••>>

"Mbak kuat kok, kami yakin" ucap Arissa.

Dia duduk di sisi bangsal tempat Puspa berbaring.

"Iya, makasih ya Mbak" ucap Puspa haru.

"Kalian jauh-jauh kesini, ngerepotin deh kami jadinya" ucap Agam yang tiba-tiba masuk.

Agam sudah melihat mereka datang sih tadi, cuma tadi dia permisi untuk ke kantin rumah sakit.

"Gak ngerepotin kok kak" ucap Giska.

Agam sejenak melihat Giska.

Saat di panggil 'kak' oleh Giska rasanya seperti asing dan dia sedikit..

Tidak suka.

Biasa dulu Giska sering memanggilnya dengan sebutan'maz' dan sekarang??

"Ehm.. makasih kalo gitu" ucap Agam disertai senyuman.

Arissa, Giska, dan Nabil tersenyum juga.

"Sama-sama Kak"

"Mbak harus makan banyak buah Mbak, biar sehat" ucap Nabil

"Iya mbak" timpal Giska.

"Ntar Allah menggantikan bayi Mbak dengan bayi yang lain" ucap Arissa yang membuat Puspa kembali bersedih.

Arissa, Giska dan Nabil saling pandang.

Apakah mereka ada mengatakan hal yang salah?

"Mm..maaf ya mbak, kami salah ngomong ya??" Tanya Nabil.

Puspa menggeleng dan tersenyum.

"Nggak, kalian gak salah ngomong kok! Hanya saja..rahim Puspa di angkat karena kecelakaan itu" Hisyam yang menjawab.

"Astaghfirullah.. Mbak yang sabar, kami cuma bisa bilang ini ke Mbak" ucap Arissa.

Puspa hanya bisa mengangguk.

•••

"Gimana Mbak puspa?" Tanya Hisyam.

Giska meletakan segelas teh ke meja untuk Hisyam.

Hisyam baru pulang kerja dan Giska menyiapkan teh untuk Hisyam.

"Yah gitu Maz, perempuan mana sih yang gak sedih atas kehilangan anak yang di nanti?? Apalagi Mbak puspa gak bisa punya anak karena rahim nya di angkat" jawab Giska.

"Inalilahi, semoga mereka bisa tabah menjalani" ucap Hisyam lalu dia mengambil teh yang telah di siapkan Giska.

"Kamu gak Capek Gis?" Tanya Hisyam.

"Capek kenapa?" Tanya Giska balik.

"Capek dari sana, kamu baru aja pulang terus gak istirahat" Jawab Hisyam.

Giska menggeleng.

"Gu--eh, aku strong kok" ucap Giska berseru semangat.

Hisyam tertawa kecil sambil menggelengkan kepalanya.

"Emm..yang semalam Maz minta maaf ya?" Ucap Hisyam.

Giska terdiam sebentar, dia tau kemana arah pembicaraan Hisyam.

Dan sekarang dia jadi maluuuu

Pipinya memerah.

"E..enggak apa-apa, lagian itu aku juga yang salah Kok" ucap Giska.

Hisyam mengangguk ragu

"Kalo kamu hamil, apa kamu bersedia hamil anak ku?" Tanya Hisyam yang membuat Giska menatap Hisyam.

"Maz ngomong apa? Ya jelas ku terima lah! Emang kenapa kalo anak maz? Toh anakku juga" jawab Giska cepat yang membuat Hisyam tersenyum senang.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top