Arfi
Episode Gadis Jambu
"Dasar cewe jambu!" Gumamku setelah puas ditarik hidungnya oleh si gadis jambu yang sudah berlalu dari hadapanku itu
Tapi jangan salah, gadis jambu itu juga sebenarnya punya nama yaitu Rhea. Nama yang lumayan bagus menurutku. Tapi akan lebih baik kalau aku memanggilnya jambu, ya kan?
Aku menelepon Nando. Dia bilang akan mengajakku, tapi aku tidak di beritahu dimana tempatnya. Ada satu hal yang perlu di ingat yaitu. Aku benci trap
Terdengar nada sambung di buntuti nada sambung yang lainnya
"Eh, apaan bro?" Sahutnya seperti terkejut
"Lo dimana?" Tanyaku. "Lo jadi gak ngajak gue?" Tanyaku meyakinkannya
"Jadilah bro" Jawabnya mantap tapi seperti berbisik. "Eh man udah dulu yak, dosen gue lagi pms nih" Sambungnya masih dengan berbisik tanpa menunggu apapun ia langsung mematikan sambungan teleponnya
"Alahh, dasar bocah aneh!" Cibirku sambil memanggul kembali tas punggung yang lumayan berat ini
Skip
"Woi bro!!" Teriak seseorang memanggilku di ikuti suara langkah kaki yang di percepat untuk mengejarku
Aku berbalik dan melihat seorang Gerald Anando Richard yang sedang setengah berlari mengejarku. "Lo ngapain lari-lari begitu?" Tanyaku setelah Nando sudah sejajar denganku
"Hoammm" Aku mendengarnya menguap sambil mengusap-usap mata
"Lo masih ngantuk?" Tanyaku. "Perlu gue judo?" Lanjutku sedikit bergurau untuk membuatnya sedikit membuka matanya yang masih sipit
Nando langsung membelalakkan setelah mendengarku "Ampun man. Sumpah ampun!!" Katanya memohon-mohon
Aku hanya terkikik. " Terus gue mau di ajak kemana?" Kataku kembali pada topik awal
"Udah dehh. Lo ikut gue aja!" Jawabnya sambil mengangkat alis
Aku masih tidak yakin dengan pernyataannya "Lama gak?"
Nando tidak menjawab, rupanya ia sedang berpikir "Iya kayaknya. Emangnya napa sih?"
"Andis bro" Jawabku sambil meninju pelan lengannya
Nando langsung menepuk keningnya "Iya ya. Gampanglah bro, titipin aja sama papa lo" Jawab Nando, santai tanpa beban
Ya, bagaimana ada beban. Di hidupnya banyak sekali kebahagiaan yang tercipta. Berbeda denganku
"Enak aja lo, masa iya gue nitipin Andis ke orang itu" Responku jengkel dengan jawaban santai ala Nando
Nando menatapku dengan wajah bosan "Capek gue sama lo fi, sampe kapan sih, lo mau benci sama bokap sendiri?" Balasnya dengan bertanya
Aku hanya tersenyum kecut "Udahlah, itu urusan gue. Gue nitip Andis ke nyokap lo deh, gimana?" Kataku seraya menarik napas panjang dan berat
Nando hanya mengangguk cepat mendengar keputusanku
Skip
"Do, lo gila ya. Gue mau di bawa kemana sih?" Tanyaku penasaran setengah kesal karena sudah di bawa keliling-keliling
"Sssttt" Sergahnya dengan mengangkat telunjuknya ke depan mulut. "GPS gue error lagi!" Lanjutnya sambil berusaha menggunakan hpnya mati
Aku hanya memandangnya bosan "Pake hp gue aja nih" Ujarku dan disambut dengan uluran tangan yang menyambar hp ku secara tiba-tiba
"Thanks bro, lo buaikkk buangett" Kata Nando sambil menekan-nekan layar hpku
"Oke" Responku cepat tanpa melihat wajahnya yang pasti sedang sibuk mencari tempat yang akan kami kunjungi
Skip
Aku sempat tertidur di dalam mobil berwarna hitam ini. Akibat ulah dari Nando yang tidak sepenuhnya mendengarkan penjelasan tentang alamat rumah temannya itu.
"Woi gempa bro, turun!!" Teriak Nando tepat di telingaku
Aku langsung tersentak mendengar teriakan memekakan telinga milik Nando yang hampir mirip dengan teriakan Andis, hanya kurang sedikit melengking.
