Talk
3 hari setelah kepala sekolah memintaku menemuinya. Aku masih melatih Ikuno Dictus normal seperti biasanya 1 bulan yang lalu. Ku akui dia telah mendapatkan semangatnya kembali tapi kecepatannya masih kaku, serta bisa dikatakan berada di laju Umamusume normal tanpa nama terkenal.
"Tcih.."
Tanpa sadar aku baru saja mendiskriminasi. Apa perlombaan ini lebih penting daripada Ikuno Dictus sendiri? Ego ku yang terlalu besar untuk dapat melihatnya berlari dengan segenap tenaga.
"Trainer..?"
"Y-ya?"
"Ini mungkin perasaan saya saja. Anda punya masalah?"
"Kenapa kau tanya begitu, Ikuno Dictus-san?"
"Gomennasai. Soalnya trainer sudah 2 hari ini tidak seperti biasanya---gomen. Saya bicara seolah mengenal anda. Saya benar-benar minta maaf." ucap Ikuno Dictus sedikit menurunkan kepalanya tanda bersalah.
"H-haha..haha. Mungkin cuma perasaanmu saja.."
"?"
"Yang lebih penting kita harus lebih berlatih keras. Tidak ada yang tahu kapan kau di undang ke suatu perlombaan nantinya... Kan?"
"Hai.."
Ikuno Dictus kembali berlari lagi mengelilingi lapangan olahraga. Aku menyuruhnya untuk istirahat di 10 menit terakhir agar ia tidak terlalu kelelahan ketika jam berenang.
"....Shuuto-san."
"?" namaku dipanggil oleh Rika-san.
"Anda punya waktu sebentar?"
"Hmm??"
Rika-san mengajakku makan bersama di kantin sekolah, murid-murid yang lainnya juga ada di dekat kami. Terutama Ikuno Dictus yang memarahi Twin Turbo karena makan dan minum terlalu banyak.
"Kau minum terlalu sering. Kau harus ingat untuk selalu mengatur dehidrasi agar tidak selalu ke toilet.."
"Eeeh~~.."
Ikuno Dictus tidak cuma menegur Twin Turbo tetapi juga teman sekelasnya yang lain juga.
"A-apa dia selalu begitu? Aku tidak tahu karena kami cuma bertemu ketika jam pelajaran pagi saja, haha.."
"Iya. Shuuto-san pasti lebih terkejut jika mengetahui bila Ikuno Dictus setiap hari di setiap jam selalu begitu. Tapi terkadang dia agak lembut ketika temannya kelelahan dan tidur di kelas habis jam olahraga ataupun renang.."
"Wah. Dia begitu disiplin sekali. Dia lebih mirip trainer ketimbang aku.."
"Hihi.."
"Haha.." kami berdua tertawa.
"Shuuto-san.." nada bicara Rika-san mendadak berubah. Itu terdengar seperti dia lagi ingin membicarakan sesuatu secara diam-diam. "Saya lihat hari minggu kemarin anda pergi ke arah tempat head master. Sejak itu anda begitu diam,"
"Apa terjadi sesuatu? Bila mau Shuuto-san bisa membaginya dengan saya??"
"Aku tidak tahu Rika-san itu baik atau cuma penasaran.. tapi tidak ada salahnya bercerita, bukan?"
Alhasil aku pun menceritakan soal perlombaan yang akan diikuti oleh Ikuno Dictus.
"Shuuto-san, head master terkadang berkata dingin seperti yang beliau katakan kepada anda kemarin tapi saya mohon untuk mengerti bila Shuuto-san berada di posisi head master. Namun izinkan saya menggantikan beliau meminta maaf karena meminta sesuatu hal yang mustahil kepada Shuuto-san.." ucap Rika-san menundukkan kepala.
Bahkan sekarang giliran Rika-san yang menurunkan kepalanya. Padahal dia... Maupun kepala sekolah tidakkah salah.
Bila ini akademi Manusia maka aku berhak untuk marah tetapi ini Tracen Academy dimana semua muridnya ingin berlari.
"A-aku tidak mempermasalahkan hal itu. Mohon angkat kepalamu, Rika-san.."
"Benarkah?"
"Tapi jujur hati ku sedikit marah setelah mendengarnya. Hal seperti ini bukanlah sesuatu yang 'mesti' dipaksakan... Walaupun begitu saya tetap akan melatih sebisa saya.!"
"Saya akan mengembalikan Ikuno Dictus-san ke momennya lagi..!"
Rika-san tersenyum gembira. Dan hal selanjutnya terjadi membuatku terkejut.
"... Huwwaaah~~!"
"Argh!?" pekik ku mendengar Twin Turbo tiba-tiba menangis kencang dibelakangku.
"Buat kaget saja...?"
"......"
Dan tepat di samping Twin Turbo berdiri Ikuno Dictus, Matikane Tannhauser.
"Trainer, apa itu benar yang anda ceritakan barusan?"
"Ah.."
Ikuno Dictus berekspresi sedih.
"Saya minta maaf. Gara-gara saya trainer memiliki masalah.."
"T-tidak-tidak! Kau tidak salah.."
"Trainer!"
"??"
Ikuno Dictus menggempalkan tinjunya. "Saya akan berlatih lebih keras lagi.."
"Kau tidak perlu sampai memaksakan dirimu. Semuanya tidak apa-apa. Dan seandainya aku tidak mampu menjawab tugas diberikan kepala sekolah maka hanya aku yang dipecat.."
"Saya tidak mau itu terjadi!"
"??"
Untuk pertama kalinya aku mendengar Ikuno Dictus berteriak dengan sangat kencang.
"Ikunoneesan..."
"Saya tidak mau anda diberhentikan akibat saya takut untuk kembali berlari. Tidak setelah kita berlatih bersama-sama setiap pagi, maka dari itu saya berjanji.... Shuuto-san, saya akan berlatih dengan sangat keras hingga bisa membantu Shuuto-san."
"Shuuto-san, Ikuno Dictus telah bertekad untuk melakukannya. Tidak ada salahnya untuk mencoba.." cetus Rika-san.
"Ikuno Dictus, kau tahu betul jika latihan untuk mengembalikan jati dirimu itu bukanlah sesuatu yang mudah'kan? Ini akan menjadi latihan paling lama dan keras yang akan kau dapati.."
"Saya tidak takut.."
"Baiklah.."
Apa selama ini aku takut, apa aku takut bila seandainya Ikuno Dictus tidak bisa berlari lagi? Apa aku takut bila dia mengalami nasib yang sama sepertiku?
Aku... Tidak tahu. Tapi setelah melihat tatapan dan tekadnya menyadarkanku.
Ku angkat wajahku dan tersenyum.
"Kita latihan lagi di hari Sabtu tapi lebih giat. Aku tidak akan membiarkanmu memaksakan dirimu..."
"Tapi kita melakukannya bersama-sama, bukan?" tanyanya.
"... Ya!"
Mungkin ini baru sebuah awalan kerja sama kami berdua.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top