4 | what a great offer
"KAK BIGEEEELLL!!!"
Elio berteriak histeris kala Bigel sedang repot-repotnya membereskan kasir, lantaran jam sudah menunjukkan pukul delapan dan Fleur Teapot sudah waktunya untuk tutup.
"Kak Bigel! Kak Bigel! Kak Bigeeeeel!" Elio terus mengoceh, memanggil nama seniornya sembari berlari menghampiri.
"Kak Bigel!"
"Apa sih?" balas Bigel yang akhirnya melirik ke arah Elio yang sudah berdiri di depan meja kasirnya seperti seorang pelanggan.
"Lihat ini! Kak Ales, kakak tingkatku open slot boyfriend rent!" ujar Elio seraya menunjukkan layar ponselnya.
Alih-alih Bigel yang semangat karena akhirnya mendapat boyfriend rent yang sedang available, justru Alin yang langsung buru-buru menghampiri Elio. Padahal, ia sebelumnya sedang sibuk dengan buket terakhir untuk pengiriman besok.
"Mana mana?!" tanya Alin, yang kemudian menarik paksa tangan Elio untuk melihat layar ponselnya.
"Awh! Ce Alin biasa aja dong!" balas Elio, "nih pegang aja hapeku sekalian!"
Tentu Alin menerima tawarannya dengan senang hati. Ia yang berdiri di samping Elio pun langsung membaca dan menggulir balasan-balasan cuitan di akun bernama Ales itu.
"Eh, sumpah ini yang reply banyak banget? Dia nyewain diri buat orang sebanyak ini, El?"
"Ih, bukan gitu Ce Alin. Itu nanti dia pilih-pilih, paling cuma dua atau tiga orang yang dia ambil. Aku belum tau sih batch ini dia buka buat berapa orang. Tapi emang biasanya sedikit, soalnya Kak Ales tuh BF rent most wanted! Dia kakak tingkat aku di kampus, emang ganteng sih orangnya!"
Bigel yang mendengarnya hanya mengangguk-angguk tipis sembari mematikan mesin POS kasir, dan mengeluarkan semua uang dari drawer. Sejujurnya, ia tak begitu tertarik. Kalau bukan karena Alin yang ikut-ikutan merekomendasikannya untuk menggunakan jasa boyfriend rent, mungkin tawaran Elio sudah Bigel tolak mentah-mentah sejak awal.
"Lho? Begitukah? Kalau gitu coba kamu DM, El. Biar Bigel kebagian!" ujar Alin.
Sementara, orang yang memiliki keperluan menyewa pacar itu malah sibuk menghitung uang tunai di tangannya. Jangan sampai selisih, atau dia akan rugi karena harus mengganti. Bigel sangat teliti untuk urusan uang toko ayahnya.
"Bentar dulu Ce Alin ... ini Kak Bigelnya dulu mau atau enggak?" tanya Elio.
"Gel, lo mau enggak? Ini sama kakak tingkatnya Elio. Lebih enak kayaknya kalau ada yang udah kenal gini, jadi lo nanti enggak bener-bener sama stranger banget. Gimana?" tanya Alin.
Bigel yang mulutnya sibuk komat kamit menghitung uang, hanya mengangguk-anggukkan kepala seolah setuju dengan usulan mereka berdua.
"Nah, oke. DM El!" titah Alin yang langsung dikerjakan oleh Elio detik itu juga.
"Done! Tinggal tunggu balasan Kak Ales ya! Semoga Kak Bigel beruntung!"
Kala mendengarnya, Bigel hanya memberi anggukan kepala karena uang yang ia hitung masih belum habis juga. Sementara Alin, ia meneriakkan amin sekencang mungkin. Seolah ia benar-benar berharap bahwa Bigel akan menemukan penyembuhnya dari Bara. Padahal, yang mereka lakukan hanya sekadar transaksi sewa menyewa.
Satu jam pun berlalu. Elio yang baru saja selesai menyapu dan mengepel lantai, mengecek ponselnya sembari bersandar di kursi pelanggan. Ia berdecak kesal kala Twitter-nya belum memberikan notifikasi apa-apa.
"Kak Bigel! Kak Ales enggak balas DM aku nih, gimana dong?"
Bigel yang baru keluar dari ruang belakang, sudah melepas apron dan segala atribut Fleur Teapot, lantas menghampiri Elio yang duduk di area kafe teh mereka.
"Coba sini gue lihat," sahut Bigel.
"Apanya?"
"Orangnya lah."
"Oh! Oke-oke. Ini," sahut Elio yang kemudian memberikan ponselnya.
Bigel mengamati fitur wajah dari pria yang sejak tadi disebut-sebut namanya oleh Elio. Tak butuh sampai satu menit untuk Bigel mengetahui bahwa jelas pria itu diincar banyak wanita. Wajar saja jika Alin sejak tadi terus-terusan mendesak Bigel, dengan berkata bahwa pria itu tampan dan banyak penggemarnya.
Kata Alin, Bigel akan menyesal jika tak menjadikan Ales sebagai gandengan untuk ke acara lamaran.
