Arfi

Aku mengajak Rhea pergi ke villa keluarga yang beberapa tahun lalu sering di kukunjungi saat musim liburan dan pasti masih dengan perasaan kebahagiaan yang meluap-luap. Tapi sekarang, aku hanya bisa tersenyum masam mengingat pengalaman itu

"Arfi, gue pusing nih!" Pekik gadis yang berdiri di sampingku sambil menggandeng tanganku lebih tepatnya bertumpu pada tanganku

Aku gelagapan mendengar pekikan ala anak kecil itu. "Eh eh. Iya iya" Kataku lalu memutar kunci dan membuka pintu besar ini

Aku menyuruhnya duduk di sofa yang masih tetap putih bersih karena selalu di urus oleh seseorang yang memang sudah di beri tanggung jawab untuk menjaga villa ini

"Lo duduk aja disitu" Kataku

Rhea membuka matanya yang sebenarnya sudah terpejam "Lo mau kemana?" Tanyanya

Aku hanya menggelengkan kepala. Aku sengaja meninggalkannya untuk membeli sesuatu untuk kumakan

Skip

Aku melihat rhea berjalan di depan foto-foto yang terpajang di meja. Dan sedikit menengadah untuk melihat foto-foto yang berada di dinding yang sedikit ke atas. Aku yakin pasti setelah ini, ia pasti akan menghujaniku dengan banyak pertanyaan

Aku berdeham panjang kemudian melangkah masuk

"Gimana keadaan lo?" Tanyaku sambil menyalakan tv setelah mengambil remote yang terselip di sofa

"Udah agak baikan kok" Sahut rhea menggema di seluruh ruangan

Aku hanya mengangguk pelan dan siap bersantai, tapi sepertinya gadis itu tidak setuju dengan kegiatan bersantaiku

"Fi, sini deh!" Ujarnya sambil melambaikan tangan

Aku mengangkat alis. "Apaan?" Tanyaku setelah berdiri di sampingnya

"Ini foto siapa sih?" Tanyanya dengan nada antusias. Benar dugaanku. Ya, anggap saja, aku sedang baik. Jadi masih bersedia menjawab pertanyaannya

"Itu foto papa, mama, sama Andis" Jelasku singkat sekaligus datar

Aku menoleh ke kiri dan melihat Rhea masih mengerutkan dahi. Pasti masih mengharapakan yang lain. Pasti!

"Wahhh" Katanya berdecak kagum dengan mata yang masih tertuju pada foto di pigura berhiaskan motif love. "Enak banget jadi elo?" Ujarnya sembari membalas mataku

Sebaliknya aku malah membuang muka dan membayangkan betapa masam wajah rhea saat tau cerita hidupku yang ya.. cukup rumit walau aku tau masih banyak yang lebih buruk dariku

Aku tertawa sinis mendengar komentarnya tentang foto itu "Haha. Lo tau apa tentang foto itu hah?" Tanyaku dengan nada menantang

Rhea menggeleng dan mengendikkan bahu menghiraukan pertanyaanku

Aku memutar bola mata dan berlalu meninggalkannya yang masih terpaku pada foto-foto yang terpajang rapi di meja maupun dinding

"Lo gak mau makan?" Sahutku sudah gemas dengan kelakuannya yang tidak bosan dengan foto-foto yang nyaris kubuang itu

Rhea mendekat dan duduk di sampingku sambil mengintip isi dari kantong plastik yang tergeletak di meja "Lo beliin gue nasi?" Tanyanya polos tanpa memandangku

"Iya"

Kresek kresek..

Terdengar bunyi khas dari plastik. Setelah kulirik ternyata rhea sudah siap melahap isinya

"Nih nih" Katanya sambil menyodorkan sesendok nasi tepat di depan daguku

Aku hanya tersenyum dan menggeleng "Nggak buat lo aja" Jawabku sambil mendorong tangannya mundur

Rhea menyipitkan matanya. "Ayo dong fi. Satuu aja" Katanya memohon padaku dengan muka yang sungguh imut

Aku tidak bisa menolak kalau seperti ini ceritanya. Aku pun melahap nasinya lalu di sambung dengan senyuman yang merekah di bibirnya

"Hahaha" Aku tertawa melihatnya kerepotan mengunyah nasi yang ada di mulutnya. "Gue foto yak?" Kataku pura-pura mengambil hp dari saku

Segera rhea memukul-mukulku dengan beringas tanpa peduli nasi yang masih bersarang di mulutnya. Aku berhasil menghindar darinya tapi tetap saja rhea mengejar-ngejarku. Jadilah kami seperti tom & jerry yang berwujud manusia. Aku jerry dan rhea tom. Kalian tau kan bagaimana kenyataannya. Tom tidak akan berhenti sebelum menangkap jerry walau harus melewati banyak rintangan yang merugikannya. Sama seperti rhea.

