Ikhtiar20

"Assalamualaikum yaa 'I Love You'!"

'Yaa Salam.' Prilly terhenyak kaget begitu menerima panggilan pagi itu sambil bersiap berangkat kerja sekaligus menjemput Ali.

"Abang 'AKU' masih "I LOVE YOU"-nya ii-kah?"

"Abang AKU, sudah gak sakit lagi-kah?"

Setelah tak saling menjawab tanya, ada hening diantara mereka. Nampaknya masih ada rasa syok setelah sekian waktu berkejaran dengan ego yang pada akhirnya berujung sakit menyebabkan mereka bisa saling membuka kata meluruskan cerita yang tertahan hampir sepuluh tahun lamanya.

"Aku bawa mobilnya, besok aku yang jemput ya!"

Akhirnya Prilly membuka suara setelah sekian menit bungkam.

"Gak jadi nemenin?"

Pertanyaan Langit selalu saja membuatnya menahan diri untuk tidak terlalu berlebihan berekspresi.

"Kan aku bilang bukan mahrom." Jawabnya konsisten namun kali ini lengkungan ditahan dengan menggigit bibir bawahnya.

"Supaya mahrom bagaimana?"

Pertanyaan yang harusnya Langit sendiri tahu jawabnya, namun Prilla menahan untuk tidak berkata, "Ya abang AKU bawa Aku ke KUA lah!"

Bagaimana mau berkata demikian, hubungan mereka aja masih tanpa status. Untuk mendapat kepastian, meski ada hadist riwayat yang menggambarkan pernyataan menginginkan suatu hubungan antara kedua belah pihak tidak terbatas pada gender.

Diriwayatkan Nabi Muhammad SAW pernah didatangi seorang sahabat wanita bernama Zainab binti Hakim yang mengungkapkan cinta dan meminta untuk dinikahi oleh Nabi SAW.

Hadits tersebut berbunyi:

”Dari Tsabit AL-Bunani, ia berkata: ”Kami duduk bersama dengan Anas bin Malik (yang disebelahnya ada salah seorang anak perempuannya). Lalu Anas berkata:

”Datanglah seorang perempuan kepada Nabi SAW, lalu ia menawarkan dirinya kepada beliau. Kemudian perempuan itu berkata: ”Wahai Rasulullah, apakah anda ingin menikahiku?”.

Mendengar hal ini, kemudian anak perempuan Anas menyeletuk: ”Betapa dia tidak tahu malunya perempuan itu. Sungguh memalukan, sungguh memalukan”.

Lalu Anas menjawab: ”Perempuan itu lebih baik daripada kamu. Ia menginginkan Rasulullah SAW, karena itu ia menawarkan dirinya kepada beliau”. (HR. Ibnu Majah).

Berdasarkan hadits tersebut, dapat disimpulkan bahwa tindakan dimana seorang wanita lebih dulu mengungkapkan perasaan kepada pria tidak disalahkan dalam Islam, dan bahkan menjadi sebuah kebaikan apabila memang dilakukan atas keinginannya mencari ridha Allah SWT.

Mencari Ridho Allah?
Prilly akui ia belum sesholehah itu. Ia hanya mementingkan perasaannya. Justru setelah ditolak ia belajar bahwa Allah tidak selalu memberikan apa yang diharapkan tetapi apa yang di butuhkan. Ia sudah cukup berikhtiar namun jika ternyata tidak menyentuh hatinya, berarti Allah akan memberikan yang jauh lebih baik atau Allah sedang menguji kesabarannya, memperbaiki dirinya, memperbaiki tujuannya.

Dan pada akhirnya ia menyadari bahwa bukan hanya tentang mengejar-ngejar cinta dunia. Namun tentang
QS. Asy-Syura : 20, Kejarlah akhirat maka dunia akan mengikutimu. Allah-lah pemilik hati yang sesungguhnya. Tidak ada selain DIA yang mampu membolak-balikkan hati. Dan pada kenyataannya saat ini ternyata bukanlah tentang membolak-balik hati, namun bagaimana cara Allah untuk menyatukan hati yang sebenarnya sudah satu namun terhalang restu.

