Bab 5: ARWAH


Malam ini Sakiah ingin menceritakan cerita seluruhnya kepada cucunya, perihal masa lalunya yang pahit. Yanku berlari sampai di rumah mereka yang terpencil. Sakiah heran. "Kamu habis dari mana?"

"Aku ingin membunuh Sefra."

"Aduuh kamu hampir ketahuan ya?"

"Ya, bisa dibilang sepertti itu."

"Sebaiknya kamu jangan bodoh. Jangan gegabah dalam meutuskan apapun. bahaya untuk dirimu sendiri, Nak. Aku sudah tidak punya cucu lagi."

"Ooh ya, apa yang harus aku lakukan kalau begitu?"

"Jangan ke mana-mana. Aku ingin menceritakan masa laluku tentang diriku dan juga si datuk-datuk itu.

Tahun 1950

Malam itu Sakiah sedang menatap Hanu dengan tatapan sedih. Hanu membentaknya sekali lagi. Ia ternyata selama ini mencintai seorang palasik. Sakiah sudah pasti tidak bisa bermesraan lagi dengan Hanu. Hanu, seorang lelaki yang ia cintai tidak akan pernah menghampiri lagi, apalagi setelah tahu ia memakan daging bayi.

Sakiah dipergoki Hanu telah memakan bayi. Hanu tidak sudi mempunyai kekasih seorang palasik. Sakiah ditinggalkan, sampai suatu hari tak sengaja Sakiah bertemu dengan seorang pria dari luar kota bernama Broto. Broto terluka ketika sedang berburu rusa, lalu ia dirawat Sakiah. Mereka berdua jatuh cinta dan melakukan hubungan intim di dalam gua. Mereka melahirkan seorang putri bernama Amalia. Suatu hari Broto sakit keras, mereka tidak ada biaya ke rumah sakit, apalagi keadaan Sakiah yang dimusuhi orang-orang membuat dirinya tidak bisa mengantarkan sang suami keluar dari hutan. Entah mengapa Broto tidak bisa disembuhkan dengan ilmu yang ia miliki. Konon kata Broto, ia salah mengambil jimat di luar kota, itu yang membuat ia sakit keras. Broto pun meninggal. Ia dan Amalia tinggal berdua.

Sementara itu bertahun-tahun kemudian Hanu sudah menikah dengan seorang wanita, namun ketika melahirkan bayi Lukan, ia menghilang, katanya dimakan makhluk halus penunggu hutan. Hanu pun sedih dengan kematian istrinya.

Hanu membesarkan Lukan sendirian hingga remaja. Lukan mempunyai teman bernama Minto, suatu hari mereka bertemu dengan wanita tua, Sakiah. Mendengar Sakiah bertemu dengan Lukan dan Minto, Hanu murka, ia tidak akan membiarkan Sakiah hidup!

Lukan dan Minto pergi berdua atas suruhan Hanu mencari Sakiah. Mereka berdua melihat ada seorang nenek dan seorang gadis sedang berlari-lari berdua. Lukan dan Minto meneriaki mereka berdua. Sakiah dan Amalia berteriak ketakutan.

"Serahkan nenek tua itu kepada kami!" bentak Lukan.

"Ada apa ini?" Amalia bertanya.

"Sudah tidak usah banyak bicara! Serahkan!"

Minto menarik tangan Sakiah, Lukan memanggil warga mereka beramai-ramai memukuli nenek tua itu. Nenek tua yang tidak berdaya, menangis penuh derita. Mereka pun membakar Sakiah. Hanu pun ikut-ikutan, ia tertawa dengan keras lalu menendang nenek tua itu.

Mereka meninggalkan nenek tua itu sendirian ketika tubuh Sakiah tidak lagi bergerak. Amalia langsung membawa tubuh ibunya. Ketika dicek, ibunya tidak kenapa-napa. Sakiah tidak mempan dibakar. Ia hanya pingsan saja.

Yanku mengangguk-angguk mendengarkan cerita neneknya, "Bagaimana dengan ibuku. Amalia. Bagaimana ia bisa bertemu dengan ayah yang bisa menguasai planet-planet?"

"Sakiah terkekeh-kekeh dengan pertanyaan cucunya.

"Waktu itu ibumu sedang bermain-main di hutan, tiba-tiba ada sinar terang dari atas menyinarinya, sebuah pesawat mendarat di depan rumah, seorang pria tampan datang, ibumu jatuh cinta pada pandangan pertama."

