🌱 Prolog 🌱
Assalamualaikum.....
Malem all....
Nih Mak typo, kangpalak polbackan, mau uji nyali cobak ngikut nubar yang diselenggarakan sama primrosemedia moga bisa memenuhi target part ya, gak seperti yg sebelum-sebelumnya. Semoga ini juga jadi moodbooster biar bisa nyelesain yang lain.
*
*
*
*
*
"Anin! Anin! ayok turun nduk, Kakek wes pegel ini, dari tadi nyariin kamu. Kok malah kamu enak-enakan nangkring di atas pohon gitu," teriak Kakek dari bawah pohon kelengkeng.
"Nggak mau Kek, Anin mau di sini saja!"
"Memangnya kenapa toh nduk, ada yang nakalin kamu?" tanya Kakek Rusdi, karena gak biasanya cucunya ngambek begini.
"Iya, Anin tuh lagi sebel masak semua-semua Dita, gak ada yang mau sama Anin."
"Yo wes, kalau gitu Anin main sama Kakek saja," rayu Kakek lagi.
"Gak mau Kakek! Anin mau di sini saja, gak mau ke mana-mana!!!"
"Kalau gitu, es sinom sama pecoknya buat Kakek aja ya?"
"Ih, Kakek, piscok Kakek, piscok! bukan pecok," sembur Anin.
"Iya, itu pecok apa piscok terserah deh, pokoknya kalau Anin masih mau tetep di sini. Kakek yang bakalan habisin semua, biarin aja Anin kelaparan," rayu Kakek lagi biar cucu kesayangannya mau turun.
"Eh, jangan Kakek, enak saja itu kan minuman sama makanan kesukaan Anin, kenapa Kakek yang mau ngabisin enak saja," protes Anin karena ia tak rela kalau sampai makanan kesukaannya dihabiskan orang lain, walaupun itu Kakek, Neneknya.
"Ya, sudah kalau gitu sekarang turun, kasian Nenek, di rumah pasti cemas mikirin kamu." Kakek Rusdi, akhirnya bisa menghembuskan nafas lega, begitu Anin turun dari pohon kelengkeng yang lumayan tinggi untuk ukuran anak seusia Anin. Sambil berjalan pulang Kakek Rusdi pun menasehati cucu kesayangannya, "Nduk, kamu itu lo anak perempuan masak tiap ngambek manjat pohon, terus kalau jatuh gimana? lalu kaki, tangan kamu patah gimana? hem?"
Anin, bukannya takut malah nyengir, dan dengan santainya membantah kekawatiran Kakeknya. "Nyatanya Anin kan gak kenapa-kenapa Kakek. Anin itu udah Jago kok manjatnya jadi gak bakalan jatuh." Membuat Kakek Rusdi menggelekan kepalanya mendengar jawaban Anin.
🦋🦋🦋🦋🦋
"Nenek! Anin pulang!" teriak Anin begitu mereka sampai dirumah.
"Kamu dari mana saja toh nduk? mbok kalau main itu jangan jauh-jauh. Juga jangan suka sendirian, kalau diculik orang bagaimana? terus Nenek sama Kakek mau cari ganti cucu yang kayak kamu di mana?" omel Nenek Asri sambil memeluk Anin.
"Jangan Nek, masak Nenek mau ganti cucu sih." Anin bersungut-sungut menjawab omelan Neneknya.
"Ya sudah, kalau Anin masih mau jadi cucu Nenek sama Kakek, harus jadi anak nurut, terus kalau main jangan jauh-jauh, nggak boleh sendirian juga. Nah, sekarang Anin cuci tangan sama kaki dipancuran. Nenek, ambilkan es sinom sama piscoknya."
"Kakek, itu siapa?" Anin bertanya sambil tanganya menunjuk ke rumah sebelah.
"Oh, itu kan si Tio. Ya kan, Pak?" jawab Nenek Asri, sekaligus bertanya sama Kakek.
"Iya, dan sepertinya mereka mau menjemput Kang Arta, Buk."
"Memangnya mereka apanya Kakek Arta, Nek, Kek? kok mau njemput Kakek Arta, terus Kakek Arta mau dibawa kemana itu?" Anin semakin penasaran, dengan tamu rumah sebelah.
"Dengan menahan senyum gelinya Nenek pun berkata pada Anin. Kalau bertanya itu satu-satu nduk, biar ngejawabnya gampang. Lha lek kamu tanyanya borongan gitu, Kakek sama Nenek, ya bingung mau jawabnya
"Ih, Nenek itu kan gak banyak, wong cuma tiga itu Anin tanya," protes Anin gak terima, membuat Nenek dan Kakek tertawa mendengar bantahan Anin.
