Rhea

Semalam aku sempat pergi bersama Arfi walau hanya sebentar. Dan dalam waktu yang sebentar itu juga, aku berusaha mengendalikan perasaanku. Berusaha menyembunyikannya dalam sebuah keceriaan khas yang kumiliki. Yang selama ini selalu kuperlihatkan padanya dan ya, kuakui akhir-akhir ini aku juga sering ber-fake smile

Percayalah, tak ada perempuan yang suka di posisiku sekarang. Bahkan semuanya pasti mengutuk hal ini. Tak terkecuali aku.

Tapi ada sesuatu yang aneh. Saat aku dan Arfi keluar. Dia sama sekali tidak memegang ponsel. Entahlah, apa yang sudah terjadi padanya. Mungkin di jual buat bayar duit kuliah atau sengaja gak disentuh. Kenapa diperhatiin? Ya iyalah, masa iya aku gak ngelihat gerak-geriknya. Mungkin ini berlebihan tapi salahkah kalau itu jadi sebuah ketelitian? Kaya Detective Conan gitu lohh

"Dont try to make me stay.. or asking I'm okay.. I don't have the answer.."

Oh, ponselku bunyi. Mengeluarkan suara khas orang-orang tampan dari Inggris itu -yeah😪

Unknown? Marshall mungkin?

"Halo jan?"
"Jan? Lo Marshall ya?"

*Dialog dengan Marshall*

"Widihh cepet banget nebaknya!"

"Gaje lu akh! Ada apa nelpon gue?"

"Sekarang lo dimana? Di kampus? Atau dimana?"

"Iya dikampus. Ada kelas juga"

"Ohh yaudah deh"

"Eh eh ada apaan sih?"

"Nggak kok. Lo kan ada kelas jadi yaa besok-besok aja lah"

"Dasar Gaje!!"

"Masa bodo!!"

*Dialog dengan Marshall END*

"Gaje si Marshall tuh! Tapi dia ngapain ya nelpon-nelpon gue? Di jam kritis gini lagi?" Gumamku di tengah-tengah omelan bu dosen dengan lipsticknya yang kelewat tebal itu

Skip

Sruput sruput..

Segelas minuman teh yang kudapat dari kulkas warung bu Tin yang sudah banyak berkembang ini. Bahkan sampai punya blog sendiri. Wah wah, sepertinya para pegawai bu Tin sengaja membuat warung bosnya mendunia ya

"Oyy!!!" Tiba-tiba ada cicak nemplok di meja sambil bilang 'oyy'. Eh salah! Maksudku tiba-tiba ada cicak rambut panjang raksasa duduk di meja di pinggirku sambil bilang 'oyy'

Dan aku..

Alhamdulillah tidak kaget seperti biasanya "Apaan sih? Ga kaget juga" Kataku sambil melihatnya bosan

Tapi Marshall malah tertawa kecil lalu merespon "Yang mau ngagetin elu siapa? Gue? Kurang kerjaan amat!" Ucapnya lalu menyeringai

Akh! Dasar aneh! Apa sih maunya yang sebenarnya? Kataku dalam hati. Jujur saja, sejak tadi aku sudah mengutuknya. Ada saja cobaan di hidupku ini?

"Eh btw, dia siapa sih?" Ucapnya tiba-tiba setelah beberapa menit saling membisu

Aku mengerutkan kening. Siapa yang dimaksud? Reflek aku segera melihat ke belakang tapi aku hanya melihat dua orang laki-lali yang aku tidak tau siapa mereka. Tak ingin hanya membuat spekulasi, aku pun bertanya "Siapa?" Lagi-lagi dengan mata yang celingukan

Marshall menjawab dengan wajah datar seakan meremehkan pertanyaanku "Liat tuh! Bayangan dari etalase di depan jidat lo. Keliatan ada orang kan? Dan kalo gue gak salah, dia itu kayak ngeliatin elo" Ucapnya sambil mengkodeku agar melihat ke etalase yang berisi barang yang berada didepanku

Aku memicingkan mata agar dapat melihat bayangan itu ditengah kesilauan. Dan iya! Setelah melihatnya, aku segera kembali pada Marshall. "Shall? Lo tau dari mana?" Ucapku setengah berbisik

Marshall mengendikkan bahu lalu menjawab pertanyaanku "Entahlah. Makanya jadi orang itu yang jeli!" Katanya sambil menyentuh keningku dengan jari telunjuknya

