Chapter 9

"(Y/n)-san tolong pesanan ini untuk meja nomor 9!"

"Hai'!"

Hari ini hari yang sibuk bagi (Y/n), kafe tempatnya bekerja benar-benar ramai pelanggan, mungkin karena ini hari libur.

(Y/n) bahkan harus merelakan istirahat makan siangnya karena kekurangan karyawan saking ramainya.

"(Y/n)-san tolong untuk meja nomor 3!"

"Hai'!"

"(Y/n)-san tolong bersihkan meja nomor 18, ada pelanggan menunggu."

"Ha.. Hai'!"

(Y/n) sudah benar-benar kewalahan belum selesai 1 datang lagi yang lainnya, bahkan Reira--temannya yang biasanya bisa bersantai main hp langsung sibuk habis-habisan karena ramai.

Keadaan kafe benar-benar ramai, hingga larut malam kafe mulai sepi pengunjung.

(Y/n) terduduk dengan lemas di salah satu meja, dihadapan nya Reira terduduk juga sama lemasnya.

Gadis bersurai hitam itu bahkan sudah tidak peduli dengan rambutnya yang sudah seperti pakan kuda.

"Aku... capek, sepertinya besok aku butuh libur."

"Mm... aku juga. Perutku sakit, seharian ini aku hanya makan roti."

"Tentu saja tidak mungkin untuk libur besok Sakuragi-san, mengingat baru kemarin kalian berdua libur." Seorang pemuda bersurai hitam meletakkan 2 piring omurice ke meja sambil tersenyum hangat. "Terima kasih atas kerja keras kalian berdua. Kalian boleh pulang."

Mata (Y/n) berbinar melihat makanan didepannya. "Terima kasih banyak tenchou." Dengan penuh nikmat (Y/n) menikmati makanannya.

Lain halnya dengan Reira yang berbinar karena hal lain, sampai-sampai lupa dengan makanan dihadapannya.

"Kalau begitu, aku kembali bekerja dulu."

Pemuda itu berlalu pergi, mata Reira masih setia menatapnya dengan banyak khayalan dikepalanya, sampai (Y/n) membuyarkan khayalannya.

"Kalau kau gak mau kumakan nih." Tangannya hendak mengambil piring dihadapan Reira, tapi Reira langsung mencegatnya.

"Jangan!! Ini buatan tenchou!!" Reira langsung menyedok makanannya ke mulut demi mencegah (Y/n) mencolong makanannya.

"Darimana kau tau itu buatan tenchou, memangnya kau lihat kalau dia yang masak?"

"Hatiku berkata begitu." Jawab Reira penuh percaya diri. Tangannya terus menyendok nasi kemulut, tapi matanya masih asyik liatin managernya.

(Y/n) menghela nafas melihat tingkah temannya. "Kalau suka tembak aja, keburu diambil cewek lain."

Reira langsung tersedak, rona merah memenuhi pipinya. "Ha?! K-Kau gila?!! Ma-mana mungkin aku dan manager berpacaran."

"Dah yakin banget ya bakal diterima, padahal bisa saja ditolak."

"Hidoi!!"

"Hahahaha, yaudah aku ganti baju dulu, seharian ini aku capek pengen langsung pulang dan tidur."

"Nggak mau nungguin nih?"

"Nggak. Kau makan saja sambil menikmati pemandangan indah."

"H-ha!!! Maksudmu apa?!!!"

'Dasar Tsundere.' Batin (Y/n).

(Y/n) mengganti bajunya dengan baju kasualnya, niatnya mau keluar lewat pintu belakang tapi gak jadi karena suara ribut dicafe.

Karena penasaran, (Y/n) kembali lagi ke cafe.

"DASAR B*JING*N!! JANGAN SEENAKNYA MENGGODA PACARKU, SIALAN!!!"

"Yu-kun tenanglah."

"Maaf tuan, tolong tenanglah."

Pemandangan tak terduga dilihatnya, seorang pria bersurai coklat yang sangat dikenalnya sedang dicaci maki oleh seorang pria asing yang bajunya ditarik oleh seorang gadis dari belakang.

Tanpa bertanya pun (Y/n) langsung tau apa yang terjadi. Tanpa pikir panjang, (Y/n) langsung melesat kearah pria itu.

