takdir.
Hallo :D. Sebelum mulai ke requestan berikutnya, aku bawa orang ganteng. Hehe.
***
Malam hari ini cuacanya tidak terlalu buruk. Seperti biasa, Aku pulang dari kerja dengan berjalan kaki. Bukan karena aku tidak punya uang, aku hanya ingin menikmati angin malam. Ah, jalan malam seperti ini jadi ingat kenangan dulu. Saat aku bertemu dengannya.
---
Malam hari, aku baru saja selesai kegiatan klub. Dia jongkok di depan halte bus, bermain dengan seekor anak kucing. Rambut hitamnya terurai diterpa angin malam, tangannya mengelus kepala anak kucing itu dengan lembut. Sial, wajahku terasa panas.
Senyuman itu merekah saat anak kucing mendekat kearahnya. Aku hanya memperhatikannya dari halte bus. Senyuman itu manis sekali.
"eh-?!" kagetnya ketika melihatku terduduk di halte bus.
"selamat malam," ucapku sembari sedikit membungkuk.
"Selamat malam juga, Akaashi," balasnya. Tunggu? Ia tahu namaku?
"kau tahu aku?"
"tentu. kau Akaashi Keiji anggota klub voli kan? Aku sering melihat pertandingan kalian," jawabnya. Ah, ternyata ia sering melihat pertandingan kami.
"maaf, tapi aku tidak tahu dirimu," ucapku sedikit menyesal.
"tidak masalah, aku juga tidak terkenal kok," ucapnya, "bagaimana kalau kita perkenalan ulang? Kebetulan aku juga seangkatan denganmu lho," lanjutnya semvari tersenyum.
"namaku [name] kelas 2-D. Aku mengikuti klub musik, salam kenal!" ucapnya mengulurkan tangannya kepadaku. Ku balas uluran tangannya. Lembut.
"Akaashi Keiji, kelas 2-A anggota klub voli. Salam kenal juga," ucapku memperkenalkan diri.
---
Benar, sejak itu kami menjadi dekat. Ia sering menonton pertandinganku, dan pergi kekantin bersama Bokuto-san juga Aku. Jika di ingat ingat lagi pada saat itu, sepertinya akan sangat indah jika terulang.
---
"Akaashi! Tossmu tidak seenak biasanya!" teriak Bokuto-san kepadaku. Ia mengkritikku. Rasanya sedikit menyebalkan.
"maafkan aku, Bokuto-san."
"Akaashi, jika kau sedang tidak fokus lebih baik kau izin kepada pelatih saja," kata Konoha-san kepadaku. Benar juga, aku akhir akhir ini sering memikirkan hal sesuatu.
"baik," setelahnya aku izin ke pelatih untuk tidak mengikuti kegiatan. Beralasan sedikit tidak fit sudah diizinkan oleh pelatih.
Kakiku melangkah ke taman dekat sekolah. Hendak menenangkan diri, tapi aku malah bertemu dengannya. Tiba tiba saja jantungku berdegup dengan kencang melihatnya melambaikan tangannya kepadaku.
"oh?! Akaashi-kun? Hallo!" sapanya. Aku membalas hanya dengan melambaikan tangan.
"apakah kamu tidak mengikuti kegiatan klub?" tanyanya.
"aku izin sehari," jawabku.
"bolos ya?!" selalu saja. Dia selalu menduga duga yang tidak pasti. Aku menyentil pelan dahinya, ia meringis kesakitan.
"sudahku katakan, aku izin." ucapku sedikit kesal. Ia hanya tertawa. Lagi lagi jantungku berdebar kencang.
"ah iya, selagi kau ada disini, aku ingin berbicara sesuatu," ucapnya mengambil duduk di sampingku.
"apa?"
"aku suka kamu. Ya aku si tidak minta jawaban atau balasanmu. Aku hanya ingin mengungkapkan, supaya tidak tertahan dihatiku. Maaf ya sudah lancang, hehe," sial. Wajahku panas.
"seharusnya aku duluan yang bilang begitu," ucapku. Ku lihat, wajahnya memerah. Lucu sekali.
"m-maksudnya?!"
"aku juga suka kamu." ucapku tersenyum kepadanya.
---
Lalu, aku malah teringat saat itu. Saat kami menuju perguruan tinggi, kami terpisah. Ia di Kyoto dan aku tetap di Tokyo. Entahlah itu menyedihkan atau tidak. Saat itu cobaan dari dewa mungkin.
---
"[name] kau yakin ke Kyoto?"
"aku yakin." ucapnya dengan raut wajah sedikit sedih, "maaf ya, Keiji-kun. Aku ingin mengejar cita citaku disana. Tapi kita tetap bisa berhubungankan?! Ada smartphone sekarang, jadi tidak perlu susah susah mengirim surat! Hehe," lanjutnya. Matanya berkaca kaca hendak menangis.
"kalau itu memang pilihanmu, ya aku si tak masalah. Yang penting kau bahagia," ucapku, "jaga kesehatan disana." Ku usap kepalanya pelan.
"Keiji-kun juga. Saat kita bertemu nanti, kau sudah harus menjadi yang kau impikan ya?! Aku juga." ucapnya sembari tersenyum. Senyuman itu selalu membuat jantungku berdebar dari biasanya.
"kau juga." kemudian aku menariknya kepelukanku. Tangisnya pecah di pelukanku.
