Mas

Aku hanyalah seorang murid SMP biasa. Malah terlampau biasa. Hidupku pun juga biasa.

Tetapi hidupku sangat terjamin, dengan segala kekayaan yang dimiliki orangtuaku, ditambah lagi aku anak tunggal jadi orangtuaku hanya fokus padaku.
Hidupku juga penuh cinta orangtuaku. Setiap hari aku selalu disambut hangat oleh senyuman mereka, jadi terkadang aku meragukan bahwa hidupku biasa-biasa saja.

Namun, suatu hari kediaman kami tiba-tiba didatangi orang-orang berjas hitam. Mereka siapa? Apa mereka polisi? FBI? CIA?

Eh, tunggu! Kenapa kalian menarik-narik kami keluar?! Apa kami berbuat salah terhadap kalian?! Lepaskan!

"Maaf, rumah ini kami sita dikarenakan suami Anda yang bernama Park Sanghyun telah menggelapkan dana perusahaan sebesar satu trilliun won." Ayah ... menggelapkan dana perusahaan? Tidak mungkin!

Aku merengek kepada mereka untuk membiarkan kami tinggal di sana lebih lama hingga hutang ayahku lunas. Tetapi apa balasan mereka? Mereka menolak.

Kami kini berdiri di depan gerbang yang menutupi rumah megah nan mewah, yang dahulu sempat menjadi tempat tinggal kami.

Oh, kamarku yang besar dan nyaman! Aku akan merindukanmu!

Aku meliburkan diri selama beberapa hari untuk menenangkan diri atas hal yang baru saja terjadi beberapa waktu yang lalu.

Ketika aku kembali, semua orang mulai membully-ku. Semuanya mulai memanggilku 'Si Anak Tukang Korupsi', berkata "Jangan-jangan dia sudah menggelapkan uang kelas kita!", memandangku jijik, dan lain-lain, bahkan tanpa ragu-ragu memukuliku atau tindakan keras lainnya. Ada pula temanku yang bicara secara gamblang bahwa ia melihat apa yang dilakukan ayahku dari berita di salah satu stasiun TV.

Bahkan semua sahabat dan teman dekatku mulai menjauhiku dan bergabung dengan mereka yang mengganggapku salah.

Kenapa stasiun TV tega menyebarkan berita tentang ayahku? Tidakkah mereka tahu bisa saja orang terdekatnya menderita?

Mulai saat itu juga, hidupku selalu penuh kegiatan seperti itu, sampai suatu hari aku memutuskan untuk tidak melanjutkan sekolahku. Aku lelah diperlakukan seperti itu selama setahun.

Ketika aku mengemukakan pendapatku, ibuku murka terhadapku. Ia menamparku dengan sangat keras di pipi hingga membuatku jatuh tersungkur di lantai rumah yang sangat kotor, kecil, dan bobrok.

Aku kira, dengan keputusanku tadi, ibu akan setuju, tetapi kenyataan berkata lain.

Lalu aku mengalami hal serupa yang aku alami di sekolah; kekerasan. Sejak hari itu ibu mulai berlaku kasar padaku.

Aku tidak tahan lagi! Rasanya aku ingin mati! Ini semua salah ayah. Mengapa ayah menggelapkan dana perusahaan?!

Aku terus bertahan tinggal bersama ibuku, meskipun hampir setiap dia pulang (mencari) kerja selalu memukuliku, menciptakan 'tattoo' baru tiap harinya.

Lalu, pada hari Rabu yang cerah, aku menemukan ibuku tergantung dengan lilitan tali di lehernya. Aku mendekati ibu dan mencoba membangunkannya, kalau-kalau masih bisa diselamatkan. Tetapi tidak, ia tidak bangun sama sekali. Aku menangis sekeras-kerasnya, melihat ibu yang paling kucintai kini telah tiada.

Tiga puluh menit setelah itu, aku mendapat kabar dari penjara tempat ayahku berada mengatakan ayahku bunuh diri.

Aku menutup telepon itu, dan membantingnya sekeras-kerasnya ke arah lantai tanpa ubin.

Hidupku terasa berakhir saat itu juga.

============================

Tolong beri vote dan comment ya! Kalau ada salah kata atau apa, tolong beritahu segera supaya bisa di edit.

Terima kasih! ♡

Salam hangat,
imnugu

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top