#4 - Precious Items / JG ; three

   Sejak awal, terdapat sistem giliran tugas dalam A5 yang dihuni oleh empat insan.

   Yuuko memasak serta cuci peralatan yang dia gunakan, Arisu membeli bahan dan keperluan (juga cuci dalaman perempuan), Hatano gantung dan ambil jemuran, Jitsui sisanya (bereskan kamar juga lap meja—piring dibersihkan oleh masing-masing individu yang makan).

   Tapi tunggu, mengapa hanya Yuuko yang memasak? Bukankah tiga orang lain yang dapat dimanfaatkan juga untuk membuat makanan?

   Well, selain karena pembagian tugas telah pas, hanya Yuuko yang selalu pulang lebih awal (setelah absensi dan pelajaran pertama).

   Meski sejujurnya, ada alasan lebih cocok sekaligus mendasar.

   Hanya Yuuko yang dapat memasak.

***

Precious Items

story © alice-dreamland

Joker Game © Koji Yanagi

tradefic with Istinya_Lelouch

- story only: 1309 words -

p a r t   t h r e e

***

   Memasak adalah salah satu hobi seorang Takegawa Yuuko.

   Meski lebih ke membuat kue kering serta cupcake dan manisan, tak dapat dipungkiri Yuuko juga dapat masak makanan berat seperti nasi goreng, cumi goreng tepung, udang mayones, juga tempura saus inggris.

   Dan untuk menu makan malam nanti, Yuuko putuskan memasak udang saus tiram sebagai lauk—berkawam nasi putih serta sup jagung.

   Kini di dapur—Yuuko mengambil beras, cuci tiga kali dalam baskom seraya buang air yang sisa. Beras basah pun dimasukkan dalam rice cooker, seraya air disiram masuk hingga sesuai kadar berlaku. Tutup pemasak nasi tersebut, nyalakan alat tersebut. Sip, sekarang lauknya.

   Tak membutuhkan waktu lama bagi Yuuko mempersiapkan semuanya, bahan dipotong handal, segala tersiapkan dalam sekejab. Sasuga seorang professional.

   Masukkan materi sup ke dalam panci, diiringi kaldu dan juga air—seraya mengaduk; tunggu panas sementara wajan berisi udang (yang diberi kecap serta berbagai bumbu) dipindah pada piring karena usai lebih dahulu.

   —Dan wajan kosong diletakkan di westafel selama menunggu.

   Lima menit berlalu, sup pun jadi. Mematikan kompor, ambil mangkuk sebagai wadah sup nanti.

   "Yuuko-chan, apa sudah selesai?" Mendadak, mepala Arisu menyembul ke dapur, raut penasaran, dapati sang kawan pindahkan sup dalam mangkuk besar—sementara udang telah selesai dialihkan ke piring lain. "Apa perlu kubantu?"

   "Ah, Arisucchi." Yuuko menoleh, kini usai mengurus lauk—letakkan panci di westafel, seraya menunjuk dua piring yang telah selesai dipindah tadi. "Sudah, kalau begitu ... tolong bawa sup dan udangnya ke meja makan, juga panggil Hatanocchi dan Jitsui karena sudah waktunya dinner, ya."

   Arisu tersenyum, mengangguk sembari ambil kedua lauk—letakannya di meja makan lalu berjalan dekati kamar Hatano dan Jitsui (sementara Yuuko mencuci peralatan bekas memasak tadi).

   Tok! Tok! Tok!

   "Hatano-kun, Jitsui-kun, makan malam sudah siap!" Arisu berteriak, cukup hingga didengar dari dalam kamar—dan benar saja, derap langkah terdengar samar, disusul pintu terbuka tiga detik kemudian.

   Di mana Arisu dapati, Jitsui berdiri—dengan pakaian lengkap setelah mandi, rambut basah tampak berair. Jika saja hati Arisu tidak dimiliki orang lain, mungkin dia telah jatuh cinta sekejab akibat pesona sang pemuda saat ini.

   "Ano, makan malam sudah siap ..."

   Jitsui mengangguk paham, gulum senyuman penuh makna. "Terima kasih informasinya, Arisu-san. Kami akan keluar setelah mengeringkan rambut sebentar lagi."