"Maa... maa... tenanglah tuan, aku tidak tau ternyata gadis manis ini sudah punya pacar, maaf sudah menggoda pacarmu."

Bukannya tenang emosi pemuda itu malah tambah baik. "TEME-!!!"

"Dazai."

Suara dingin bagaikan es itu mengalihkan atensi Dazai ke gadis yang menatapnya seperti psikopat.

"(Y/n)-chan~~ aku datang untuk menjemputmu pulang karena sudah la-AAAA"

BRUAK!!

Dazai terkapar dilantai, suasana langsung hening.

"(Y- Y/n)-chan..." Reira bahkan sampai ternganga melihat (Y/n) bisa membanting pria yg lebih besar darinya.

"Mohon maaf atas kelakuan orang ini." (Y/n) membungkuk kan badannya, meminta maaf pada pria yang pacarnya diganggu Dazai tadi.

"Mohon maaf atas kejadian ini, silakan nikmati kembali waktu anda."

"Hidoi yo (Y/n)-chan~~ punggung ku sakit nih." Dazai berdiri pelahan sambil memegang punggungnya.

"Boda amat, ayo."

(Y/n) langsung menarik Dazai keluar cafe, sudah sedikit jauh dari cafe, (Y/n) menghentikan langkahnya.

"Kau ini ngapain sih ke tempat kerjaku?!! Mana bikin masalah lagi!! Bisa nggak sih kau jangan seenak jidat menggoda cewek?!!!!" Perempatan memenuhi kepala (Y/n).

"Kan dah kubilang aku datang untuk menjemputmu, ini sudah larut, tidak baik bagi seorang gadis berjalan sendirian."

"Aku bisa jaga diri tau!!!"

(Y/n) menarik nafas mencoba menenangkan diri.

"Aslinya aku sudah disana sejak siang, tapi karena rame dan kau sibuk jadinya aku mendatangimu pas malam saja."

"Kau bolos ya?"

"Nggak kok." Wajah sok polos Dazai malah terlihat lebih mencurigakan bagi (Y/n).

"Iya kau bolos, akan kutelpon Kunikida-san."

Dazai langsung menahan tangan (Y/n) yang hendak mengambil ponselnya.

"Nggak usah, ya."

"Aku kasihan pada Kunikida-san yang mempunyai partner sengklek sepertimu."

"Kau salah (Y/n)-chan, Kunikida-kun sangat beruntung punya partner hebat sepertiku."

(Y/n) melanjutkan langkahnya, mengabaikan ucapan Dazai. Dazai mengikutinya dibelakang.

"Sampai kapan kau akan mengekoriku?"

"Sampai kau tiba dirumah."

Mereka akhirnya berhenti didepan bangunan 4 tingkat yang tak lain adalah apartemen (Y/n).

"Kita sudah sampai jadi kau boleh pergi sekarang."

"Hai' hai'" Dazai berjalan pergi dengan malas.

Dirasa Dazai sudah agak jauh, (Y/n) masuk ke apartemen nya, mengistirahatkan diri untuk hari esok.

*     *     *

"Kau tidak mau keluar? Sejak tadi kau sudah ketahuan lho..."

Sebuah tendangan menghampiri pria bersurai coklat itu yang dengan mudah dihindarinya, pelakunya berdecak kesal.

"Yare yare, aku tidak tau eksekutif mafia punya banyak waktu luang sampai bisa mengikuti seorang gadis seharian atau apa Mori-san mulai menaruh mata pada (Y/n)-chan?"

"Apa yang kulakukan bukan urusanmu, sialan!"

"Tentu itu urusanku Chuuya, (Y/n)-chan itu pacarku."

"Cih! Kalau begitu apa harus kuberitahu nomor semua wanita yang kau tinggalkan menangis kepadanya?"

"Kalau bisa jangan lakukan itu."

"Oh. Itu bisa jadi ancaman bagus untukmu."

"Jangan jadi perusak hubungan orang, Chibi!!"

"Jangan panggil aku 'Chibi', sialan!!!!"

Chuuya melenggang pergi sudah malas rasanya dia berurusan dengan Dazai. Dazai juga pergi dari situ berkeliaran bebas ke penjuru kota. "Apa aku bisa menemukan tempat bagus untuk bunuh diri, ya?"

