21 : Chat dari Regaf

Jangan lupa vote dan komennya😘
.
.
.
Aku mengambil ponsel yang sengaja kuletakkan di hadapanku lalu memainkannya. Hari ini jadwal kuliahku memang kosong. Tetapi, tadi malam Dinda–teman seruanganku mengirim pesan ingin bertemu. Katanya sih ingin membicarakan perihal judul skripsi yang nanti akan kami ajukan. Tentu aku tidak menolak, menyusun judul lebih awal tidak masalah kan? Lagipula, jadwal skripsi sudah tidak lama lagi. Ya ampun, deg-degan aku tuh.

Sambil menunggu Dinda, aku berencana mengapdet feed instagramku. Entah sudah berapa lama aku tidak mengapdet apa-apa, sampai followers-ku pun akhirnya menurun drastis. Dari yang 1000-an sekarang jadi 800-an. Tapi aku tidak pusing, sih. Toh, aku main instagram bukan untuk mencari followers, ya just for fun and make my self happy. Tapi kali ini aku mengapdet foto pintu ruangan perkuliahanku dan menuliskan caption 'sedang menunggu'. Biasanya aku juga mengapdet boomerang diriku, tapi kali ini aku absen dulu. Entah karena apa, sewaktu aku bangun ingin melaksanakan salat subuh, kulihat wajahku sudah dipenuhi banyak jerawat. Ada empat biji kalau tidak salah, besar-besar pula. Aku yakin, pasti mereka bermunculan karena tahu aku lagi sedang bad mood. Iya, aku memang tipikal orang yang kalau sudah bad mood, efeknya itu bakalan lari ke wajah. Sebaliknya, kalau lagi happy, pasti wajah ini mulus kayak pantat bayi. Huhuhu, my poor face!

Sesaat setelah mengapdet feed instagramku dan mulai sibuk berselancar di sana, tiba-tiba satu chat dari Bang Arsel masuk.

"Ada apa sih, tumben banget ngechat jam segini. Biasanya juga sibuk meeting," gumamku heran.

Diteruskan
Sel, kira-kira Aya mau nikahnya kapan?

10.15

Keningku berkerut dalam. Ini Bang Arsel kenapa deh? Nggak ngerti aku tuh. Dan, chat siapa yang dia teruskan?

Tidak mau dirundung rasa penasaran, aku segera membalas pesan Bang Arsel.

Abang sehat? Ngapain sih tanya-tanya soal itu? Jangan menghancurkan moodku yg sedang berusaha kuperbaiki deh, Bang!

10. 17

Belum juga aku menaruh ponselku, balasan Bang Arsel langsung masuk.

Itu dari calon suamimu. 😎

10.18

Hah? Calon suami? Maksudnya? Mas Regaf? Kenapa sih dia kayak kebelet banget pengin nikah cepet-cepet? Heran deh aku.

Kenapa bukan dia aja yang ngechat aku sih, Bang? Lagian, temen Abang itu udah kayak dikejar2 deadline nikah aja. Buru-buru banget. 🙄

10.19

Uhuy, santai, Ya. Kalian belum mahram. Akan ada saatnya kamu chatan sm Regaf tanpa perantara gini. UHUK😛

10.20

Ish! Apaan sih?!

Aya mah terserah mau nikah kapan. Bsk juga ayo! 😜

10.21

Sekitaran tiga menit Bang Arsel belum juga membalas chat-ku. Apa dia sedang ada meeting? Tapi dia online kok. Jangan-jangan dia chat sambil meeting. Dasar tidak sopan.

Ting!

Regaf nanya, kamu serius?

10.25

Aku berdecak.

Temen Abang itu seriusan banget, ckckck. Ya nggak mungkinlah bsk. Blm ada persiapan jg. 😂😂

10.25

Benar-benar deh teman Abang yang satu itu. Seriusan banget orangnya.

Dia udah siap banget kyknya. Eh, btw, aku udah kayak Bang comblang beneran deh. Lagian kalian berdua juga kayak orang marahan.

