Last Chapter of Arfi
Napasku tercekat. Di depanku. Tepat di depan mataku, Rhea, orang yang ingin sekali aku temui setelah pergi begitu saja 4 hari lalu, sudah berada pada pelukan orang lain
Aku terenyak sejenak. Semuanya seperti berhenti, namun dua bola mata Rhea tetap bisa melihatku. Kedua matanya masih tetap sama tapi kesan yang mampu kubaca sudah berbeda dengan saat pertama kali aku bertemu dengannya
Terlambat, benar-benar terlambat. Betapa bodohnya orang seperti aku ini, sekarang aku sadar, otak dan hatiku sadar. Otak sadar bahwa satu detik itu mahal harganya dan hati sadar kalau sebenarnya ia belum siap menerima kenyataan
Pada akhirnya, semuanya memang aku yang salah. Kesalahan bodoh, terlalu lama mengulur dan membuang waktu yang sebenarnya mampu kugunakan untuk berbagai hal termasuk membahagiakan orang-orang di sekitarku bukan malah sebaliknya
Mungkin benar tentang ungkapan "Everything happen for a reason" Karena yang kulihat sekarang adalah akibat dari alasanku yang memilih pergi meninggalkan dia
Tapi sayangnya, aku belum benar-benar siap menghadapi ini.
Skip
"Fi!" Teriak seseorang yang suaranya aku rindukan, Rhea, sepertinya dia sedang mengejarku dan bodohnya, aku malah semakin mempercepat langkahku. "Eh tungguin gue!" Semakin lama hentakan kaki Rhea makin terdengar dan mendekat
"Arfi!!!" Ujar Rhea kencang sekaligus melengking, memekik kedua telingaku
Aku balas berdeham, dan lagi-lagi aku melakukan tindakan bodoh. Dehamanku ini bisa saja membuat Rhea pergi karena kesal
Akhirnya aku memutuskan untuk buka mulut. "Iya, ini gue, Arfi. Maaf udah buat lo khawatir. Gue cuma mau nenangin diri aja" Kataku menjelaskan singkat
Namun diluar dugaan, kukira Rhea akan marah besar lalu meninggalkanku. Tapi ini malah senyum. Senyumannya pake manis banget lagi!
"Gue ngerti kok! Eh kenalin dong cemewew gue! Marshall!" Rhea benar-benar membuat surprise party kecil yang luar biasa sekali untukku
Setelah melihat reaksinya yang tenang-tenang saja, sekarang dia memperkenalkna pacar barunya, ya, walaupun aku sebenarnya sudah setengah paham, karena tadi sempat melihat sendiri
Orang yang dipanggil berjalan mendekat, lalu seperti memamerkan, dia menjabat tanganku. Senyumnya mengembang
"Ganteng ga? Hoho gue keren kan?!" Kata Rhea sembari menggandeng tangan cowok di sampingnya, pasangan yang sama-sama memamerkan hubungan baru mereka dan aku tidak suka
"Iya ganteng! Yo dah gue mau jalan!" Ucapku setelah senyuman tolol yang reflek aku sunggingkan di depan mereka
Sudahlah, lebih baik aku pergi ketimbang semakin makan hati terus. Baru aja balik, langsung di kasih makan begituan! umpatku kesal dalam hati.
Skip
Kantin ramai sekali. Entah aku yang terlalu hiper atau memang indera penglihatanku memang tidak berbohong, padahal aku sudah sering melihat keramaian apalagi keramaian kemarin
"Cihuyy!!! Arfi balik lagi!" Tiba-tiba Nando berseru kencang, berdiri di depanku, seruannya membuat seisi kantin menghentikan kegiatan mereka lalu kemudian menoleh padaku
Reflek, aku menutup muka, bukan semata-mata malu karena Nando menyebutkan namaku tapi malu dengan kelakuan karibku ini. "Aduh! Gila lo do!" Ujarku mirip dengan nada orang mengumpat
Nando malah tertawa, tidak ada raut bersalah di wajahnya. "Biarin lah! Itu tandanya gue sayang sama lo!" Responnya, aku membuang muka
Aku masih belum terima kalau Rhea jadi milik orang lain
"Kenapa bro?" Nando berseru tepat di depan hidungku, reflek aku langsung mundur
"Idihh bau mulut lo, do. Parah! Mirip bau got depan villa!" Ujarku berlagak seperti orang jijik. Lagi-lagi Nando hanya tertawa
"Yaa lagian lo ngelamun aja. Takut gue, nanti tiba-tiba lo kesambet!" Nando membalas kekesalanku dengan guyonan khasnya
"Ya, gimana gue ga ngelamun. Si jambu, udah punya doi dia" Ujarku terus terang, nada suaraku lemas sekali, sama seperti atlet lari marathon baru memenangkan turnamen
"Eh? Si jambu? Wah keren dia! Gue aja belom kesampean sama si Sinta" Nando saja bilang Rhea keren seharusnya aku juga bilang begitu, tapi rasanya aku sulit sekali mengatakannya. By the way, Nando malah curcol
"Nahloh? Kok lo malah curcol, do?" Ujarku, berusaha mengenyahkan wajah Rhea dan Marshall yang kelewat bahagia tadi dengan memancing kekonyolan dari Nando
"Biarin dah! Eh omong-omong soal si jambu, ada baiknya lo nungguin dia deh!" Tiba-tiba Nando mengatakan sesuatu yang belum pernah dia katakan selama dia menjadi sahabatku
Seketika, keningku tertekuk. Ada apa dengan Nando? AADN kali :v
"Nungguin? Maksud lo?" Ujarku masih dengan kening berkerut
Nando mengangkat kedua bahunya. "Yaa nungguin bro, menurut gue, lo masih ada kesempatan buat dapetin hatinya" Kata Nando lagi-lagi mengatakan hal-hal yang belum pernah dia katakan sebelumnya
Namun, sebelum aku sempat mencari penjelasan lebih panjang, Nando sudah kembali melanjutkan "Kan lo cinta mati sama dia!" Ujarnya lalu nyengir, meledekku
Aku hanya melemparkan tatapan mata tajam dan kepalan tangan. Tapi, ayolah, itu hanya becanda setelah keseriusan yang Rhea buat tadi. Keseriusan yang menyenangkan bagi Rhea tapi keseriusan yang menyakitkan bagiku
Di satu sisi, melupakan adalah cara terbaik untuk mendapatkan yang lebih dari yang kurasakan sekarang. Hidup tetap berjalan kan?
Tapi di sisi lain, Nando juga benar, apa salahnya menunggu? Jika masih ingin menguji kesabaran, menunggu adalah cara paling tepat. Lagipula, aku yang lebih duluan datang ke dalam hidup Rhea. Kenapa tidak dengan menunggu?
------------------------------
Haiii 🙋🙋
Ue kehabisan kata-kata 😅😅
Say dadah buat aa' Arfi yaa karna aa' Arfi udah lulus hehe *ngelap ingus* *kali ada sekuelnya :v* *uhuk :'3
So, tunggu epiloguenya aja deh XD
Dadah bebzz :v
*udah malem yaa btw :'v*
*tidur ae lah 😴😴😴*
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top