"Apaan sih do?!" Kataku setelah puas mengerjap-ngerjapkan mata karena di kejutkan
Nando tertawa terbahak sekaligus mengejekku yang masih mengusap-usap telinga
"Hehehehe, sori bro. Lo enak banget sih kalo tidur. Jadi ga tega gue" Katanya dilanjutkan dengan tertawa lagi
Aku hanya mendengus kesal lalu keluar dari mobil meninggalkan Nando
"Man tunggu dong. Handphone lo nih" Kata Nando sambil setengah berlari mengejarku
Aku akan membuka gerbangnya. "Ada urusan apa sih lo kesini?" Tanyaku setelah berada di halaman depan yang di tanami pohon mangga yang besar dan akan berbuah serta bangku panjang untuk bersantai bagi para anak kostan. Cukup teduh di banding dengan kost-kostan yang sering kujumpai di kota asap ini
Tok tok tok
Pintunya pun ku ketuk. Kenapa aku?
Ya, karena Nando tidak berani mengetuk pintunya, alhasil akulah yang jadi sasaran empuk baginya
Ada sahutan untuk menunggu sebentar dari balik pintu
Cklek
Pintu pun terbuka dan aku langsung terbelalak melihat seorang cewek di depanku dan begitu juga sebaliknya. Bukan karena cantik atau sexy atau apapun itu. Tapi mana mungkin Tuhan merencanakan aku untuk bertemu dengannya dua kali dalam sehari. Kayak obat
"Loh?" Muncul satu satu kata dari mulut cewek di depanku ini. "Arfi kan?" Tanyanya sepertinya masih diliputi keraguan
Aku mengangguk "Iya gue arfi, lo rhea kan?" Dan aku yang awalnya biasa saja jadi ikut ragu, dasar.
"Ada apa kesini?" Tanyanya melupakan kejadian aneh sekaligus ajaib yang terjadi barusan
"In.." Langsung di sambar oleh Nando
"Gue mau ketemu difa" Sahutnya sambil mengambil tempat di sampingku
Si gadis jambu itu hanya tersenyum lalu masuk untuk memanggil perempuan yang bernama difa itu ke dalam
Beberapa menit kemudian ia keluar bersama seorang perempuan di sampingnya yang membawa buku-buku berat di kedua tangannya
"Ohh ini dia Nando. Lama amat sih?" Sambut perempuan bernama difa itu
Yang disapa langsung nyengir "Hehe sori dif, gue masih jalan-jalan dulu tadi" Jawab Nando asal-asalan sambil menyenggol lenganku
Aku berusaha tersenyum, tapi ingat hati ini tetap mengumpat
"Palingan juga lo nyasar kan?" Tebakannya benar-benar tepat langsung di susul. "Gimana, Kayaknya gue sama lo gak boleh belajar disini" Kata Difa dengan ekspresi yang pahit
"Ya diluar aja" Ujar Nando memberi ide
Difa langsung tersenyum "Iya ya, terus dia gimana?" Katanya seraya menunjukku
"Kalo dia sih, mau di taro di kandang juga gak papa dif. Ya kan bro?" Kata Nando sambil mengangkat alis menggodaku dan aku membalasnya dengan sebuah jitakan manis yang sudah sering Nando dapatkan
"Waduh, gila sakit banget" Keluhnya sambil mengusap-usap kulit kepala. "Lo sama dia aja" Sahut Nando lagi-lagi asal-asalan dan menunjuk rhea sebagai sasarannya
"Loh, kok gue sih?" Ujar Rhea sambil menunjuk-nunjuk dirinya sendiri
"Kan lo udah kenal sama Arfi. Udah deh ya, pliss" Kata Nando memasang ekspresi memohon yang menurutnya paling imut
Aku hanya diam menunggu keputusan dari Rhea. "Iya deh, tapi jangan lama-lama ya" Ujar Rhea setelah ku dengar ia menarik napas panjang
Difa langsung memeluknya "Makasih ya rhe. Hehe gak bakalan lama kok" Katanya lalu melepas pelukannya dan berjalan ke mobil
Dan mobil pun langsung lepas landas entah kemana perginya, yang pasti mereka sudah berjanji tidak akan lama-lama
Aku masih diam, tidak menyangka siapa yang saat ini berada di depanku. Bukan karena aku menunggu untuk bertemu lagi tapi karena dalam sehari ini aku bertemu dengannya dua kali
"Umm, gue masuk dulu ya" Katanya tiba-tiba menyerobot bayangan-bayanganku tentang kebetulan yang aneh ini
Aku langsung mencegahnya dengan berkata "Eh eh tunggu" Kataku berusaha menahan tangan untuk menarik lengannya
Rhea menatapku seakan mengatakan kalau aku ini orang yang harus di hindarinya. "Mau apa lagi fi?" Jawabnya dengan wajah yang digalak-galakkan
Aku berpikir sejenak, berharap menemukan ilham untuk menahannya disini. Oke, sudah ketemu. Tapi menurutku ini adalah ide gila, bagaimana tidak. Otakku memerintahkanku untuk mengajaknya pergi. Aku mencoba mencernanya kembali. Ya, apa salahnya kan?
