Ikhtiar05
Mengambil tempat disudut Cafe dengan suasana yang bagi Ali sangatlah tidak nyaman. Ia berada disana setengah terpaksa sebab sepertinya ada yang harus ia bereskan.
"Lang, malam minggu kamu gak kemana-mana? Aku ulang tahun loh, mau keluar gak, aku traktir? Aku jemput ya sekarang!"
Klik.
Belum dijawab langsung ditutup.
Tadinya ia hanya memanfaatkan Reni hanya agar Prilla menjauh dan tidak mengganggunya lagi, ternyata berbuah Reni merasa ada yang istimewa diantara mereka. Reni adalah staf bagian keuangan dikantornya. Termasuk senior karna ia sudah ada sebagai staf saat Ali pertama kali bekerja diperusahaan itu sebagai staf bagian operational, sebelum karirnya merangkak menjadi supervisor selanjutnya saat ini dipercaya sebagai manager setelah ia merampungkan S1.
"Lang!"
Ali menatap Reni yang ada didepannya dan ia terjengit saat punggung tangannya disapa telapak tangan dingin perempuan itu.
"Katamu hati kamu sudah sold out, boleh tahu siapa hati yang beruntung itu?"
Apakah ia sedang dipancing? Mungkin Reni sangat menanti kepastian setelah selama ini Ali sepertinya memberi harapan padanya. Sikap Ali kepadanya justru berbanding terbalik daripada sikap Ali terhadap Prilly.
Kalau Prilla sedang cari-cari perhatian, Langit akan berusaha kabur dan menanggapinya dengan cuek bahkan akhir-akhir ini cenderung kasar kalau tidak bisa disebut tegas. Sementara kalau dengan Reni, ia tidak mahal senyum, tidak menjaga jarak apalagi merespon kasar.
Buat Ali, sikapnya terhadap rekan kerja selain Prilly sangatlah sewajarnya ia bersosialisasi. Ia tak menyangka sikapnya akan disalah artikan salah seorang yang justru mengambil kesempatan saat ia terang-terangan menolak Prilly didepan umum.
"Halo cantik, mau request atau mau duet?"
Langit melirik panggung dan melebarkan mata melihat siapa yang sedang berinteraksi disana.
Reni ikut menoleh kearah pandangnya, kemudian pupilnya pun melebar.
"Pasti dia diam-diam ngintilin kamu sampai keluar kantor ya, dasar cabe-cabean!"
Ali menggeleng. Rasanya ia tidak merasa diikuti. Masa iya gadis itu mengikutinya? Seketika ia khawatir gadis itu akan melakukan suatu hal yang diluar kontrolnya. Mungkin ia akan mengatakan cinta diatas panggung kemudian semua mata akan tertuju padanya? Lihat saja, ia akan membuatnya jera kalau sampai nekat seperti itu.
Jreng!
Dialog Prilly dan Saka penyanyi SK Cafe itu tentu harusnya tidak menarik. Yang menjadi menarik karna Prilly meminta mencoba memainkan gitar. Melihat Prilly memangku gitar, memeluk dan mencoba memetiknya, Ali seperti melihat seseorang. Tepatnya ia teringat pada seseorang yang pernah ia ajari memainkannya.
"Tadinya saya mau menyanyikan lagu ciptaan sendiri tapi masih setengah jadi, lebih baik saya menyanyikan lagu yang sering saya nyanyikan sambil memetik gitar seperti ini dirumah, untuk 'Abang Aku'....."
Lub bub. Lub bub. Lub bub.
Suara jantung Ali setelah berdegup keras sekali.
'Abang Aku?' Ali membatin. Sepertinya ia sangat familiar dengan dua kata sapa itu.
Ada yang menari-nari dipikirannya. Sesosok mungil dengan chubby dan body berisi yang pernah dibully teman sekolah lalu kakaknya rela mengantar dan menunggunya sepulang sekolah daripada ia mogok masuk sekolah.
"Mana yang bully kamu? Berani dia bully adiknya abang, ngaca kalau menghina berarti menghina ciptaan Allah!"
"Ituu..." tunjuknya pada seorang anak lelaki seusianya. Anak itu beringsut seperti takut lalu kabur mengambil jalan lain.
"Kamu itu bukan pendek tapi kecil mungil."
"Tapi aku gendut, bogel katanya, hiks!"
"Lucu, imut begini kok, dia naksir kali!"
Kakaknya menenangkan, sementara Ali hanya mendengarkan. Ia ikut kesekolah adik temannya itu bahkan dengan cara pulang sebelum waktunya.
"Abang aku, abang aku siapa lagi? Dasar cabe-cabean, pasti sengaja nih buat caper ke kamu, Li!" Cetus Reni mengikis ingatannya pada sosok anak yang membuat persahabatan dirinya berjarak. Meski masih suka kumpul bareng dengan teman-teman lainnya tapi sudah jarang hanya berdua.
Ali melirik sekilas, hampir ia berdecak karna merasa terganggu.