"Terus bagaimana?"

"Mereka menikah. Amalia hanya berpikir ingin cepat-cepat punya pendamping, ya sudah, ibu serahkan kepada bapakmu yang ternyata seorang Raja Pteranodon."

"Lalu aku lahir/"

"Iya, itu saja."

"Ibu dibunuh Datuk Minto?"

"Betul, Amalia akhirnya memberanikan diri untuk keluar dari hutan dan membangun sebuah bisnis, namun sayangnya, terjadi persaingan antara dirinya dan Datuk Minto. Datuk Minto menyantetnya."

"Menyantet?"

"Nenek tidak tahu apa yang terjadi tetapi yang pasti, ayahmu dendam hingga hari ini. Ayahmu meminta nenek yang menghabisi keluarga datuk-datuk itu."

"Mengerikan sekali!"

***

Di rumahnya, Datuk Minto berdiam diri, ia resah, apakah balas dendam telah terjadi? Kenapa ada palasik lagi di sekitar rumahnya, ia takut itu adalah roh halus Amalia. Amalia yang sudah meinggal dunia dan balas dendam karena ia tembak dengan ilmunya.

Dahulu ia terlalu gelap mata, tidak tahu mana yang harus ia dahulukan, persaingan sehat ataupun balas dendam. Ia memergoki Amalia sedang menelepon Sakiah ketika sedang mengunjungi butiknya. Ia tidak terima, yang tadinya hanya semacam pesaing biasa, ia langsung hantam wanita itu dengan hujaman ilmu tenaga dalamnya.

Masih teringat di benaknya bagaimana Amalia muntah darah, berteriak-teriak minta tolong, namun tidak ada yang mendengar teriakannya, hanya mereka berdua saja di butik itu. Amalia tewas seketika. Tubuhnya dilemparkan begitu saja di hutan. Minto pun mentuup butiknya lalu berdagang sayuran, berbisnis hingga bertemu mendiang istrinya, Ilsa. Ilsa seorang pengusaha sayuran dari luar kota, mereka menikah dan memiliki, putri, Sefra.

Ilsa suatu hari meninggal karena tertabrak mobil berisi sayuran. Ia harus membesarkan Sefra sendirian hingga hari ini. Segala duka sudah tersimpan, menyatu menjadi satu. Mengerikan dalam raga. Ia tidak tahu, apakah kematian istrinya adalah balas dendam arwah Amalia?

***

Rembulan masih terang-benderang, Daheri merokok di hutan, sendirian, menikmati malam. Ia telah pergi tanpa sepengetahuan orangtuanya. Kalau sampai ia ketahuan, habis ia. Bisa mampus ia dimarahi dan disiram Datuk Lukan.

Datuk Lukan selalu melarang anak-anaknya ke hutan ini. Hutan yang mengerikan, bisa saja ada sosok yang tidak terlihat membunuhnya. Tapi ia yakin tidak ada yang berani menyentuhnya, terlebih ia adalah seorang anak yang baik dan tidak pernah mengganggu penghuni hutan.

Suara jejak kaki terdengar di hutan, ia menoleh, tidak ada terlihat siapa-siapa? Mungkinkah Yanku? Ia tidak sanggup memikirkannya. Ia hanya ingin bisa segera menjalin hubungan yang jelas dengan Yanku lalu menikah seperti layaknya orang yang menikah, tidak perlu ketakutan seperti ini.

Tiba-tiba sebuah penglihatan terlihat jelas di mata kepala Daheri, ada sosok wanita terlihat jelas, ia memakai tudung di kepalanya, kulitnya seperti kulit orang terbakar. Wajahnya seperti orang yang habis menangis, ada dendam di kedua bola matanya. Ia tahu ia berada di mana. Ini adalah dunia astrak yang sangat mengerikan.

"Aku dibakar! Aku mati dibakar?"

"Siapa kamu? Mati dibakar siapa?"

"Datuk Minto!"

Sesaat Daheri sudah mengerti itu adalah ibu Yanku. Daheri membuka mata, tidak ada siapa-siapa di sana. Tidak ada tanda-tanda kehadiran ibunya Yanku. Daheri semakin lama semakin merinding, ia pun pulang ke rumah. Berjalan dengan langkah kaki panjang-panjang, lalu sampai rumah mengendap pelan-pelan.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top