---
Tak terasa, sebentar lagi Aku sampai rumah.
Rumah ya? Mungkin pada saat ia kembali, Rumahku juga kembali? Mengingatnya membuatku mengulas senyum kecil.
---
Siang hari, saat jam makan siang Aku menuju supermarket terdekat untuk membeli sesuatu yang bisa dimakan. Mungkin semangkuk ramen dan cola tidak buruk.
Saat aku hendak ingin membayar, tiba tiba ada seseorang yang mengintrupsiku.
"makan ramen dengan cola tidak baik lho. Kamu katanya ingin menjaga kesehatan, Tuan editor?" Itu dia. Pengangan tanganku hampir melepaskan mangkuk ramen jika aku tidak sadar.
"hai? Hehe."
Setelahnya Aku membawanya keluar supermarket untuk berbincang setelah sekian lama. Ia banyak berubah. Dari mulai penampilannya hingga tinggi. Hanya satu yang tak berubah, senyumannya.
"Tuan editor! Ada apa memandangku seperti itu? Pangling ya? Hahaha," suara tawanya juga tidak pernah berubah.
"kau tidak bilang kepadaku kalau ingin kembali."
"kejutan! Terkejut tidak?" tanyanya. Aku tidak menjawab dan langsung membawanya kedalam pelukan.
"aku pulang."
"selamat datang."
---
Sampai dirumah, lampunya sudah menyala. Sudah malam juga ya, jam berapa kira kira sekarang? Apa aku telat?
"aku pulang." ucapku sembari melepaskan sepatuku.
"Keiji! Besok hari pentingmu tapi kau masih saja kerja! Cepat istirahat!" ucap Ibu yang tiba tiba berada di depanku. Benar juga ini rumah orang tuaku.
"maaf, Bu. Aku hanya mengurus pekerjaan sebentar tadi."
"sudah sudah. Kau bersihkan diri dan kembali ke meja makan. Ibu sudah buatkan Nanohana no Karashiae kesukaanmu," ucap Ibu lalu kembali ke ruang tv.
"terimakasih, Bu."
Benar juga. Besok ya? Apakah akan lancar? Saat aku bertanya padanya tidak lancar karena gangguan Bokuto-san. Semoga saja besok akan berjalan lancar.
***
Pagi hari, gereja di penuhi dengan tamu undangan. Seperti yang kalian tahu, putra dari keluarga Akaashi akan melaksanakan upacara pernikahan hari ini. Tentu dengan pujaan hatinya.
Akaashi sedari tadi hanya merapal doa supaya tidak gugup. Banyak kenalan dan teman temannya yang datang hari ini. Bisa kau lihat, kakak kelasnya, Bokuto paling heboh. Pernikahan tertutup, hanya kerabat kerabat dan teman dekat yang datang.
"eyy! Akaashi akhirnya kau menikah juga, HAHAHA," Bokuto menepuk keras punggung Akaashi sampai yang di tepuk hampir terjatuh.
"terimakasih sudah datang, Bokuto-san. Kau kapan?" pertanyaan Akaashi menembus jantung sang Ace. Kesannya meledek tetapi Akaashi tidak berniat, ya walaupun sedikit.
"b-berisik! Aku masih ingin fokus dengan voliku kau tahu?!" ucapnya, "sudah ya?! Aku ingin keliling!" lanjutnya.
Tak berapa lama, acara dimulai. Pendeta menyuruh Akaashi berdiri di altar. Menatap ke arah pintu gereja menunggu pengantin wanita.
Pintu terbuka lebar, Akaashi dapat melihat [name] dengan gaun putih juga dengan senyuman kecilnya. Jantungnya berdebar begitu keras. Sebentar lagi, sebentar lagi ia akan memiliki [name] seutuhnya.
Saat [name] berada di sisi Akaashi, sang pendeta segera memulai. Membacakan janji janji yang harua diterima saat mereka menjadi suami istri nanti. Serta membacakan doa doa kepada tuhan.
"Apakah saudara bersedia menjaga kesucian perkawinan saudara ini sebagai suami yang setia dan takut akan Tuhan sepanjang umur hidupmu?"
"saya bersedia." jawab Akaashi dengan senyumannya. Disamping [name] melirik dengan mata berkaca kaca.
"lalu, Apakah saudari bersedia tunduk kepada suami seperti jemaat tunduk kepada Kristus, mengasuh dan merawatnya, menghormati dan memeliharanya dalam keadaan susah dan senang, dalam keadaan kelimpahan atau kekurangan, dalam keadaan sakit dan sehat dan setia kepadanya selama saudari berdua hidup?"
"saya bersedia." jawab [name].
"baik, cincin bisa dipasangkan sekarang," ucap Pendeta.
Akaashi segera memasangkan cincin ke jari jari [name] dan juga sebaliknya. Jarak mengikis dan bibir mereka bertemu. Para hadirin bertepuk tangan ada juga yang menangis haru, seperti Bokuto dan kawan kawan.
Tuhan telah menulis takdir, bahwa mereka akan terus bersama walau terpisah jauh. Pada akhirnya Tuhan mempertemukan mereka. Benang merah terikat di kelingking mereka.
***
Mas nikahi aku mas /jeduar.
Terimakasih untuk alearagrande sudah mengeditkan, aku jadi dapet ide mwehehehe.
Untuk endingnya abaikan, karena buru buru:').
1195word btw :'D
Sugarhmhm.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top