Arfi

Hampir satu jam aku di warung itu. Tidak melakukan apa-apa. Hanya diam, menatap orang-orang yang berseliweran di depanku. Orang-orang yang saling mengobrol satu sama lain

Lalu kemudian, termangu untuk waktu yang lama. Memikirkan semua hal, dari hal yang sedang terjadi padaku sekarang hingga hal-hal yang tak pernah kupikirkan

Sampai akhirnya aku sadar sudah hampir satu jam aku duduk disana. Setengah menikmati setengah melamun. Segera setelah itu aku bangkit. Mengangguk sedikit ke ibu-ibu penjual kopi lalu berbalik meninggalkan kursi panjang itu dan kemudian menaiki motor. Memacu motorku di tengah jalan yang entah kenapa bisa ramai sekali

Sebenarnya, aku masih bingung dengan situasiku sekarang. Kuliahku, rumahku, Andis dan hal-hal lain yang tidak ingin aku sebutkan. Aku terlampau malas dan benci menyebutkannya. Apalagi membahasnya. Sudah cukup. Dengan perginya aku dari rumah. Aku harap perasaan mengganggu ini juga pergi

Namun kemudian, aku teringat penggalan ucapan dari motivator terkenal yang acaranya sering tayang di tv

"Dimana pun rumah anda, disanalah hati anda tinggal. Jadi sejauh apapun anda pergi, anda akan kembali untuk hati anda"

Aku menelan ludah. Kenapa semakin rumit saja urusan ini. Aku sudah cukup jauh pergi, sudah lumayan jauh bergerak maju untuk melupakan. Tapi satu hal saja, sepertinya mampu membuatku menjadi nol lagi

Tapi aku tidak akan berhenti. Ini baru permulaan. Aku yakin, aku masih belum jauh melangkah. Yang di atas pasti akan mengujiku lagi dan lagi. Dengan sesuatu yang lebih dari sekedar ingatanku tentang penggalan kata motivator

Skip

Sejak tadi pagi, aku sama sekali tidak turun dari motor. Semua yang kulewati tak ada menarik-menariknya sama sekali

Baru saat aku tak sengaja melirik jam tanganku. Jarum pendeknya sudah hampir mengarah ke angka 4 dan jarum panjangnya ke angka 9. Aku menghela napas panjang

Aku sudah terlalu lama di atas motor ini, tapi rasanya seperti baru beberapa menit saja

Lalu, dengan tak sengaja ekor mataku menangkap keramaian di tengah kota. Keramaian ini menarik. Ada yang menarik dari apa yang kulihat sekarang walaupun aku tidak tau apa itu sebenarnya

Akhirnya, aku memutuskan berbelok. Mencari tempat parkir dan bersiap melangkah masuk ke areal pusat keramaian itu

Dan menit-menit berikutnya aku tetap berjalan. Lebih tepatnya berhimpitan, karena lebar langkahku bahkan tak lebih dari 1 meter. Terlalu banyak orang disini. Tapi ada sesuatu yang menarik dan membawaku kemari. Walaupun sampai sekarang aku tidak tau apa yang menarik itu

Sampai aku tiba di sebuah panggung kecil. Ada seorang penyanyi disana, tengah menghayati lagu yang ia nyanyikan. Aku berhenti sebentar, ada baiknya kalau aku mendengarnya sebentar sekaligus menghela napas setelah sejak tadi sesak oleh ratusan manusia

"Mengapa kita bertemu bila akhirnya di pisahkan
Mengapa kita berjumpa bila akhirnya dijauhkan.."

Aku mendadak diam, ada sesuatu dari lirik itu yang membuatku diam. Bisu. Dan beku dalam waktu yang jaraknya hanya sepersekian detik saat bait itu diucapkan

"Aku hancur kuterluka, namun engkaulah napasku
Kau cintaku, meski aku bukan di benakmu lagi
Dan ku beruntung sempat memilikimu"

Penyanyi itu benar-benar meresapi makna lagu yang dinyanyikannya. Sampai-sampai semua pendengarnya tak berhenti beralih dari suaranya, seakan suaranya mampu mengendalikan perasaan orang-orang yang menikmatinya

Dan tak terkecuali aku. Sejak tadi aku diam-walaupun aku memang diam sejak pertama kali datang-tapi diamku sekarang benar-benar diam yang berbeda. Diam yang terbawa suasana alunan musik serta instrumen-instrumennya yang memenuhi sisa ruang udara di sekitarku

Sampai aku tersadar dengan tepukan di bahu sebelah kananku. Seketika aku seperti tersadar dari tidur yang teramat panjang dan nyenyak

Aku menoleh lalu detik-detik seperti melambat. Layaknya jam yang tak berputar, jantungku seakan melampaui areal tempatnya memompa darah alias keluar. Aku sungguh terkejut. Nyaris lompat dari tempatku duduk

"Bro! Lo kemana aja?!" Ujar orang ini. Ia sampai berteriak lalu kemudian berhambur memelukku erat

Dia. Nando. Sahabat karibku yang bertahun-tahun bersamaku. Menemaniku setiap saat aku bolos jam kuliah, orang yang setia bertanya ini-itu setiap ketinggalan satu momen tertentu dan bagiku satu-satunya orang yang rela memberikan orang yang dicintainya untukku. Dan aku belum pernah bersyukur mengenai dirinya

Aku balas memeluknya erat, tidak peduli pada wajah-wajah penasaran di sekitarku. Aku terlewat senang, bersyukur telah bertemu dengan Nando

