SIAPA bilang, mati satu tumbuh seribu? Siapa pula yang mengatakan biar layu nanti mekar yang baru? Bohong!

Semua itu hanya terasa seperti omong kosong. Tak ada satupun yang dapat dipercaya di dunia, bahkan sekadar sebuah peribahasa.

Seorang gadis muda telah kehilangan rasa percaya, lantaran seseorang telah menghancurkannya semudah membalikkan telapak tangan. Rasa perih, nyeri, dan pedih, masih membekas seolah habis ditampar. Padahal, semua itu ia rasakan hanya karena beberapa baris kata yang terlontar di bawah derasnya hujan, dan diiringi kilat-kilat yang menggelegar.

"I love you! I do! But ... we're brother and sister, Bi."

Seketika ia sadar, prianya telah berniat mengakhiri segala kegilaan di antara mereka. Lantas, ia sempat bertanya pada langit yang menangis, tak bolehkah ia hidup sebagaimana imajinasinya? Kalau memang tak boleh, maka tak bisakah tak usah ada beban moral di dunia nyata?

Lantaran, ia telah membenci fakta bahwa dunia seolah membuatnya larut dalam halusinasi. Ia dibuat seperti satu-satunya orang yang gila di sini. Hanya karena satu perkara, ia mencintai sang kakak tiri.

Salahkah? Toh, tak ada hubungan darah.

Ia selalu berpikir begitu, ia selalu mencari celah harapan untuk meraih kebahagiaan, tapi ia lupa bahwa sebuah keluarga pun punya aturan.

Lantas, kala masanya tiba, malam itu-di bawah derasnya hujan dan langit yang bergemuruh-hati gadis itu dibuat mati oleh pria yang ia cinta. Sang pria telah menutup segala celah kebahagiaan imajiner dari gadis yang pernah ia jaga sepenuh jiwa raga. Hanya demi mematuhi sebuah aturan keluarga, yang menyebutkan bahwa antara adik dan kakak tak boleh saling jatuh cinta.

Maka nyaris setiap malam, dalam keheningan, gadis itu menangis tersedu. Ia tak yakin cinta akan tumbuh lagi seribu yang baru, atau kembali mekar dan tak lagi layu. Karena sungguh hatinya hanya ada satu-dan sudah sepenuhnya, dengan seutuhnya, ia berikan hanya kepada satu pria sepanjang hidupnya.

Namun jika tak direstui semesta, kita bisa apa?

Haruskah ia membuka hati untuk seseorang yang baru?

If I Ever Fall in Love Again
©Xadara Goe, July 2022