"Halo!"

Terperanjat, Prilla kembali fokus pada pendengarannya yang sedari tadi ditempeli gawai.

"Iyaa, wa'alaikumusalam, yaa abang AKU." Lirih ucapnya seolah berhati-hati. Masih malu-malu."Ini ii sudah mau berangkat!"

"Hati-hati ya, sayang!"

Aduh.
Jantung bagai geludukan, Prilla meraba dadanya. Kesekian kali dari tadi malam ia mendengar kalimat itu, sebelum ia berhasil meyakinkan bahwa dialah yang harus membawa mobil dan Ali beristirahat saja dirumah bukan justru mengantarkannya.

"Kalau saya bawa sendiri mobil bapak kerumah, besok saya jemput bapak, tapi kalau bapak yang antar saya, besok saya pergi kekantor bawa mobil sendiri, pilih mana?"

Setelah terdiam sejenak menatap Prilla yang setelah berkata wajahnya mengeras dan kembali kepada pengaturan awal 'Saya' dan 'bapak', akhirnya Ali harus mengalah.

Sementara Prilly sendiri cukup sadar maksud Ali hanyalah mengkhawatirkannya jika pulang sendiri membawa mobil sendiri, tapi ia sendiri mau mengemudikan mobil Ali dan membawanya pulangkan karna Ali sakit, kalau dia tidak mau istirahat malah mengantarnya pulang kenapa tadi ia harus susah-susah mengemudikan kerumahnya?

"Iya iyaa, gak usah marah, gak harus saya-saya, bapak-bapak juga sih," tangan Ali spontan merengkuh bahu dan mengusapnya. Sejenak Prilly jadi speechless namun kemudian sadar.

"Aduh, kelamaan berduaan ada yang ketiga, bang, mending adek balik!" Prilla mendadak berdiri lalu bersiap pergi.

"Padahal masih mau dekat kamu lebih lama," Ali yang masih duduk, menengadah lalu meraih telapak  tangan Prilly dan menggenggamnya.

"Iyaa, tapi itu kerjaannya setan memang suka menghasut, yang belum halal mau didekatkan, kalau udah halal mau dipisahkan," pelan Prilly menarik tangannya, tak ingin kalah sama hasutan setan yang sedang buat ia nyaman berada didekat yang bukan mahrom. Astagfirulloh.

"Aku pulang ya, abang AKU istirahat, tidur nyenyak, besok sudah pulih aku jemput!"

Ali mengangguk patuh saat Prilly pamit.

"Hati-hati, sayang!"

Aduh. Ada yang berbunga tapi bukan bukit. Ada yang menghangat tapi bukan perapian dimusim dingin.

"Ya udah, aku tunggu ya, Assalamualaikum 'I Love You'-nya AKU!"

Lagi. Prilly kembali dari kehilangan fokus akibat kalimat berbunga yang bertubi.

"Waalaikumusalam, 'I Love You'-nya ii!"

Prilly memandang layar ponsel yang sudah tidak terhubung lalu menempelkan didadanya.

"Non, tidak sarapan dulu?" Suara mbak Diyah mengagetkannya saat gegas keluar kamar menuju keruang tamu.

"Gak sempat deh kayaknya, mbak, aku harus jemput dia, aku bawa mobilnya tadi malam!"

"Dia?" Mbak Diyah bernada menyelidik. Kepo.

"Teman aku." Jelas Prilly singkat menarik sedikit bibirnya.

"Oh, pantes kok gak kayak biasa harusnya didapur dulu bikin bekal, tapi saya bikin nasi goreng pagi ini sesuai resep si non, mau buat bekal gak?"

"Lama gak nyiapinnya?"

"Takut telat atau kepingin segera jumpa nih non?"

"Mbak Diyah ini!"