*     *     *

Mari kembali kesiang hari disaat (Y/n) sibuk bekerja.

Saat itu Chuuya sedang berada disalah satu gang disekitar tempat kerja (Y/n) dikarenakan misinya.

Selesai menghajar pembuat onar itu, Chuuya menyuruh anak buahnya membereskan kekacauan itu.

Saat keluar dari gang itu, matanya melihat sosok familiar memakai pakaian maid disalah satu cafe diseberang situ.

Chuuya P.O.V

Bukannya itu (Y/n), jadi dia bekerja disana, apa sebaiknya aku menghampirinya ya? Tapi dia kelihatannya sedang sibuk.

Ah.

Kenapa juga aku harus menemuinya, dia bahkan sudah melupakanku.

"Aku akan sangat bersyukur kalau kita bisa bertemu lagi."

Kau bilang begitu tapi kau melupakanku.

"Aku tidak akan mengingat apapun yang kulakukan saat ini."

Kau benar-benar gadis yang jujur, aku jadi menyesal karena mencurigaimu.

Kakiku tanpa sadar tetap melangkah kesana, baru beberapa langkah aku terhenti karena sosok menyebalkan berada didepan cafe itu.

Mackarel brengsek! ngapain sih dia disitu mengganggu saja! Kalau ketemu dia pasti ngesalin nanti.

Perlahan aku mulai melayangkan tubuhku keatap bangunan disebrang cafe, dengan terpaksa aku hanya bisa mengamati dari atas.

Chuuya P.O.Y End

Dan begitulah bagaimana Chuuya bisa berakhir jadi stalker (Y/n), yang tentunya keberadaannya sudah disadari Dazai yang ikutan jadi stalker.

Beruntung cafe hari ini ramai jadi (Y/n) gak sadar ada yang mengawasinya.

*     *     *

Kembali ke malam hari diapartemen (Y/n).

(Y/n) sedang mengusap rambutnya yang lembab dengan handuk sambil melihat langit malam dari jendela kamarnya.

"Dasar Dazai, kenapa juga dia harus repot-repot mengurus seorang stalker. Tapi, Dazai bilang dia disitu dari siang kok aku gak sadar, ya? Jadi si stalker itu juga sama, ya? Pas malam sih aku baru nyadar."

Tangan-nya beralih ke buku gambar diatas meja disamping tempat tidurnya.

(Y/n) mendudukkan dirinya dikasur kemudian membuka buku itu, melihat satu persatu gambar dibuku itu, kebanyakan gambarnya hanyalah gambar dengan bentuk yang samar, kalau orang lain lihat mungkin bagi mereka itu hanya seperti coretan anak kecil.

Tapi faktanya (Y/n) menggambar itu berdasarkan ingatannya yang sangat buram, satu-satunya petunjuk baginya untuk mencari hal yang membuat hatinya sesak.

"Hmm..... sudah pasti sebagiannya adalah tempat tertentu, Oda Jinja, Tokyo tower, Yayoinomori, Kiyomizudera, sisanya aku masih belum tau. Haahh.... pas aku koma aku berkeliaran kemana aj sih..."

Matanya menatap lamat-lamat salah satu gambar dibuku itu, satu-satunya dalam ingatannya yang selalu membuat hatinya sesak.

"Oranye.... langit senja....? Orang....? Orang?"

Bayangan samar terlintas dipikiran (Y/n). "Kau seperti anak kecil....."

"Adu-duh kepalaku!" Tangan (Y/n) memegangi kepalanya yang mendadak terasa sangat pusing.

"Lagi-lagi kepalaku pusing..."

Setetes air mengenai gambar itu, (Y/n) tersenyum pilu. "Lagi-lagi aku menangis." Tangannya mengusap air matanya yang mulai mengalir.

"Orang ya... berarti warna jingga ini warna rambutnya? Orang dengan rambut berwarna jingga." (Y/n) tersentak. "Kalau diingat-ingat orang waktu bersurai jingga ya, dan juga..." Tangannya memegang dadanya. "Entah kenapa hatiku terasa sesak."

(Y/n) berdiri dengan penuh semangat. "Yosh! Kalau begitu aku hanya perlu menemukan orang itu lagi!!"

"Aku pasti akan menemukanmu."

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top