Aku tersenyum membalas sapaan pertamanya. Dan jujur, ini senyuman pertama setelah sepanjang sore ini aku memilih diam dan menikmati keramaian-yang entah kenapa aku menyukainya-

"Gue gak pergi kemana-mana, kok." Aku baru bisa menjawab setelah berkali-kali menghela napas, menahan euphoria

Nando terlihat menepuk kening. Dia jelas tau aku berbohong besar dengan berkata seperti itu. Ucapanku dibalas senyuman sinis. "Meskipun lo bilang gitu seribu kali, gue juga gak bakalan percaya!" Ujarnya dengan nada meremehkanku. Sepertinya dia sudah lebih dewasa dariku setelah kutinggal 2 hari ini

Tanpa menunggu apapun, aku menjitak kepalanya. Aku sudah tidak sabar melakukannya sejak tadi dan ini momen yang tepat untuk melakukannya. Dan segera terdengar rintihan setelah aku melakukan adegan penjitakan itu. "Arpon! Payah sakit banget njirr!" Nando memekik memegangi bagian kepalanya yang kujitak

Aku tertawa kencang sembari memegangi perutku yang sakit karena tertawa. "Sejak kapan ada nama Arpon? Jelek amat!" Ujarku kembali tertawa kencang di ikuti Nando

Ia ikut tertawa dengan apa yang diucapkannya, kemungkinan besar Nando pasti tidak sengaja mengucapkannya, memang sejak kapan ada plesetan aneh begitu

Menit-menit kemudian kami masih tertawa, aku juga tidak bisa berhenti memegangi perutku yang sejak tadi sakit karena tertawa

Kuakui, kedatangan Nando memang bukanlah keinginanku dan sama sekali tidak kuharapkan tapi semuanya berbalik, sekarang Nando bahkan menjadi alasan utama aku tertawa sampai terbahak-bahak seperti orang gila ini

"Udah ah, sedeng gue ketemu elo!" Kataku tiba-tiba setelah lebih dari 1 menit tersengal dengan tertawaan yang tidak jelas

Setelah berkata seperti itu, aku melangkah pergi menjauhi bangku-bangku bulat tempatku menonton aksi penyanyi dramatis tadi. Dan tak lupa Nando juga ikut di belakangku, seperti biasanya

"Eh bro! Lo kemana aja sih?" Nando mengulang pertanyaan pertamanya tadi, aku belum menjawabnya

Aku tersenyum simpul dan lekas menjawab "Sorry, gue gak bermaksud bikin lo khawatir. Gue cuma butuh jarak sama ruang sendiri aja. Setelah yang dilakuin sama Raisa itu, gue sama sekali ga ngerti gimana dia bisa ngelakuin hal seburuk itu, do" Aku memang benar-benar tidak mengerti mekanisme cara berpikir Raisa

Bukankah saat itu aku sudah bilang pada Rhea, bahwa dia pacarku. Itu sudah cukup sebagai bukti kalau aku memang sayang padanya. Tapi Raisa tetaplah Raisa yang ambisius dan terobsesi pada sebuah hal yang belum tentu baik atau tidak. Dia terbiasa melakukannya

Nando tidak menjawab, dan setelah kulirik dia hanya mengangguk kecil. Ciri orang yang dengan sungguh mengiyakan "Iya bro, gue juga awalnya ga percaya. Raisa yang seimut itu bisa jahat ya?" Respon Nando sungguh mencerminkan anggukannya

Aku menyunggingkan senyuman kecil, sepertinya untuk pertama kalinya Nando benar-benar sependapat denganku tentang Raisa

Tapi aku tak ingin berlama-lama membahas perempuan itu. Sudah cukup dia membuatku pergi, sekarang aku kembali dan pikiran tentangnya sudah kubuang jauh-jauh bersama tawa pertamaku tadi

"Jadi sekarang gue kan udah balik nih. Lo gak punya cita-cita buat nebengin gue balik?" Ujarku mengangkat kedua alis dan tidak lupa nyengir imut

Nando tertawa kencang. Sepertinya, kalau aku tidak salah duga, dia senang dengan hadirnya aku kembali disini. Apakah respon Rhea juga akan sama seperti Nando ya? Atau malah sebaliknya?

Namun untuk saat ini, aku belum siap bertemu dengannya. Dia pasti syok melihat wajahku muncul di hadapannya nanti. Aku mungkin tidak pergi terlalu lama, tapi sudah pasti dia sibuk mencariku. Dan kemunculanku tiba-tiba? Aku bahkan tidak tau dimana dan bagaimana keadaannya sekarang

Ya, aku jahat, kuakui itu. Tapi aku memang belum siap bertemu dengan Rhea. Setelah kekejamanku pergi mendadak, tanpa kabar, sama sekali tidak bertanggung jawab atas masalah yang menimpa kami semua. Aku belum siap.

-----------------------

Ululu :v *partII*
Scroll up deh, coba tebak lirik lagu siapa :3 itu lagu favorit ue loh *nobody ask u :V*
Btw, saaelah :v itu narasi panjang banget ya '-') but that's my best record hua 😅😅
Gimana kabar kalian? Baik kan ya? Ue disini pun juga baik ko :)) seneng malahan *abisdapetkado*
Happy long weekend 😂😂 dan sekarang udah mau abis 😴😴
See u soon kalian dadahh 🙌🙌🙌

*siapin buku* *peer numpuk*

*nangis dipojokan 😭😭😭

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top