"Itu ... namanya Om Tio. Terus yang gendong dedek bayi itu istrinya Om Tio, namanya Tante Tiwi. Kalau yang itu Mas Aldi annak sulungnya, Om Tio. Yang pakai kaos biru itu adiknya Mas Aldi, namanya Mas Erlang. Nah, yang dedek bayi itu namanya Risty. Mereka keluarga Kakek Arta.
"Terus, kenapa mereka mau jemput Kakek Arta? kenapa bukan mereka saja yang tinggal di sini? Kakek Arta Kan sudah tua, kasihan kalau harus jalan jauh," tanya Anin penasaran tapi juga kasihan sama Kakek Arta.
"Kakek Arta, ke kotanya naik mobil kok cah ayu, bukan jalan kaki," sela Om Tio yang telah berada di depan rumah, dan menjawab pertanyaan Anin yang tadi tidak sengaja didengarnya. Karena sewaktu turun dari mobil tadi, Om Tio melihat Kakek dan Nenek, di teras jadi sebelum masuk ke rumahnya dia dan keluarganya memutuskan mampir sebentar untuk menyapa Kakek Rusdi sekeluarga dulu.
🦋🦋🦋🦋🦋
"Pak, Anin pergi ke mana lagi toh?" tanya Nenek karena tadi setelah makan sama mandi bukannya tidur, kok malah ngilang.
"Tempat biasa lah Buk, tuh di pojokan depan rumah." Kakek menjawab dengan tenang Karena dia hafal banget kebiasaan cucunya, Kalau sedang ngambek. sambil tanganya sibuk membenahi bibit- bibit tanaman yang akan dikirim.
"Owalah, yo wes kalau gitu pokoknya gak jauh-jauh. Pak tolong sekalian diawasi cucunya, jangan tanaman aja yang diperhatikan. Aku tak masuk dulu lanjutin kerjaan," ujar Nenek sambil masuk ke rumah
"Iya," jawab Kakek singkat padat dan jelas
"Lho, ada anak toh tak kirain tadi kucing lucu yang krusak-krusek di pojokan."
"Sembarangan aja Mas e, masak Anin dikatain kucing," sungut Anin gak terima.
"Siapa juga yang ngatain kamu itu kucing, wong tadi kan Mas bilange tak kirain bukan ngatain kamu kucing gitu," jawab Erlang sambil merangsek duduk di sebelah Anin.
"Ih, sanaan Mas, ngapain duduk dekat-dekat Anin sih?! Anin itu mau sendiri!"
"Anak kecil itu nggak boleh sering marah-marah, ntar cepat tua lo. Kalau boleh tahu Anin lagi marah sama siapa sih?" tanya Erlang sambil mencubit bibir monyong Anin sangking gemasnya.
"Ih, apaan sih Mas, sakit tahu!" jerit Anin sambil menyingkirkan tangan Erlang.
"Iya ... iya maaf. Habis, Mas, gemas sama kamu. Mau cerita nggak?" lanjut Erlang lagi sambil menaik turunkan alisnya.
"Anin itu sebel banget sama Dita. masa' semua-semua harus sama Dita. Nggak ada yang boleh jadi pengantin sama Anin. Terus masa' tadi Dita bilang kalau Robi, Doni sama yang lain itu pantesnya jadi pengantin sama Dita. Anin jadi tukang kipas aja, nggak pantes jadi pengantin, kan Anin jadi sebel, Mas."
"Pengantin?" tanya Erlang bingung "Masak masih kecil udah jadi pengantin sih?" cecar Erlang lagi.
"Ish, bukan pengantin beneran Mas, tapi main pengatin-pengantinan."
"Ohh, main pengatin-pengantinan toh? Kalau gitu Mas mau lo jadi pengantinya Anin, kalau yang lain nggak mau," tawar Erlang demi bisa melihat senyum manis Anin.
"Beneran, Mas Elang mau jadi pengantinnya Anin?" Seru Anin antusias dengan mata penuh binar.
"Iya, bener."
"Janji?"
"Promise."✌️
"Janji?"
"Promise." ✌️
"Ih, janji Mas janji, bukan plromise-plromise."
" Iya, janji itu promise bukan plromise-plromise."
"Oh, gitu ya? jadi janji itu plromise ya,Mas?
"He em, jadi kalau kita saling berjanji itu namanya pinkipromise, sambil menautkan jari kelingking kita begini.
"Pinkipromise!"
"Pinkipromise!"
Jangan lupa tinggalin 🌶️🌶️🌶️🌶️🌶️ yang banyak.
Pojok Malang
10/01/2021
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top