"Gue laper" Kataku berharap menemukan respon yang baik dari Rhea
Yap, tanpa menunggu apapun Rhea langsung mengembangkan senyumnya, sepertinya umpanku langsung di sambut dengan baik
"Kebetulan nih, gue juga laper. Yuk ketempat favorit gue" Sahutnya kemudian berbalik meninggalkanku tanpa menunggu keputusan apakah aku menerima ajakannya atau tidak
Beberapa menit kemudian ia keluar menggunakan baju oranye dan celana jeans putih. Aku hanya termangu melihat wajahnya yang seketika sumringah ketika ku ajak makan
"Yuk!" Ajaknya dengan wajah yang ceria
Aku mengerutkan kening "Emang gue ngajakin lo ya?" Ujarku sambil berjalan meninggalkannya
"Arfi!!" Teriaknya sambil menarik lenganku. "Lo rese banget sih?!" Umpatnya dengan wajah yang lucu
Lucu? Mirip Andis ketika sedang marah padaku. Membuatku langsung rindu pada Andis
Aku tertawa melihat tingkahnya "Hahaha iya iya, tapi pake motor lo" Kataku dengam menyodorkan tangan kanan
"Nih" Sahutnya setelah kalut merogoh-rogoh tas kecil berwarna birunya itu. Rhea memberiku sebuah kunci motor lengkap dengan aksesoris doraemon di samping kanan dan kirinya
Ia juga mengisyaratkan yang mana motornya padaku
"Kita kemana?" Celetuknya saat aku sudah menstater sepeda motor itu
"Terserah lo" Jawabku lalu menaiki motornya
Aku tidak mendengar sahutan yang biasanya mirip dengan tawa wizard yang baru berhasil membuat ramuan baru
"Ke tempat favorit gue ya fi?" Sahutannya pun nyaris membuat jantungku lepas gara-gara kaget
Dia berhasil membuatku kesal sama seperti saat ia menarik rambutku waktu itu. "Lo gak bisa ngomong pelan-pelan ya?" Kataku. Mungkin sekarang wajahku sudah seperti banteng yang melihat matador membawa kain merah
Ia langsung diam, sepertinya merasa bersalah. "Maaf fi. Gue kan gak tau" Ujarnya dengan suara yang direndahkan
Aku luluh melihat wajahnya yang sendu dengan seketika lewat kaca spion, setelah menarik napas aku berkata "Iya. By the way dimana tempat favorit lo?" Kataku berusaha membuatnya ceria
"Tempat fav gue jualan mie. Emang lo mau?" Ujar Rhea balik bertanya padaku
Aku terheran mendengar pertanyaannya kali ini. "Mau, emang kenapa?" Kataku tidak sabar mendengar jawabannya
"Ya kan, elo anaknya orang kaya fi. Jadi otomatis gak mau makanan kaki lima kayak langganan gue" Jawabnya
Aku sedikit terkejut mendengar jawaban yang di latari dengan kepolosan layaknya anak TK. "Nggak lah na" Tanpa di sadari aku mengucapkan kata "na" singkatan kata Annona miliknya.
Tapi sepertinya sang Annona tidak mendengarnya
"Gue itu bukan anak orang kaya, gue sama kayak lo. Bedanya.." Aku sengaja menghentikannya
Tepat. Rasa penasaran langsung merasuk pada diri Rhea seketika "Bedanya apa?" Tanyanya sambil memajukan kepalanya sehingga aku bisa melihat bagaimana ekspresinya
Aku mendorong kepalanya ke belakang. "Biasa aja na. Mana sih tempat langganan lo?" Kataku balas bertanya sekaligus mengalihkan topik
"Oh iya, ini nih lo tinggal belok kanan aja" Jawabnya langsung lupa pada topik sebelumnya di bahas
Aku hanya mengangguk, mengiyakan arahannya. Kemudian kami berhenti di sebuah warung kaki lima yang di angkat sebagai warung langganan si cewek jambu yang kubonceng tadi. Saat ini ia sudah berlari kecil mendahuluiku untuk memesan dua mangkuk mie.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top