Tersipu Prilly karna tersadar, mbak Diyah mudah menebak tingkahnya. Ia menepuk jidatnya. Malu. Untung mbak Diyah segera berlalu tanpa banyak kata lagi untuk mempersiapkan bekalnya. Agak maksa memang mbak Diyah karna biasanya si non sarapan dengan masakan buatannya, meski jika bawa bekal Prilly punya waktu untuk buat sendiri.

Lima belas menit kemudian, Prilly sudah meluncur bersama mobil Ali menuju kediaman pria itu, yang tanpa kata 'Yuk kita pacaran' membuatnya merasa melayang. Ikhtiarnya bertemu dengan muaranya. Seperti gelap bertemu siang.

Hampir setengah jam ia sudah berada didepan komplek dimana rumah tinggal Ali berdiri. Masuk kepekarangan rumah, sudah terlihat Ali berada diberanda dengan wajah yang cerah melihatnya. Sudah rapi lengkap dengan sepatu dan tas siap kerja. Bahkan rumahnya sepertinya sudah ia kunci.

"Setengah jam rasa setengah abad," sambut Ali.

"Udah siap aja, pak?" Seru Prilly saat turun dari balik kemudi melangkah menuju beranda.

"Belum dikantor belum bapak!" Protes Ali saat mereka saling mendekati.

"Iyaa abang AKU, abang udah sehat?" Prilly meminta tas kerja yang ditenteng Ali. Kemudian Ali melebarkan lengannya untuk digandeng membuat Prilly tertawa lalu memukulnya.

"Alhamdulilah, tadi malam tidur nyenyak padahal aku pingin mimpi kamu." Merangkul pundak Prilly, mereka melangkah menuju mobil yang mesinnya masih menyala.

"Kamu inii, berenti sih buat melting terus!" Prilly menoleh sambil menyentil lengan Ali

"Terus? Jadi selama ini pura-pura gak melting?"

"Aaaaaakkk!"

Ali tertawa sambil mengacak kepalanya yang ditutup turban meski rambutnya agak keluar sedikit. Mengenakan kemeja garis warna biru, Prilly menatap kemeja biru yang dipakai Ali.

"Couple ya, sehati!" Ali mengikuti arah pandang Prilly pada kemejanya bergantian ke kemeja yang dikenakan Prilly. Hari ini dia sangat manis kemejany dipadu dengan rok

"Gak alergi lagi couple sama aku?"

"Sudah ah jangan ungkit-ungkit lagi!" Ali menyentil rambut yang menjuntai keluar dari turbannya.

"Abang Aku, udah gak papa kalau nyetir?" Tanya Prilly ketika mereka sudah berada didepan mobil.

"Insya Allah, udah baikan banget kok, berkat doa kamu, berkat sayang kamu, berkat---."

"Berkat Allah SWT, bang, tanpa DIA kita ini apa?"

"Ya, sayanggggg!" Ali menyentil  hidungnya gemas. Prilly nampak mengusap hidungnya setelahnya.

"Eiii udah bang, gak usah pake bukain pintu segala, abang itu sudah kelewat romantis, gak perlu ditambah-tambah lagi!" Tolak Prilly saat Ali menuju pintu disebelah kemudi.

"Mau dipasangin seat belt gak biar kaya di drama-drama romantis?"

"Enggak!" Geleng Prilly sambil tertawa.

Meskipun dijawab penolakan, Ali tetap memasangkan seat belt membuat Prilly makin merapatkan punggungnya ke sandaran kursi hingga lengan Ali yang meraih tali pengaman disamping kiri tubuhnya sedikit berjarak dengan dadanya yang bergejolak.

"Nah sudah aman I Love You-nya AKU!"

"Makacii, I Love You-nya ii!"

Cahaya mulai makin benderang. Awal yang baru di pagi yang cerah. Sepertinya Allah melalui semesta mendukung ikhtiar mereka berada dimuaranya, melupakan dimana masih ada pintu kesekian yang harus mereka dobrak dengan kembali IKHTIAR.

---------
Banjarmasin, 31 Maret 2024
20 Ramadhan 1445H
07.53 wita

Selamat pagi 20 Ramadhan, selamat malam ke 21 ❤
Bersenang-senanglah di bab ini, guys!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top