12. [Jimin] dokter dan pasiennya
Ini pertama kalinya Jirim bertemu dengan pria tampan itu. Pria itu adalah seorang dokter, dan ketika ia tersenyum.. kalian bakal tau, ternyata masih ada seorang malaikat yg hidup di bumi ini.
Saat itu Jirim mengalami gatel gatel pada wajahnya, Jirim tidak tau apa alasannya. Apakah ia alergi ataukah jerawatan? Soalnya yg gatel hanya wajahnya. Walaupun Jirim sudah berusaha tidak mengaruknya, tapi gatel itu tidak hilang.
Bahkan wajahnya terasa kasar, panas dan membengkak merah merah saat ini.
Kebetulan sepupunya menyarankannya untuk pergi menemui dokter dari temannya. Jirim pun meminta alamat praktek dokter tsb dan akhirnya pas ada waktu, gadis ini mengunjunginya juga.
Dan disanalah ia bertemu dengan dokter ini.
"Hai.. nona Shin Jirim?" Ucapnya dengan lembut ke arah Jirim, pria ini bahkan tersenyum hampir membuat seluruh matanya itu tertutup. Imut sekali.
"Y y ya" dan ntah kenapa Jirim jadi gugup.
"Aku akan membuka beberapa obat untukku, hanya di oleskan bila gatal ya.. tiga bulan kemudian kamu boleh datang kembali" ucapnya.
"Y y ya" Jirim hanya bisa mengangukkan kepalanya "dokter... Jimin" Jirim membaca plat nama yg bergantung di jas putihnya.
Pria tsb kembali tersenyum dan menganggukkan kepalanya 'ya, itulah namaku' seperti itu.
Ntah kenapa Jirim jadi merasa gatel ini membawa berkah untuknya, ia dapat menemui pria semanis ini hehe.
***
Satu setengah bulan pun berlalu. Rasa gatel di wajah Jirim mulai mendera. Tapi ada keanehan pada wajahnya, terdapat banyak bintik bintik putih seperti minyak yg tersebar di bagian bawah mulutnya atau sekitar area mulutnya.
Jirim resah menghadapi hal tsb, menurutnya mending gatel daripada wajahnya penuh dengan bintitan seperti ini. Dengan perasaan malu memakai masker, akhirnya Jirim mendatangi klinik Jimin lagi.
Jirim perginya agak malam, sepulang kerja. Untung saja kliniknya masih buka.
Jimin agak terkejut ketika Jirim menemuinya lagi "kenapa? Apakah masih gatal?" Tanyanya juga. Jirim mengeleng tidak dan memperlihatkan wajahnya.
Jimin menyentuh bagian bawah wajahnya tsb, darah Jirim langsung ser seerrr an.
Anjir, kenapa tangannya lembut banget! Owe aja kalah sebagai cewek 😢
"Hem, tenanglah ini hanya jerawat. Aku akan memberikan krim siang dan malam untukmu, nanti tiga bulan datang lagi ya.." ucapnya ramah walaupun singkat. Jirim pun kembali menganggukkan kepalanya dan menebus krim krimnya tsb di bagian kasir yg ada di luar.
Ketika sedang menunggu krim krimnya tsb selesai di kerjakan, Jirim mulai berpikir. Andaikan ia bisa lebih sering melihat pria tsb? Bila saja ia sudah sembuh, akankah ia bisa bertemu dengan pria ini lagi?
Walaupun Jirim berharap bisa sering menemuinya lagi, tapi Jirim juga tau itu sulit. Walaupun dia kangen, tapi dia masih ingin sembuh. Lagian malu tau bila bertemu dengannya dengan wajah seperti ini?
"Haih.." yg ada malah gadis ini mulai mendengus lesu.
***
3 bulan kemudian akhirnya wajah jirim membaik juga. Jimin hanya memintanya terus mengunakan krim tsb sampai habis barulah ia datang lagi. Jirim senang memang akhirnya wajahnya bisa kembali ke semula lagi, kelihatan bersih, lembut dan cerah. Tapi ada satu hal yg membuatnya kepikiran terus.
Aku ingin bertemu dengannya 😢 tapi apa yg harus aku lakukan?
Krimnya ini bisa di pakai setidaknya sampai 6 bulan. Masa setiap 6 bulan bertemu sekali sih? Itu pun bila di kasi kopi resep bisa sampai satu tahun, mana lah Jirim sanggup. Jirim kan kangen..
Sampai akhirnya Jirim menemukan sebuah cara.
Ia kembali mendatangi klinik Jimin malam ini. Untung saja Jirim tidak telat keburu kliniknya tutup, soalnya dia datang kemalaman. Dapat antrian terakhir malah.
Tapi demi Jimin, Jirim rela menunggu.
Dan akhirnya setelah menunggu sejam lebih Jirim di persilahkan masuk juga.
Jimin bahkan terlihat sudah merapikan barang barangnya masuk ke dalam tas nya sekarang. Bersiap siap untuk pulang kali ya. Jirim kan yg terkahir.
"Loh kenapa nona Jirim? Masih bermasalah?" Tanya Jimin juga sedikit terkejut.
"B b bukan"
"Hm... aku pikir, waktu itu kan dokter tidak menambahkan resep salep gatelnya di dalam. Aku takut gatelnya tiba tiba dateng lagi, aku juga tidak tau aku alergi dengan apa kan. Jadi aku ingin minta di buatin resepnya hehe" jelas Jirim panjang lebar.
"Oh.. aku pikit juga. Ya baiklah klo begitu. Tapi sekarang masih terasa gatel gak?"
"Engak, udah lama enggak kok dok hehe" Jimin hanya mengangguk anggukkan kepalanya lalu membukakan resep yg ia maui.