   Arisu mengangguk, pintu pun kembali ditutup—seraya kembali ke dapur berusaha membantu.

***

   "Itadakimasu!"

   Denting besi saling beradu sapa telinga—kala empat pasang sendok-garpu mulai menyendok nasi dalam piring mereka. Sunyi setia hinggap, toh satu pun mulut tak buka suara.

   Mungkin karena bicara saat makan dianggap tak beretika? Entahlah—yang pasti ini hal yang cukup biasa.

   (Meski tak lama kemudian, pria berponi miring mulai lontarkan kata guna ingatkan.)

   "Ah, Yuuko-san." Sendok diletakkan sejenak, di atas piring yang telah habis setengah. "Besok aku dan Hatano-san ada urusan, karena itu kami akan makan malam di luar."

   Yuuko mengangguk, meski tak dipungkiri kekecewaan mengetuk.

   Eh—tunggu.

   Kecewa?

   Mengapa dia harus kecewa?

   Karena ... Jitsui tidak ada?

   Nope.

   Sepertinya hadir atau pun hilang Jitsui takkan berpengaruh bagi hidupnya.

   Lalu ... karena Hatano tidak ada?

   Pssh

   Ah, tidak, tidak.

   Sepertinya itu juga bukan.

   (Sial, Yuuko kini berusaha menyangkal—detak jantung dalam hati yang setia mengganda, serta wajah perlahan tampak merona. Mengapa semua terkait Hatano begitu buruk untuk hatinya?)

   Arisu di kanan Yuuko tersenyum penuh makna, dapati gelagat wanita di samping pertanda tengah jatuh cinta. Mungkin sedikit membantu arah mereka tidak ada salahnya?

   Lantas dia pun mulai bertindak.

   "Wuaa—sasuga, Yuuko-chan!" Suara keras terkesan ceria, keluarkan Yuuko dari kereta pikiran, toleh samping dapati Arisu tampak nikmati sajian di depan; jemari angkat garpu tusuk udang seraya kunyah. "Makannya sangat enak!"

   Yuuko mengedip tersenyum samar, dia senang makanan yang dibuat dapat memuaskan temannya.

   "Benar 'kan? Jitsui-kun? Hatano-kun?" Manik Arisu kini tatap mereka berbinar tulus—bagai menuntut; senyuman tak kunjung luput.

   Tapi .... eh?

   Arisu juga menanyakan pendapat Jitsui dan Hatano?

   ...

   ... Tidak seperti Yuuko peduli.

   Mungkin karena Jitsui lebih peka dan dia akui santapan lezat, sang pria pun tanggapi dengan senyuman serta anggukan. "Seperti yang dibilang Arisu-san. Makanan ini sangat lezat."

   Yuuko akui gembira mendapat pujian, namun entah mengapa—dia lebih penasaran dengan respons Hatano terhadap masakannya.

   Mengapa?

   Sekali lagi ... entahlah.

   Mungkin karena Hatano teman lelaki terdekatnya, hingga dia begitu ingin tahu tentang sang pria.

   Atau karena ... cinta?

   Tidak, tidak.

   Dia bahkan tidak tahu apa definisi cinta. Dia sering dengar bahwa cinta punya berbagai makna—selain itu, gejala kala seseorang jatuh cinta cenderung parah, dan Yuuko merasa dia tidak jatuh cinta.

   (Atau dia jatuh cinta, namun tidak mau mengakuinya ... ?)

   Ah, sudahlah.

   Biar waktu yang menjawab kelak. Toh Yuuko merasa cinta bukanlah suatu masalah yang patut untuk dibesar-besarkan.

   Lagipula, cinta dapat membutakan seseorang—membuat diri dipenuhi emosi dan menjadi penghambat kala bekerja (terutama jika impian menjadi mata-mata). Maka, cinta bukanlah sesuatu yang indah bagai kisah dalam telenovela.

   Cinta adalah sesuatu yang mengerikan dalam realita.

   Banyak remaja bunuh diri akibat cinta, banyak pula depresi karena ditolak—juga membunuh dan melakukan kekerasan. Semua hal tersebut dilandasi dengan perasaan bernama cinta.

