Ikhtiar10
"Terima Kasih, Ka!"
Prilly turun dari boncengan Saka. Keluar dari gedung kantornya, didepan pos security Saka sudah menunggu dengan motornya.
"Haii, Pril!" Saka melambai sebelum ia menghampiri.
"Hai, lo kok disini?" Tanyanya heran.
"Nunu tadi nelpon, minta bantu jemputin lo katanya dia ada urusan jadi pulang duluan gak bisa numpangin lo!"
Oh, pantes. Batin Prilly. Ulah Nunu. Hari ini paket komplit. Nunu duluan pergi kekantor, dia belakangan karna harus kebengkel itulah sebabnya 5menit sebelum jam keterlambatan ia baru sampai, tidak sempat membuat bekal, pulang terlambat karna menyelesaikan laporan, akhirnya mobilnya menginap karna bengkelnya tutup. Ia juga tidak suka menggunakan mobil kekantor atau kekampus, ia lebih suka naik taksi online bahkan ojek online, menurutnya lebih praktis tidak bikin macet. Lagi pula mami dan papinya agak mengkhawatirkan kalau ia harus membawa mobil sendiri. Mau dikasih driver sama maminya ia tolak. Ia tidak mau orang-orang tahu sebenarnya meskipun ia tidak bekerja, ia dari keluarga yang cukup. Namun cukup saja tidak bisa menjadikannya alasan untuk tidak mau belajar, bersosialisasi dan berpengalaman.
"Gak usah makasih, gue senang bisa bantu," sahut Saka sambil tersenyum.
Prilly membalas senyumnya, menghargai apa yang telah Saka berikan padanya hari ini. Waktu.
Prilly tidak menawarkan pada Saka untuk singgah. Tidak, ia tidak akan memberi harapan. Dirumah tidak ada sesiapa, ia yang enak jika ternyata Saka tidak menolak ditawari mampir padahal hanya basa-basi. Buat apa seorang laki-laki mau-maunya menjemput lawan jenis yang baru dikenal, diminta tolong orang lain pula.
"Maaf jadi ngerepotin lo, Nunu memang agak lain," kata Prilly tak enak.
"Gak repot kok, searah ini," sanggah Saka meyakinkan kalau ia tak terpaksa dan tak mengapa menjemput Prilly.
"Makasih lagi deh!"
"Biasa aja, gue langsung ya, Pril."
Prilly mengangguk dan melambaikan tangan kemudian berbalik dan melangkah menuju pagar, menggesernya lalu memasuki halaman rumah minimalis yang nampak sederhana dan asri dari luar.
Prilly menekan layar gawainya lalu memanggil nomor telpon Nunu. Tetapi panggilannya tidak dijawab. Ia pikir Nunu masih sibuk dengan pengacaranya Iman. Sebenarnya sebagai sesama perempuan ia merasa geram dengan ulah Iman dan juga geram dengan sikap Nunu yang sepertinya masih ada rasa dan tidak bisa menolak permintaan lelaki itu.
"Gue sakit hati membayangkan dia tidur sama perempuan lain!" Berkali-kali kalau curhat, Nunu mengungkapkan kecewanya.
Pasti. Istri mana yang tidak sakit hati, tapi tetap saja Nunu mau membantu mencarikan pengacara, mengkonsultasikan dengan tim kuasa hukumnya tersebut agar meringankan Iman. Bahkan ia menutupi aib Iman dari keluarganya. Orang tua Iman bahkan belum tahu keadaan rumah tangga yang retak akibat ulah putranya. Bucin memang separah itu. Namun ajaibnya, Nunu tidak bisa toleransi terhadap bucinnya Prilla pada Langit.
Ngapain lu minta Saka jemput gue?
Tadinya Prilly ingin menyemprot Nunu secara langsung. Ia paham maksud Nunu baik, ingin ia move on segera dari Langit dari pada tersiksa mengejar-ngejar tapi diperlakukan tidak terhormat. Women support women. Namun ia merasa sudah dewasa, ia mampu mengontrol diri dan perasaannya. Buktinya meskipun hatinya masih ada rasa, ia tetap komitmen untuk tidak bertindak secara brutal dan ugal-ugalan lagi seperti sebelumnya terhadap Langit. Ia mendengarkan nasehat Nunu yang masuk akal,
"Ikhtiar sih ikhtiar tapi jangan maksa, kata ustadz, ikhtiar 20%, 80%-nya tawakal, Allah yang tentukan, lagi pula itukan cuma dunia, lu ngejar dunia dapetnya cuma dunia, kalau lu ngejar akhirat, pasti dunia dalam genggaman, ilustrasinya begini : lu minta gelas dapatnya cuman gelas, tapi kalau lu minta air dapatnya air dan gelas," ungkap Nunu panjang lebar dan masuk akal bagi Prilly apalagi Nunu menggunakan 'kata ustadz' yang artinya dia gak sembarang menyampaikan teori.
