02
Minho melepas topi dan maskernya. Selanjutnya, ia mengenakan kemeja putih sebagai outer kaos hitam lengan panjangnya.
"Apa yang kau pikirkan tadi, Minho?" ujarnya pada diri sendiri sambil menepuk pelan wajahnya.
"Bagaimana kalau nanti ada yang membuat rumor yang tidak-tidak tentang pertemuanmu dengan Aeri?"
Suara batinnya kembali berkata.
Bahkan tidak hanya dirinya yang dikecam oleh netizen, Na Aeri pun bisa saja jadi korbannya, mengingat betapa sangarnya media berita masa kini.
Ia menghela napas dan segera keluar dari toilet dan disambut oleh manajernya.
Melihat wajah gelisah Minho, manajernya itu berusaha menenangkannya. "Kau tak perlu khawatir. Aku tak akan membiarkan kalian berada dalam masalah."
Ia tersenyum dan menepuk pundak manajernya. "Terima kasih, hyung."
"Santai saja. Sekarang fokuslah pada vlogmu bersama Jisung hari ini."
Minho mengangguk dan kembali tersenyum, walaupun sebagian pikirannya berada di tempat lain. Ia sangat berterima kasih pada manajernya alias Jung hyung. Pemuda yang tiga tahun lebih tua darinya itu selalu mengerti apa yang ingin dilakukannya dan selalu menjadi penyelamatnya.
Saat berjalan melewati kerumunan penggemar yang mulai mengabadikan potretnya dalam kamera berbagai bentuk itu, ia mulai melambaikan tangan dan tebar pesona. Membuat siapapun yang dilewatinya hanyut dalam pesonanya.
"Oh my god! ternyata benar, Han dan Lee Know sedang ada di sini!"
"Kyaa!"
"Lee Know oppa!"
"Oppa saranghae!"
"Han Oppa!"
"Minsung Oppa~!"
Minho membalas sorakan para penggemar dengan senyum khasnya. Ia segera menghampiri Han Jisung, rekan satu grupnya yang sudah lengkap membawa kamera untuk membuat konten vlog di taman bermain ini.
Setelah mendapat beberapa arahan, Han menyalakan kamera dan mereka mulai melambaikan tangan ke kamera.
"Halo semua, coba tebak. Hari ini kita akan membuat vlog di wisata taman bermain! Hyung, kau siap berpetualang, kan?!"
"Tentu saja!" Sahut Minho sambil tersenyum.
"Pertama-tama, mari kita membeli sesuatu. Bagaimana kalau kita ke toko suvenir dan membeli beberapa aksesoris di sana?"
"Ide bagus!"
Setelah melakukan kegiatan vlog yang tampak natural di depan kamera, Mereka akhirnya selesai sekitar pukul lima sore.
"Baik, kerja bagus! Kita menuju tempat selanjutnya."
Sambil melambaikan tangan pada para penggemar yang masih setia menunggu mereka, pikiran Minho masih memikirkan Aeri.
Gadis cantik yang begitu disukainya. Gadis yang tiba-tiba saja memutuskannya saat ia mengatakan bahwa ia telah menjadi trainee di sebuah agensi ternama.
Semenjak hari itu pula ia tak bertemu dengan Aeri, bahkan kehilangan kontaknya. Namun siapa sangka ia bertemu kembali di situasi yang tak terduga seperti ini?
Ia merebahkan diri kala mobil yang ditumpanginya telah melesat di jalan raya, meninggalkan ratusan penggemar yang sedari tadi mengerumuninya.
Jisung tak banyak bicara. Sepertinya ia juga memerlukan waktu istirahat, sebelum vlog mereka dilanjutkan di destinasi terakhir nanti.
Minho memejamkan matanya sejenak. Bayangan gadis yang tak pernah dilupakannya kembali hadir di benaknya, membuatnya sedikit tersenyum. Ada banyak rasa yang berkecamuk dalam dirinya. Sedih, rindu, marah, senang-- entahlah.
Untunglah, gadis itu baik-baik saja, pikirnya.
Ia memosisikan tubuhnya agar lebih nyaman dan bergegas tidur. Ada waktu kurang lebih tiga puluh menit sebelum mereka mencapai destinasi berikutnya. Tenaganya cukup terkuras habis beberapa hari belakangan ini. Mulai dari latihan dan persiapan lainnya untuk comeback bulan depan, konten mingguan yang berisi tentang pembicaraan ringan antar rekan satu band, hingga konten vlog yang memang dijadwalkan untuk menghibur para penggemar.
belum lagi jadwal workout, diet, dan beberapa kewajiban lainnya sebagai idol yang harus ia lakukan.
Melelahkan memang, tapi ia tak pernah menyesal akan pilihannya.