"Kalau boleh tau sebelum panggung ini milikmu, mau nyanyi lagu apa dulu nih?" Saka bertanya sebelum beranjak meninggalkan Prilly sendirian disana.
"Back at One."
Saka nampak mengeryit, mungkin ingin mengingat single yang dimaksud gadis itu.
"Brian McKnight, kak, Lagu lama, ini dirilis sebagai singel pada 1999 dari album ketiga McKnight yang juga bertajuk Back at One," jelas Prilly membuat Saka nampak surprise.
"Wow, pasti keren banget jadi gak sabar nih, dipersilahkan!"
Ali makin menatap tak berkedip ketempat dimana suara musik mulai menggema dari petikan gitar Prilly dan nadanya serasa sangat tidak asing. Back At One. Lagu lawas yang pernah ia mainkan didepan seseorang dan seseorang itu meminta ia mengajarkannya. Lagu cinta yang romantis dan membicarakan tentang ketulusan perasaan cinta seseorang dan kesempurnaan hubungan mereka.
Cafe hening sejenak. Pasti penasaran seperti dirinya apakah akan keren seperti dugaan Saka. Meski awalnya caranya memetik gitar agak kaku karna mungkin lama tidak memainkannya namun setelahnya ia berhasil membuat gesturnya lebih nyaman terlihat. Tak sengaja bibir Ali melengkung tipis.
Tepuk riuh menggema saat gadis itu memasuki lirik awal. Sepertinya sesuai ekspektasi. Suaranya sopan sekali menyusup kegendang telinga. Agak tersendat diawal namun akhirnya mulus karna ia bermain dinada-nada aman.
"🎶 One, you're like a dream come true, Two, just wanna be with you, Three..."
Tak sadar Ali mengikuti lirik yang sudah sampai kepada lirik yang paling disukainya. Satu, kau seperti mimpi yang menjadi kenyataan. Dua, hanya ingin bersamamu. Tiga...
"Kamu suka lagunya?"
Ali diam tak menjawab pertanyaan yang seharusnya dari caranya mengikuti liriknya sudah menjawab tanya Reni tersebut.
"Wow, wow, luar biasa anda!" Goda Saka menaiki panggung setelah Prilly nampak selesai diiringi riuh tepukan.
"Terima Kasih, masih harus banyak belajar kak, cuma lagu itu yang paling aku kuasai kok!"
"Penuh kenangan nih pasti,"
"Gurunya dah gak ada kak," ceplos Prilly spontan.
"Hah meninggal?"
"Oh bukan, bukan begitu!"
Prilly tak melanjutkan intermezo sambil ia menyerahkan gitar kepada SAKA.
"Mau satu lagu lagi gak, kita duet apakah bersedia?" Tawar Saka penuh harap.
Prilly tersenyum samar.
"Ayolahh, kita bikin romantis yuk!"
Tanpa dijawab SAKA langsung gas.
Prilly menutup mulutnya. Kita bikin romantis, lagu yang sangat membooming saat ini. Menjadi trending dan sering dipakai sebagai backsound video romantis dimedia sosial. Yah sesekali bagus juga warna musik yang viral musik yang romantis nge-soul dan romantic, terasa hepi mendengarnya, jangan melulu mengsedih dan penuh tusukan seperti kumenangis atawa dawai. Meskipun hatinya mengarah kesana namun secara psikologis lebih bagus menghindari lagu-lagu cengeng kalau sedang disituasi terpuruk.
"🎶 kita bikin romantis ... bikin paling romantis ... sambil bermain mata turun kehati hatinya jatuh...🎶"
Ditatap pria sedemikian rupa, apalagi oleh seorang vocalis berkharisma, rata-rata membuat hati perempuan meleleh, namun bagi Prilly sesungguhnya hatinya tak mudah jatuh. Sementara itu ada yang panas tapi bukan kompor. Apalagi sumbu pendek didepannya menambah bara.
"Dasar, ngejar-ngejar kamu gak dapet, mulai mengincar yang lain!"
"Kenapa gak dinikmati aja sih? Jangan karna gak suka orangnya kita gak bisa terima kalau dia nyanyinya bagus!"
Meninggi suara Ali bagai menahan emosi. Entah emosi karna Reni yang mengusik berisik atau justru karna memendam tanya dalam hati tentang sosok masalalunya yang mengusik.
"Terima kasih mbak-- siapa? Nampaknya kita harus berkenalan dan dibuka les gratisan jika anda mau hubungi saya!"
"Cieee!" Sorakan entah dari penjuru mana membuat Prilly dan Sakapun tertawa.
"ILY, ILY Mahatei!" Seru Prilly menyebut nama.
Mahatei? Sebuah nama terngiang ditelinga Ali.
"Paspor untuk umroh harus menggunakan tiga suku kata, karna nama di KTP gue cuma dua suku kata jadi di paspor ditambah dengan nama keluarga dibelakangnya, Daniel Pratama Mahatei!"
------------
Banjarmasin, 16 Maret 2024
05 Ramadhan 1445H
Happy hari ke 5 Ramadhan. Semoga semua sehat wal afiat. Terima Kasih membaca 💞
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top