"Kata ustadzah, Ikhtiar mengetuk pintu langit agar apa yang diinginkan terkabul, itu bisa dengan apa coba?" Lanjutnya.
"Dengan apa?" Prilly balik bertanya.
"Salah satunya, dengan Tahajud di sepertiga malam, tapi Tahajud itu sholat sunah, sholat wajib udah lu kerjain gak?"
Prilly terdiam. Sholatnya masih bolong-bolong. Yang rutin hanya Magrib. Tadi aja pulang pas magrib, magribnya jadi ketinggalan. Astagfirullah.
"Perbaiki sholat dulu dan tepat waktu, kata ustadzah!"
Prilly seketika melonjak bangun. Terniat menunaikan Isya.
Sedari tadi Prilly hanya membolak-balik badannya diatas permukaan empuk yang cukup besar. Dirumah memang ada asisten, tapi tidak mungkin ia tidak memberi si mbok waktu istirahat hanya untuk menemaninya ngobrol. Waktu ngobrolnya saat tadi disiapkan makan malam oleh si Mbok. Si Mbok itu rajin sholat, tapi tak pernah menyuruh-nyuruhnya untuk sholat. Mungkin merasa bukan pada tempatnya kalau harus menasehati majikan, lagi pula tidak diminta dan tidak ada moment. Hanya seumpama lagi ngobrol dan masuk waktu sholat, beliau akan ijin menunaikannya.
Ushalli fardlol I'syaa-i Arba'a Rakaa;aataim Mustaqbilal Qiblati Adaa-an Lillahi ta'aala
Untung saja masih ingat niat sholat sendiri, sebab masih sering sholat meski bolong-bolong. Prilly mencoba khusuk menghadap kiblat.
---🎶🎶🎶---
Astagfirullah. Cobaan datang. Suara panggilan dari gawainya yang ditaruh diatas nakas secara ugal-ugalan membuat khusuknya tersenggol. Begitulah godaan syetan. Tadi gegoleran diranjang mau nelpon aja tidak dijawab dan ngirim chatt belum dibaca. Begitu baru ushalli ponselnya malah teriak-teriak. Prilly mencoba menepis godaan setan terkutuk dengan tetap fokus membaca doa iftitah, alfatihah dan surah pendek. 4 rakaat sholat Isya, selamat sudah.
Gue kan tau lu tadi gak bawa kendaraan makanya gue inisiatif nyariin lu tumpangan
Tidak dijawab panggilannya, ternyata Nunu mengirim chatt.
Tapi lu kan gak tau gue udah selesai apa belum
Untung aja gue sudah selesai, kalau gak, dia bakal nunggu lama disitu
Emang kenapa?
Ada yang bikin gue bingung tadi, tapi udah dibantu
Dibantu?
Langit
-----🎶🎶🎶----
Akhirnya tidak puas chatt, Nunu langsung memanggil.
"Jadi lu berdua-duaan dengannya? Akhirnya meleleh lagi? Inget---."
"Siapa yang meleleh lagi sih? Dia membantu bukan merayu." Potong Prilly sebelum Nunu melanjutkan.
Seketika ia terbayang pria yang ia pandang dari bawah dagunya yang ditumbuhi bulu halus. Nampak tenang sambil berkata dengan suara yang terasa sejuk menembus gendang telinganya. Uh, kalau situasinya seperti dulu, sudah pasti ia akan girang. Namun, ia hanya bisa berdegup.
"Pulang!"
Habis berkata pulang ia menghilang. Dan Prilly tak tahu kalau seandainya tidak ada Saka, mungkin yang datang padanya adalah Langit. Sebab begitu ia akan dihampiri, Langit melihat Prilla menghampiri Saka dan naik keboncengannya. Ada yang panas, tapi bukan kompor.
---------------
Banjarmasin, 21 Maret 2024
10 Ramadhan 1445H
12.10 wita
Heiii, selamat hari ke 10. Semoga sehat semua 💞
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top