Rhea
"Sa! Gue tanya sekali lagi?! Siapa orang yang lo temuin tadi?!"
"Fi, udah fi. Kasian.."
"Diem! Gue ga ngomong sama elo!"
Berkali-kali aku mendengar suara bentakan. Entah kepadaku, Nando ataupun Raisa. Suara bentakan itu tak sedikitpun kehilangan kekuatannya. Suaranya tetap sama dan dari orang yang sama
Namun, aku sama sekali tidak bisa melihat orang itu hanya lewat suaranya saja sekarang. Kesannya sudah jauh berbeda dibanding pertama bertemu
"I..iya. Aku udah nyu..ruh orang bu..at ganggu kak rhea" Ucapan itu pun muncul
Ya, Arfi, Nando dan aku memang menunggunya menjawab namun haruskah sedrama ini?
Skip
"Rhea? Kayanya lo pulang dulu aja deh. Soalnya arfi masih gitu. Gue takut nanti lo kena sasarannya juga" Kata Nando setelah beberapa menit yang lalu pergi menemui Arfi
Aku mengangguk pelan. Lalu melangkah keluar
Skip *lagi*
"Re! Ga brangkat?" Suara teriakan khas dari tenggorokan difa muncul
"Gue ga berangkat dipa! Ga tahes!"
"Yaelahh awas loh nanti arfi dipatok cewe lain loh!!" Ucapnya lalu tertawa senang
Ya, aku belum memberitahunya soal masalah kemarin. Terus? Dibiarkan saja. Biarkan masalah ini mengendap dan dingin dulu. Nanti baru di bahas lagi
Vrr..vrr..
Dialog dengan Nando
"Reha! Lo kliatan arfi nggak?"
"Arfi? Gue aja ga ngampus. Napa?"
"Arfi gak ada dirumahnya pas tadi gue mampir. Rumahnya ga dikunci. Awalnya gue biasa aja, tapi pas dikampus.. gue sama sekali ga ketemu dia!"
"Hmm mungkin dia ke villa. Kan bisa aja tuh dia nenangin pikiran disana? Lagian sekarang masih pagi kok"
"Iya kali. Yaudahlah. Bye"
"Byee"
Dialog dengan Nando *END*
"Reha? Anjay. Eh tapi arfi gak ada? Kemana?" Beberapa menit berpikiran ngelantur tentang tempat keberadaan Arfi
Mulai dari villa sampai di selokan depan villanya. Mungkin aja yakan?
"Terus ngapain dong?" Kataku pada diriku sendiri. "Elahh pake lupa!" Kataku lagi, tapi kali ini lengkap dengan tepokan -bahasa apa ya?😁- di jidat lapangan baseball pribadiku
"Nelpon arfi!!!"
Tut..tut..tut..
Tut..tut..tut..
Tut..tut..tut
"Ga diangkat sih?!" Ucapku setelah beberapa menit menunggu
Ya, sebenarnya tak ada salahnya menunggu sebentar. Tapi untuk sekarang menunggu bukan hal yang dengan mudah dilakukan. Semakin lama menunggu akan aku juga akan semakin yakin dengan ucapan Nando tadi
Dan akhirnya..
..Aku memutuskan untuk menunggu. Ya, mungkin sebaiknya begitu. Dan mungkin itu yang di inginkan Arfi
Skip
"Hoam!" Yeah, aku menguap
Dan sekarang jam? 4 sore!
Waow! Mungkin ada baiknya kalau aku segera mandi yakan? Bahaya kali, kalau Difa sampai tau. Haha
Skip dan skip
Vrr..vrr..vrr
"Aduhh apaan sih hp mulai tadi getar-getar mulu. Cape dengernya?!" Ucapku reflek mengambil hp yang ada di kasur dengan gerakan super cepat dan gak peduli dengan siapa yang nelepon
"Apaan sih!"
"Eh maaf.. ini gue Marshall"
Dialog dengan Marshall
"Ehh maap maap! Ada apa?"
"Ga ada sih. Cuma pengen tau kabar lo aja, lo ga ngampus ya?"
"Nggak. Kok tau?"
"Yaa kan gue hafal tempat tongkrongan lo"
"Nongkrong? Ihh kapan coba? Tapii ciee lo ngafalin ya?"
"Hidihh geer lo!"
"Haha, lo udah pulang?"
"Udah"
"Gue boleh ngomong?"
"Ya"
"Yaudah deh. Lo kesini ya!"
"Hah? Gue kesana?"
"Pleaseee"
"Iya deh. Tapi janji lo bakalan ngomongin hal penting! Awas sampe cuma basa basi doang!"
"Yaya. Cepet deh ya!"
Dialog dengan Marshall *END
"Hahaha lumayan, gue bangun langsung ada temen ngobrol. Jadi gue gak bosen terus-terusan ngomong sama kaca lemari" Gumamku lalu melangkah keluar dan turun menunggu Marshall
".."
Dan tanpa menunggu lama. Marshall sudah tiba dengan suara motornya yang sepertinya aku sudah mulai hafal. Ia langsung turun dari motor lalu mendatangiku
"Ngomong apaan?" Katanya langsung to the point
Sekarang aku heran. Kadang-kadang Marshall itu suka sekali wasting time di kantinnya bu Tin. Tapi sekarang?
"Yaa gini loh.. gue udah tau siapa orang yang mukulin elo" Kataku datar, berharap mendapat respon terkejut seperti yang sering-sering kulihat di FTV -Sinelov :v-
"Nahloh terus?" Tapi responnya benar-benar diluar dugann
"Dannn dia itu pacarnya temen gue!"
"Ya, terus?"
"Lo gak kaget?"
"Ya nggaklah. Ngapain?" Jawaban yang paling tidak kuinginkan
"Ya deh serah lo. Tapii sekarang temen gue itu ngilang" Ucapku lirih
Tak lagi ingin mengharapkan jawaban ataupun ekspresi terkejut dari Marshall. Entah mengapa, aku kembali memikirkan Arfi
Padahal tadi aku sendiri yang bilang pada Nando kalau tak perlu khawatir. Tapi sekarang?
"Ngilang?"
"Iya ngilang. Seharian ini dia gak ada kabarnya" Ucapku lagi-lagi lirih tanpa memandang lawan bicaraku
Dan tanpa kusadari, Marshall malah terkejut dengan hal ini walaupun ekspresi terkejutnya tidak ia keluarkan
"Dan lo tenang-tenangan disini?" Kata Marshall beranjak dari posisi duduknya. Supaya bisa menatapku
Lewat gaya bicaranya, sepertinya dia ingin memprotes tindakanku. Ya kuakui, aku memang pantas untuk di salahkan. Seharusnya sudah sejak tadi aku mencari kabar tentang Arfi
"Eh ra, dia sahabat lo kan? Lo harusnya nyariin dia" Katanya tidak seperti apa yang aku bayangkan. Dia bahkan tidak menaikkan nada suaranya
"Iya sih. Tapi mungkin aja kan kalo dia pergi tiba-tiba cuma buat nenangin diri? Nanti kalo gue nyariin, gue malah ganggu"
Diam sejenak..
"Iya sih. Tapi ada baiknya kalo elo nelpon dia sekarang?" Kata Marshall sambil memasang wajah memohon paling imut -ga juga sih😐-
Iya!
Tanpa pikir panjang aku segera memencet-mencet layar bersiap menelepon Arfi dan siap mendengar suaranya
Tapi..
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top