02
Helaian rambut yang bergerak pelan diterpa angin sepoi-sepoi itu membuatnya kewalahan. Risih, lebih tepatnya. Kulihat ia sibuk menyingkirkan anak rambut yang menempel nakal di wajahnya. Lucu dan menggemaskan, aku jadi ingin menguncirkan rambutnya.
Baiklah, pikiranku sudah kotor. Enyahlah. Ini seperti bukan diriku saja. Gadis yang kuamati dari kejauhan itu tampak menggerutu sebal, terlihat dari bibirnya yang mengerucut dan mengeluarkan sumpah serapah yang tidak bisa kudengar. Mungkin, jika aku punya kemampuan seperti Kyoka aku bisa mendengar gerutuannya.
"Hei, Todoroki. Bagaimana?"
Suara Iida memecah lamunanku. Aku menatap malas Iida yang tengah menunggu pendapatku. Baiklah, aku saja lupa apa yang sedang kami bicarakan. Bibirku terkatup, masih mencoba mengingat hal yang tadi sedang didiskusikan. Midoriya berbisik pelan padaku, ia sangat membantu ketimbang teman masa kecilnya yang suka meledakkan sesuatu itu.
"Tentang tugas tadi," bisiknya pelan.
Ah, iya. Aku baru ingat jika tadi kami sedang membicarakan tentang tugas kelompok memasak. Iya, memasak. Aku saja bingung apa keuntungan belajar hal ini di kelas pahlawan. Sementara itu, All Might selaku pemberi tugas hanya menjawab santai protes murid-murid.
"Apa jadinya jika seorang pahlawan tidak bisa memasak? Kalian bisa mati konyol karena kelaparan!"
Begitu jawabannya seingatku. Kelas menjadi ricuh, banyak yang mengeluh terutama para lelaki yang hanya tahu cara memakan makanan, bukan memasaknya. Jujur saja, aku juga tak pandai memasak. Paling-paling hanya merebus air dan memasak mie instan dengan tambahan telur di atasnya.
Sayang sekali, kelompok ditentukan melalui undian. Dan buruknya, teman kelompokku semuanya berjenis kelamin laki-laki yang buta dalam hal masak-memasak. Perlu kuberitahu anggotanya? Aku, Midoriya, Iida, dan Bakugo yang sedari tadi sudah meletup-letup entah apa sebabnya. Mungkin tiap hari ia mendapat period.
"Terserah saja," jawabku sekenanya, lalu kembali memperhatikan gadis itu. Ia mengeluarkan karet rambut dari saku bajunya. Lalu mengikat rambutnya menjadi pony tail. Entah kenapa ia menjadi lebih manis.
Ia berlari pelan mengejar teman-temannya. Tapi, apa harus dengan menyunggingkan senyum manis itu? Jika itu bukan dirimu tak apa. Tapi kau? Senyuman itu begitu kejam.
Ya, kejam.
But you
That smile is so cruel
Cruel
TBC
Fict ini murni fully fluffy :3 jadi gampang nulisnya karena gaperlu mikir berat buat konfliknya 😂
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top