Aku hanya membalasnya dengan helaan napas bosan. Tapi mereka siapa ya? Mahasiswa baru? Atau secret admirer-ku? Kalau dugaan terakhirku benar. Itu artinya, aku mulai terkenal dong! Tapi mana mungkin? Hmm sudahlah. Untuk kali ini, anggap saja mereka itu secret admirer-ku saja

"Shall, gue mau nanya, boleh ngga?" Ucapku ragu-ragu. Aku sudah yakin kalau dia pasti meledekku habis-habisan

Tapi berbeda dengan dugaanku, Marshall segera meresponnya dengan mata yang membulat sempurna lengkap dengan kedua alis yang naik turun. Sangatlah menunjukkan kalau ia sedang penasaran sekali. Dan aku tak mau membuatnya menunggu "Kalo cewe suka ke cowo tapi cowonya udah punya pacar"

Marshall memandangku seakan berkata 'mana pertanyaannya?' tapi bukankah aku sudah bertanya barusan?

Beberapa detik berlalu dan kami sama-sama diam sibuk dengan pikiran masing-masing. Akhirnya Marshall buka mulut "Ya elah jan..jan. Jadi yang tadi itu pertanyaan?" Ucapnya mengarah langsung padaku

Dan aku segera mengiyakannya. "Pertanyaan apaan? Tapi okelah gue jawab. Yaa gini deh, saat lo pengen banget punya sesuatu tapi sesuatu itu udah di beli sama orang. Gimana perasaan lo? Tetep ngarepin atau nyari yang lain?" Katanya memberikan sebuah perumpamaan yang sangatlah tepat

Aku mengetuk dagu sebentar namun sebenarnya hanya untuk formalitas saja. Aku sudah yakin pada jawabanku yang satu itu. "Yaa gue nyari yang lain lah!" Sahutku lalu tersenyum lebar

Dan Marshall membalasku dengan senyuman juga "Jadi scara gak langsung lo udah dapet jawabannya kan?" Ucapnya sembari mengangkat sebelah alisnya

Ya. Memang benar. Tapi segampang itukah? Ibarat membeli barang tapi tidak terbeli? Tapi ini jelas-jelas berbeda. Entahlah. Mungkin untuk sebagian orang hal ini mudah sekali di cerna namun untukku butuh beberapa waktu untuk memahami itu

Skip

"Lo mau ngajak gue kemana si shall?" Ucapku berusaha berteriak di tengah angin yang terus saja menghujam wajahku

Tapi Marshall hanya menggeleng. Tetap diam seribu bahasa sampai kami tiba di sebuah cafe. Cafe yang minimalis sekali kalau dibandingkan dengan cafe-cafe yang biasa kulihat disepanjang jalan.

"Ayo!" Kata Marshall mengisyaratkan padaku agar mengkutinya masuk. Bener sih, nanti takut nyasar ya!

Setelah selesai memilih tempat duduk yang pas. Marshall langsung disuguhi pilihan menu-menu yang dibawakan oleh salah satu pelayan. Sedangkan aku? Yaa, karena baru pertama kali, mungkin ada baiknya kalau aku menurut saja

"Tumben lo, kata jaka lo suka banget kalo di traktir?" Ucap Marshall tiba-tiba membuka aibku dan siapa tadi? Jaka? Astaga!! Awas saja, kalau bertemu denganku! Aku akan langsung memukul kepalanya entah pakai sandal atau tas kalau perlu aku bisa meminjam sepatu milik tukang sapu di kampus

Tapi sebelum aku sempat memikirkan hal-hal di atas. Mataku sudah melotot terlebih dahulu lalu mendekatkan kepala. Berbisik "Lo jangan kenceng-kenceng ngomongnya!"

Marshall hanya menyeringai tanpa membalas bisikanku namun semenit kemudian..

..Tiba-tiba datang sekumpulan orang berwajah garang mendatangi mejaku yang terletak di pinggir. Kalau kuartikan, sepertinya mereka sedang marah. Tapi marah pada siapa? Aku? Aku bahkan tidak pernah melihat wajah-wajah mereka

Brak! Meja tepat di depanku langsung menjadi sasaran kemarahan tiga orang wajah garang ini lalu

..Buk.. bak.. buk.. bak

Brak..