***
Minho mengerjapkan matanya beberapa kali sebelum tersadar sepenuhnya bahwa ia telah sampai di destinasi terakhirnya, sebuah restoran ternama yang menyajikan daging sebagai hidangan utamanya. Ia meregangkan otot-otonya dan membangunkan Jisung. Jisung melakukan hal yang sama, lalu keduanya bersiap dan turun dari mobil.
Sambil menikmati hidangan yang disiapkan, mereka kembali menyapa dan melambaikan tangan ke arah kamera. Sekitar satu setengah jam pembuatan, konten vlog itu akhirnya ditutup juga.
Minho menghela napas lega. Bebannya telah berkurang, meski hanya satu dan besoknya akan bertambah lagi.
Mereka menutup acara shooting itu dengan suka cita. Pikirannya menjadi lebih rileks saat ia menghabiskan tetes terakhir tehnya.
Sekitar pukul Sembilan malam, Minho dan Jisung sampai di dorm mereka.
"Selamat datang kembali Hyung!" sorak Jeongin, anggota termuda grup mereka dengan senang.
Member lainnya pun ikut merusuh kedatangan mereka berdua. Ia hanya tertawa sebentar, lalu pamit menuju kamarnya.
Tanpa ikut berkumpul dengan member lainnya yang masih ribut di ruang keluarga, ia segera mandi dan merebahkan diri di kasur. Pikirannya kembali melayang pada kejadian tadi siang.
Aeri.
Gadis itu tampak baik-baik saja.
Harusnya ia senang, tapi bayangan akan pertemuan tadi siang itu sangat mengganggunya. Apalagi, saat gadis itu bahkan tak menjawab pertanyaan sederhana yang ia tanyakan hanya untuk sekadar berbasa basi. Dan satu lagi, gadis itu bahkan tak mau repot untuk menatapnya balik.
Mengapa?
Padahal mereka berpisah dengan baik-baik. Tak bisakah setelahnya juga baik-baik saja?
Mendadak Minho teringat sesuatu. Wajahnya menegang sesaat mengingat serentetan kalimat yang kini berputar di benaknya.
Sama sekali tidak. Kau salah kalau kau berpikir aku meninggalkanmu karena aku benci padamu.
Kalau tidak benci, lantas karena apa?
Sebenarnya kata benci memang kurang tepat, namun karena Aeri menghilang dan menghindarinya selama tiga tahun terakhir, Minho menjadi melontarkan pertanyaan seperti itu.
Minho mengusap kasar rambutnya gemas. Seharusnya ia tak bertanya seperti itu tadi.
Aeri bukan gadis pembenci. Ia juga tahu bahwa Aeri sangat cinta padanya.
Lagi-lagi Minho mengusap wajahnya, entah untuk yang keberapa kalinya. Diambilnya bantal yang da di dekatnya dan ia lemparkan ke sembarang arah--mumpung hanya ada dirinya di dalam kamar.
Naasnya, bantal yang melayang dengan kekuatan super berkat kefrustasian Minho mendarat sempurna di wajah Hyunjin yang sedang membuka pintu kamar.
Sebagai penyandang julukan dramatic king, Hyunjin terjatuh dengan ekspresi wajah yang tidak bisa didefinisikan. Belum lagi gerakan tubuh pendukung yang sangat dramatis membuatnya terlihat amat sangat kesakitan, walau sebenarnya hal itu malah membuatnya tampak sangat aneh dan lebay.
"Teganya kau merusak wajah tampanku, hyung," ucapnya sambil meringis dan melempar bantal tersebut ke arah Minho.
Masih dengan ekspresi dramatis kesakitannya yang membuat hati Minho tergerak untuk bersimpati alih-alih mengumpat, Minho tak memedulikan rengekan Hyunjin yang masih berkomedi ria di ambang pintu.
Minho memejamkan mata dan sosok yang dirindukannya kembali muncul.
Senyum indah juga eye smile yang tak pernah hilang dari wajahnya. Na Aeri, nama seorang gadis yang selalu terngiang-ngiang di benaknya. Nama seorang gadis yang semenjak perpisahan mereka, ingin ia lupakan. Namun sepertinya, waktu tiga tahun terlalu singkat baginya untuk melupakan gadis itu.
"Hyung~" rengeknya lagi.
Minho menoleh dan mendecih pelan.
"Mau kulempar lagi?"
Hyunjin langsung bangkit dan cengengesan lantas buru-buru naik ke tempat tidurnya tanpa menghiraukan tatapan tajam Minho yang memang sedang tidak ingin diganggu.
Minho kembali memejamkan mata, tidak menolak saat bayangan gadis itu kembali muncul. Perlahan, bayangan Aeri yang tersenyum bahagia menuntunnya pada sebuah mimpi indah.
Andaikan, kenyataan seindah mimpinya.
************************************
Published : 2 mei 2020
Beuh... semakin aneh gais //slap//
Sampai jumpa nanti sore? Entahlah.
Happy reading~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top