   Tapi kesampingkan cinta dan rasa aneh di dalam dada, diri kembali lontarkan kalimat tanya:

   Apakah hidangan sesuai selera?

   "Apa?"

   Nada ketus diterima indra, buat Yuuko mengedip seraya manik melebar—astaga, dia tak sadar telah menatap sang pria lekat sedari awal. Cepat kembali ke composure semula, Yuuko hendak lontarkan kalimat sanggah, seperti bukan apa-apa

   —Jika saja Jitsui tak timpali dengan ulangi pertanyaan semula.

   "Hatano-san, apa kau tidak ingin berkomentar apa pun tentang masakan Yuuko-san?"

   Mendengarnya, Yuuko menggigit bagian bawah bibir pelan, sementara Hatano terdiam sesaat—tampak membatin cari jawaban.

   Tidak, Yuuko tidak peduli.

   ...

   ... Oke, Yuuko akui dia peduli.

   (Terus terang saja, hati gugup meski tubuh berusaha teguh.)

   Beberapa detik terlewat, dan mulut pemuda mulai membuka—bibir bergerak tuturan dua kata singkat; pita suara keluarkan nada.

   Napas Yuuko serasa tercekat.

   "Tidak buruk."

   —Dan iris melebar, sadari makna dari ucapan. Meski singkat, cukup buat hati gembira. Aneh, padahal bukan pujian spontan—tapi mengapa jawaban seperti itu cukup buat diri berbunga-bunga?

    "Terima kasih atas makanannya."

   Belum sempat berterima kasih, mendadak, Hatano berujar pelan, seraya berdiri cepat dari tempat—buat suara lantai bergesek kursi terdengar keras; kala tubuh keluar kembalikan benda pada posisi semula, seraya bawa piring ke dapur belakang—letakkannya dalam westafel untuk dicuci kelak.

   Dan sejak Hatano beranjak, manik Yuuko ikuti gerakan sang pria—namun hanya beberapa detik sebelum menunduk rasakan wajah memanas. Diri mulai kembali bertanya, apakah ini rasa cinta?

   Tapi jika ini memang cinta, dan dia mencintai Hatano, apa yang sang pria rasakan padanya jugalah sama?

   Yuuko tak tahu, dan Yuuko takut untuk tahu.

   Bagaimana jika kedua hati tak dapat bersatu? Cinta adalah sesuatu yang buruk—sangat buruk.

   Ada yang bilang, cinta itu gerbang menuju fairytale—masuk dan kau takkan dapat terka apa yang kelak menjadi peranmu.

   Antagonis? Protagonis? Atau tritagonis?

   Pertahankan sikap, jangan buat rasa menguasa raga. Cinta mampu membuat buta, buat seseorang melakukan sesuatu yang tidak sepantasnya. Sulit melawan rasa cinta, sebab itulah, sedikit—Yuuko takut akan cinta.

   Tapi katanya—keajaiban adalah saat perasaan berbalas. Di mana dua hati saling mencintai secara mendalam; segala masalah seakan usai karena hati telah terikat. Perasaan menetap yang tak goyah adalah jalan keluar.

   Sebab ketika perasaan berbalas, terjadi keajaiban yang tak pernah kaudapat di segala penjuru—keajaiban yang tersimpan dalam kotak fantastis hanya untukmu, dan sejak itu hari-hari ke depan akan tampak dalam sudut pandang baru.

   Tentu Yuuko ingin pula rasakan kisah bagai dongeng tersebut, tapi sayang, hati masih ragu.

   Hati bimbang dan sangat bingung.

   Meski nyatanya, Yuuko tak sadar.

   Bahwa sekilas, rona merah tipis hiasi pipi Hatano kala kaki kembali ke kamar.

   —Apa perasaan mereka sesungguhnya sama?

- to be continued -

***

   *: gochizousama; biasanya begini kan ya kalo selesai makan ehehe.

   Done ya, kulanjutin lagi besok atau lusa orz. Maafkeun saya lama ya :" aku mau kentalin romansanya sayangnya saya tipe anak yg slow built romance ;; jadi susah huweee *crais*

   Maafkan aku dan semoga Yuuko suka //craisindcorner. Semoga Hatano ga OOC //hiks //crais.

   Sekian,
     alice-dreamland

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top