"Hm, Jirim-ssi" panggil Jimin tiba tiba ketika Jirim sudah mendapatkan resepnya dan hendak keluar. Jirim juga terkejut kenapa Jimin tiba tiba bisa memanggilnya "apakah kamu... ingin membersihkan wajahmu? Aku bisa membersihkannya untukmu bila kamu mau? Hm.. seperti yg kamu lihat, kamu adalah pasienku yg terakhir dan aku sudah santai sekarang. Apakah kamu mau? Tenanglah.. aku tidak akan melakukan penarikan komeda dan lain lain, hanya.. cuci biasa hehe" ucapnya.
WHY NOT?!
YA GAK SIH?!
TENTU SAJA AKU MAU 😇
Cepat cepat Jirim pun menganggukkan kepalanya dan merebahkan dirinya di kasur sempit yg memang sudah ada disana. Kasur tsb memang khusus untuk pasien yg ingin membersihkan wajahnya.
Jimin pun mulai mempersiapkan sebaskom air dan spoon yg akan di gunakan.
Pelan pelan ia mulai menyeka wajah gadis ini. Seperti biasanya tubuh Jirim langsung panas merasakan sentuhan tangannya tsb.
Tapi detik itu juga ia mengerti, ia sangat mencintai pria ini, bagaimana mungkin iaa sanggup bila tidak bisa menemuinya lagi?
"Aku mencintaimu" ucap Jirim juga. Ntah keberanian darimana, ia tiba tiba mengatakan hal tsb.
Sebenarnya Jirim juga tidak yakin Jimin mendengarnya, karna suaranya tidak begitu besar.
Tapi Jirim salah, pria itu mendengarnya. Walaupun tidak jelas "hm? Apa yg kamu katakan?" Tanyanya juga.
Jirim terkejut, dan sekarang ia mulai menyesal atas apa yg telah ia katakan tadi. Cepat cepat ia membuka matanya dan lebih terkejut lagi ketika ia mendapati wajah pria tsb hanya berjarak 5cm dari wajahnya.
Jimin menundukkan kepalanya mendekat ke wajah Jirim.
Tidak mendapatkan jawaban apapun dari mulut Jirim membuat Jimin bangkit berdiri lagi dan berjalan ke arah pintu ruangannya.
Hati Jirim sakit, ia yakin pria ini pasti ingin mengusirnya. Lagian Jirim tau ia salah, masa sih seorang pasien jatuh cinta sama dokternya?
"Maafkan aku, aku.." ucap Jirim juga tak kuasa menahan airmatanya. Tapi bukannya di usir, Jimin malah mengunci ruangan tsb.
Klek
Jirim kembali terkejut.
Ada apa ini?
"Kebetulan.. ada satu hal yg ingin ku katakan padamu, apakah kamu ingin mendengarnya?" Ucap Jimin kemudian. Tentu saja Jirim menganggukkan kepalanya "aku mencintaimu. Aku tau tidak wajar seorang dokter mencintai pasiennya, tapi aku beneran menyukaimu"
"Mungkin aku salah memintamu untuk tidak mengunjungi tempat ini lagi, tapi aku sengaja melakukannya, aku malu bila harus bertemu denganmu dalam posisi seperti ini. Aku tidak begitu menyukainya. Bagaimana denganmu?"
Jirim hanya mengangguk anggukkan kepalanya. Sebenarnya ia tidak yakin dengan apa yg ia dengarkan saat ini, tapi ia ingin mempercayainya. Kalau bisa membuatnya bahagia, kenapa tidak?!
Jirim langsung memeluk Jimin membuat pria ini cukup deg deg an. Bahkan Jirim bisa mendengar debaran jantungnya tsb. Jirim pun tersenyum.
Jimin melepaskan pelukan mereka dan menatap Jirim erat "bisakah aku?" Ucapnya bertanya.
Jirim menutup matanya dan membiarkan bibir ngepulm pria ini jatuh di atas bibirnya. Lalu selanjutnya ntah bagaimana, Jimin sudah berada di atas tubuhnya sekarang.
Pelan pelan ia mulai membuka pakaian gadis ini dan miliknya sendiri.
Jirim mengangkangkan kedua kakinya dan Jimin pun langsung menelusupkan batangannya tsb ke dalam tubuh Jirim.
Jirim menyubit punggung Jimin kuat, seakan ia ingin pria ini tau kalau batangannya telah berhasil merobek robek keperawannnya tsb.
"
Aaaahhh...Jimin ahhh...aahhh..." desah Jirim sekuat mungkin ketika cairan tsb mulai tumpah ke seluruh tubuhnya.
Jimin melumat bibirnya lembut, membasahi bibir Jirim yg sudah lelah karna terus berteriak ini.
"Maafkan aku.. aku berjanji, aku akan baik padamu" kecup Jimin sekali lagi.
***
Seminggu kemudian.
Ti tit
Jimin memencet klakson mobilnya dan keluar dari dalam mobilnya. Ia tersenyum manis mendapati pacarnya yg baru keluar dari tempat kerjanya.
"Loh, Dokter. Gak ada kegiatan hari ini?" Tanyanya pula. Jimin yg sebel langsung menyentil bagian hidungnya.
"Aku juga manusia, aku juga perlu waktu buat pacaran okay? Lagian bisa gak sih kamu berhenti memanggilku Dokter? I'm your man right now honey.."
"Oh iya, aku lupa haha" Jimin pun hanya bisa memeluk kekasih pelupanya ini. Walaupun sering lupa, tapi yg penting Jimin cinta.
Uhuyyyyy 😚
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top