Apa ini?!! Marshall? Sudahlah. Hentikan khayalan aneh-aneh ini dulu. Aku harus segera membantu Marshall

"Shall? Lo gak papa" Kataku setelah nyaris ikutan jatuh karena tersandung salah satu kaki meja yang kini sudah tak karuan

Namun sebelum Marshall menjawab, orang-orang itu sudah siap memukulku tapi sempat ditangkis oleh Marshall disusul oleh gaya bicaranya yang terkesan berani itu. "Bodoh! Kalian gak tau siapa yang kalian serang hah?! Gak tau gue?!!" Ucapnya membentak sok berani walaupun aku tau, dia sedang takut

"Emang kamu siapa? Anak jenderal?" Ucap salah satu diantara mereka dengan wajah sinis

Dan Marshall. Dia pintar sekali menyembunyikan ketakutannya. Dia malah membalas ucapan preman itu dengan ucapan sinisnya "Hahaha! Jenderal? Kejauhan! Gue itu anaknya suruhan kalian!" Ucapnya lagi-lagi membentak. Dan membiarkanku diam tanpa tau apa yang di rencanakannya

"Gila!" Balas salah seorang preman itu lagi tapi kali ini lengkap dengan tendangannya yang mendarat di tulang keringku

Dan lagi-lagi ucapan sinis kembali terbit dari bibir Marshall "Wah wah, kalian semua bodoh banget ya! Orang yang nyuruh kalian itu sodara gue! Ngerti!"

Aku menelan ludah. Oke, gue diem! Tapi sampai kapan? Sedangkan preman-preman yang sejak tadi memasang wajah garang sekarang malah ngerumpi sepertinya termakan ucapan Marshall -yang kayaknya sih fiktif- barusan

Lalu beberapa detik kemudian, mereka pergi tanpa memandang Marshall dan aku yang masih di lantai, jangankan liat, lewat di pinggir gue aja kaga!

"Astaga! Shall?! Lo gak papa?" Gantian aku yang agak membentak

Marshall hanya mengangguk lalu berusaha berdiri dan aku yang cukup kecil tubuhnya di banding Marshall juga berusaha membantunya

Skip

"Kira-kira orang tadi siapa ya shall?" Ucapku bertanya-tanya setelah selesai mengobati Marshall di teras rumah kostan tercinta ini

Marshall hanya mengendikkan bahu "Masa bodolah. Tapi lumayan aneh juga sih" Ucapnya sambil menatap ke arah bintang. Sepertinya sedang berpikir serius

"Aneh? Ya jelaslah! Eh, tapi lo kok hebat gitu sih? Bisa bikin mreka pergi gitu aja?" Tanyaku, benar-benar penasaran pada hal ini

"Ya ya ya. Jadi lo pengen tau gimana caranya?" Kata Marshall balas bertanya dan aku hanya mengutuknya dalam hati sambil mengangguk-angguk berharap Marshall segera mengatakannya

Dan kulihat lewat ekor mataku, Marshall tersenyum kecil lalu kembali beralih ke arah bintang di atas. Kemudian berkata "Menurut gue, pesuruh mereka itu orang yang kita kenal dan cukup deket sama kita"

Aku mengerutkan kening tanpa merespon pernyataan Marshall. "Gini loh, lo tau kan? Gue tadi bilang kalo gue sodaranya yang nyuruh mereka terus mereka kaya panik terus pergi gitu aja" Ucapnya menyambung perkataannya yang tadi dan itu segera membuatku tercengang sendiri

Ya, pada akhirnya, aku tidak bisa tidur semalaman setelah kejadian tadi siang sekaligus ucapan Marshall yang membuatku mencurigai orang-orang yang kukenal termasuk Arfi. Aku juga tak bisa menghilangkan perasaan curiga ini.

----------------------------

Hai 🙋🙋
Eh itu lagunya 1D loh :v judulnya Irresistible *tau ngga? :'
Gmn kabarnya gaes? Moga sehat ya😊
Soalnya Author abis kecelakaan 😭😷 *tapi gapapa ko* *siapa yg khwatir?* #Plak
Oke now! Entahla apakah bab rhea kali ini good or bad? *sok inggrisan, abis ngobrol ama bule sih 😁😁
Tapi, ada yang penasaran ngga sm kelanjutannya? Ada? Syukurlah😚
Ewh gaada deng :'v
Tapi tetep Vomment yaa 😃 Tinggalkan jejak tangan kalian 😃😃
Luv luv 😍😊😊

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top