"Buaya!" Teriaknya memanggilku "buaya" lalu duduk selonjor di lantai. Ahaha, rupanya dia menyerah kejar-kejaran denganku. "Gue capek!" Lanjutnya. Dugaanku benar-benar tepat

Aku mendekat dan ikut duduk di sampingnya "Haha, lo kalah. Dasar jambu!" Kataku sambil mengacak-acak rambutnya

"Capek banget. Sumpah" Ujarnya lalu bersandar di lenganku

Ingin rasanya mendorong kembali kepala itu ke posisi yang seharusnya. Tapi di sisi lain, terlalu sadis melakukannya pada seorang perempuan seperti rhea. Dia tidak pernah melakukan kesalahan berarti padaku. Itu artinya, aku tidak berhak mencampakkannya seperti itu.

Aku menghela napas panjang lalu berkata. Tapi baru aku membuka mulut, dia sudah kembali tegak dan bertanya "Fi, itu siapa sih yg anak kecil? Imut loh!" Katanya sambil mengamati foto di dinding dan memfokuskannya pada wajah Andis

Aku tersenyum saat melihat wajah Andis yang masih sangat kecil saat itu. "Karingga Andissa" Jawab menyebutkan nama lengkap adik kecilku

Tanpa kusadari rhea berbalik menatapku dan ikut tersenyum "Imut ya? Beda sama kakanya. Kakanya kayak buaya!" Katanya menoyor kepalaku

Aku membalasnya dengan tatapan tajam tanpa toleransi. Aku ingin membuatnya menyerah sebelum perang. Ingat itu!
Benar saja, rhea langsung menunduk, ketakuatan pastinya. Aku bersorak dalam hati. Hebat! Tapi apakah tatapanku setajam itu sampai rhea yang lumayan berani ini gentar?
Sudahlah. Aku akan memeluknya untuk menyingkirkan rasa takut itu. Meski aku tau konsekuensinya apa

"Sori" Kataku berbisik tepat di telinga kanannya

Ternyata apa yang kukira akan terjadi tidak ada di skenario takdir. Rhea malah membalas pelukanku. Aku hanya tersenyum merasakan kehangatan yang diberikannya padaku. Ah, tapi aku tidak akan berpikir jauh. Ini hanya pelukan. Tidak lebih!

Aku melepas pelukannya kemudian berkata "Udah jam 12!" Ujarku sambil berdiri

Rhea masih sibuk dengan matanya yang tak lelah memandangi foto-foto yang di penuhi dengan kebahagiaan. Sebelum semuanya berakhir.

"Woi jambu! Lo kenapa sih, liat foto-foto mulu?!" Tanyaku dengan nada ketus

Rhea baru berdiri saat aku memanggilnya. "Gue iri tau!" Katanya tak kalah ketus

Aku mengerutkan dahi, perasaan heran terbit di otakku "Iri apa?" Tanyaku

Rhea memutar bola matanya dan menghembuskan napas nyaris mendengus "Iri aja. Lo bahagia banget" Jawabnya sambil memandangku lekat-lekat

Sekarang aku yang mendengus mendengar pernyataan rhea. "Lo gak tau apa-apa!" Kataku terkesan dingin dan berlalu meninggalkannya. "Lo mau tetep disini atau pulang?" Ujarku karena tidak mendengar langkah kaki mengejarku

Kudengar rhea hanya berjalan santai. Dan melewatiku yang berada di pintu tanpa satu kata pun

Skip

"Lo kenapa lagi sih?" Tanyaku tak habis pikir dengan rhea yang sepanjang perjalanan hanya diam tidak seperti biasanya

Rhea menggeleng. Dan melenggang meninggalkanku tanpa ucapan terima kasih atau thanks yang lazim dikatakan oleh seseorang setelah mendapat sesuatu. Aku tidak mau memperpanjang semuanya. Aku langsung memacu sepeda motorku, memecah keheningan kampus yang sedang sepi. Berharap semua penderitaan tak berujung ini segera berada di pucuknya. Dan berganti dengan kebahagian yang sempat kurasakan dulu.

Skip Again

Aku mengirim pesan singkat sekitar jam 7 malam. Kuharap rhea belum tidur karena aku sangat butuh jawaban dari apa yang terjadi padanya tadi

To : Jambu
Jambu? Lo udah tidur?

Ah, semoga ada balasan dari pesanku. Tepat! Baru beberapa menit aku mengirimnya langsung ada pesan masuk yang mengalihkan pandanganku dari tv

Sender : Jambu
Belom. Ada apa bu?

Bu? Aku yakin itu akronim dari buaya. Bukan bu dari kata Ibu. Untung aku bisa langsung membaca pikirannya. Dan wow.. dia bisa mengenaliku dengan sangat cepat!

To : Jambu
Tadi lo kenapa?

Ketikku sambil bergidik ngeri. Pasti rhea akan mengira aku orang yang selalu ingin tau atau sebut saja kepo. Huh, harusnya aku tidak mengirim pesan itu

Sender : Jambu
Ihh, kepo amat!

Benar sekali. Dia langsung berkata seperti itu

To : Jambu
Udah mending gue tanyain!

Sender : Jambu
Hehe, besok deh ya. Bye!

Jawabnya seperti tidak merasa bersalah sedikitpun.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top