FOUR

“Kenapa nggak ajak pulang Septa sekalian? Ini udah mau malam, loh.”

Pertanyaan itu ia dapat ketika pulang tanpa ada Septa di sampingnya. Waktu yang dibutuhkan untuk memperbaiki ponsel ternyata cukup lama. Sang pemilik gerai menyarankan agar benda itu diambil esok hari. Namun, Septa bersikeras agar benda itu selesai hari ini juga. Dia juga akan tetap menunggu di tempat, padahal bukan dirinya yang melakukan kesalahan.

Akibat jengkel dengan Septa yang tiba-tiba sangat keras kepala, Septian memutuskan untuk meninggalkan bocah itu di sana. Namun, sejenak ia lupa, jika malam ini adalah malam Natal. Keluarganya akan pergi ke gereja untuk melakukan Misa Malam Natal.

“Dia sendiri yang ngotot buat tetep nunggu sampe hape itu selesai diperbaiki, Ma. Aku bisa apa kalo dia ngeyel kayak gitu?” Septian membela diri.

“Lagian dia bukan bayi yang ini-itu harus diawasi, kita seeumuran, Ma,” imbuhnya kemudian.

“Masalahnya malam ini kita ‘kan mau ikut Misa Malam Natal, ini hari penting, Tian.” Wanita bergaun merah itu berujar gelisah.

“Pokoknya Mama nggak mau ke gereja tanpa Septa. Kita harus ke sana bareng-bareng. Dapat sesi terakhir juga nggak masalah, yang penting lengkap satu keluarga,” lanjutnya kemudian menjatuhkan diri ke atas sofa.

Menyadari kegelisahan sang istri, pria yang semula diam mengamati itu kini berdiri. Menepuk bahu putra sulungnya pelan dan berkata, “Kamu jemput aja Septa sekarang, minta dia buat pulang. Lagi pula apa spesialnya benda itu, sampai-sampai lupa malam ini ada Misa?”

Melihat bagaimana kedua orang tuanya mengkhawatirkan si bungsu membuat Septian berdecak kesal. Sungguh, ia sendiri heran mengapa anak yang biasanya penurut itu kini mendadak jadi keras kepala hanya karena sebuah ponsel murahan? Bahkan mendengar alasan Septa bersikeras menunggu hingga ponsel selesai diperbaiki pun tetap tak bisa membuat Septian paham.

Cowok itu bangkit dan menyambar jaket denim kesayangannya. “Oke, aku cari dia sekarang,” tuturnya kemudian.

Tanpa menunggu jawaban lain, Septian beranjak menuju garasi dan mengeluarkan motornya. Menyalakan mesin kemudian mengendarai sang kuda besi dengan kecepatan sedang. Yah, dia masih cukup waras untuk tidak ugal-ugalan di jalanan yang cukup padat dengan kendaraan berlalu-lalang itu.

🍃🍃🍃

Maap, lupa kalo cerita pendek ini belum kelar, hehe.

Salam

Vha
(02-02-2023)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top