10.26

Ye kan katanya belom mahram!😄😅

10.26

Oh, iya, ya. Lupa.

Udah ye. Ada meeting nih. Bye

10.27

Oh, jadi dia lagi free tadi. Pantesan bebas ngechat.

Oke. Pulang nanti beliin bakso granat ya, Bang.

10.28

Bang Arsel tidak membalas chatku. Sepertinya dia sudah sibuk lagi. Ya sudahlah. Nanti pasti dibaca juga.

Kembali aku meletakkan ponsel di atas meja lalu menatap pintu berharap Dinda segera datang. Namun tetap saja nihil. Cewek imut itu sama sekali menampakkan batang hidungnya.

"Ke mana sih dia? Kok lama banget. Hmm," gumamku seraya beranjak ke luar ruangan. Bosan juga menunggu lama.

Saat aku sudah berada di bibir pintu, tak sengaja kudengar bisik-bisik seraya cekikikan para cewek yang lewat di depanku, sepertinya mereka akan menuju aula kampus, mungkin mereka sedang ada seminar. Aku bisa menebak bahwa mereka adalah mahasiswi fakultas kedokteran, kelihatan dari PDH khusus yang dipakainya.

"Gils! Kata Kak Deni, pemateri seminar kali ini cowok, dan cakepnya kebangetan, loh!"

"Ih, masa sih?! Nggak sabar deh aku!"

"Hm, minta nomor wa-nya deh nanti. Sok sok-an nanya apa gitu. Siapa tau jodoh. Hihihi."

"Emang dia jomlo?"

"Katanya sih gitu."

"Emang namanya siapa?"

"Regaf. Udah, ah. Yuk, buruan!"

Aku menajamkan pendengaran. Siapa dia bilang? Regaf? Regaf siapa? Bukan Regaf calon suamiku, kan?

"Kalau pun dia, kok Bang Arsel nggak bilang apa-apa tadi?"

Aku mikir apa sih?! Memangnya aku ini siapanya sampai harus lapor-lapor segala. Masih C.A.L.O.N I.S.T.R.I. Yang bisa saja kena tikung lagi.

"Apa aku ngintip aja, ya?" Lagipula Dinda juga belum menunjukkan tanda-tanda akan segera datang.

Oke. Aku segera masuk kembali lalu mengambil ponsel dan sling bag-ku. Saat aku berbalik, siluet Mas Regaf muncul di depan ruanganku bersama dengan seorang perempuan dengan jas putih ala dokter.

Apa benar dia Mas Regaf? Ya Allah, ada apa denganku? Kenapa hari ini aku seolah dihantui oleh kehadiran Mas Regaf? Apa ini karena aku memanglah jodohnya Mas Regaf?

Please, Aya! Kamu berlebihan banget!

Tapi, ya itu. Kenapa Mas Regaf nggak bilang apa-apa kalau dia bakalan datang di kampus ini? Atau dia sengaja? Ah, bodo.

Sudah terlalu malas, aku pun kembali mendudukkan diri di kursi dan mengurungkan niat untuk mengintip di aula. Buat apa juga? Toh, dia nggak mau ketahuan kalau sedang ada seminar di sini kan?

Wait a minute. Apa aku sedang kesal? OMG! Tidak, tidak. Ini hanya karen mood-ku yang bermasalah. Iya. Mood.

***

Apdet apdet. 🎉

Makasih ya kalian udah setia nunggu cerita abal-abal ini😢 kuterharu.

Bahkan di saat aku down dan ide tiba-tiba ngadat kayak sekarang ini, kalian terus ngasi aku semangat. 🌹

Maap banget kalau cerita ini nggak sesuai ekspektasi kalian. 🙏

Maap juga kalo part-partnya pendek. Aku cuma bisa nulis segitu. Aku nggak bisa maksa juga mau buat banyak adegan di setiap partnya biar kelihatan panjang, karena menurutku setiap part, satu atau dua adegan penting saja udah cukup. 😁

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top