"Ganteng," ucapnya.
"See?!" Elio senang bukan main, "pilihan aku emang enggak salah, kan?!"
Alin yang juga baru saja selesai dengan laporan penjualan hari ini, keluar dari ruang belakang dan menghampiri dua pegawainya yang sedang ramai.
"Ce Alin! Kata Kak Bigel, Kak Ales ganteng lho!" Elio mengatakannya dengan lirikan penuh goda kepada Bigel.
Bigel lantas berdecih, "Bukan berarti gue suka, 'kan?"
Alin pun terkekeh mendengarnya. "Yah seenggaknya, sesuai selera lah, Gel. Jadi, meski nanti cuma pacar bohongan, enggak beban banget lah," timpal Alin.
"Benar!" sahut Elio, "tapi ini gimana nih Kak Ales belum balas-balas juga."
"Tawar dua kali lipat," balas Alin, "kalau Bigel enggak ada budged-nya, biar gue yang tambahin, El."
Elio terbelalak, "SERIUS?!"
"Cih? Enggak usah, Ce. Simpan aja, katanya lo lagi nabung buat DP rumah," balas Bigel.
"Iya benar tuh. Ce Alin sayang uangnya kalau buat nambahin BF rent."
"Indeed. Cari BF rent yang lain, El."
Meski ucapan Bigel benar soal uang Alin yang sayang jika dihamburkan dengan membayar dua kali lipat, Elio sedikit tak setuju kalau Bigel ingin mencari penyedia jasa boyfriend rent yang lain.
"Ih? Enggak mau nunggu Kak Ales balas aja? Kalau sama yang lain, nanti canggung banget lho Kak? Kalau sama Kak Ales 'kan aku udah kenal, jadi bisa aku jembatani gitu lho."
"Nah! Itu maksud gue," sahut Alin, "makanya Elio tawar dua kali lipat coba. Biar dia avail buat Bigel. Masalah harga gampang lah, bisa kok gue nambahin ratusan ribu mah. Enggak ganggu tabungan gue sama sekali kok."
Bigel yang saat ini sedang disetir oleh dua rekan kerjanya, lantas hanya bisa diam dan mendengarkan saja. Toh, ia juga tak tahu apa-apa soal boyfriend rent. Hanya Elio yang paham di sini, dan mungkin Alin juga sedikit mengerti.
"Jadi gimana? Kak Bigel mau offer dua kali lipat ke dia?" tanya Elio.
"Kalau emang kalian bersikeras buat gue sama Ales ya ... mau gimana lagi?"
"Oke! Aku offer dua kali lipat ya!"
Setelah mendapat anggukan kepala dari Bigel, Elio langsung mengirim DM kepada Ales. Tiga menit, tak kunjung mendapat jawaban. Padahal, penawarannya sudah cukup menarik menurut Elio sendiri.
"Kak, DM-nya masih enggak dibalas juga ih! Gimana?"
"Coba kamu quote tweet aja," ujar Alin, "biar dia notice lebih gampang. Siapa tau dia kebanyakan DM, El."
"Oh iya, oke!"
Sesuai perintah sang manajer, Elio pun mengutip cuitan Ales yang menyebut open slot boyfriend rent, dan tak lupa menyertakan penawarannya untuk membayar dua kali lipat.
"Done!" serunya kala cuitan itu sudah berhasil terkirim.
Alin pun mengangguk bangga, "Good boy!"
"Tapi, kalau setelah ini masih belum dibalas juga, gimana dong?" tanya Elio.
"Ya cari yang lain," sahut Bigel dengan santainya.
"Ih? Emang enggak mau ditungguin aja?"
"Lo mau nunggu terus? Mending gue enggak usah datang ke acara lamaran sialan itu."
Lantas, Bigel yang barusan menjawab dengan ketus membuat Elio dan Alin saling bertukar pandangan. Keduanya tahu, Bigel pasti sebenarnya enggan datang ke undangan itu. Siapa yang tak sedih ketika harus menghadiri undangan dari mantan kekasih?
"Kak Bigel ... jangan gitu ah! Justru kita tuh harus pamer sama mantan kalau kita juga bisa bahagia sama orang lain! Makanya Kak Bigel harus datang ya! Pokoknya, tunggu aja. Aku bakal hubungi Kak Ales terus."
Alin hanya bergeming di tempat, dan memperhatikan setiap raut wajah Bigel. Sedikit terbesit iba dalam hatinya, lantaran hanya Alin yang tahu bahwa keadaan memaksa Bigel untuk tetap datang. Ada atau tak ada pasangan.
"Terserah. Gue pulang duluan," sahut Bigel yang kemudian langsung bangkit dari tempat duduknya.
"Mau aku pesanin taksi, Kak? Udah malam, Kak Bigel enggak bawa mobil juga 'kan?"
"Enggak."
"Bigel ...," Alin pun kini buka suara, dan membuat Bigel menoleh padanya. "Jalan kaki lagi? Enggak aman, Gel. Ini udah malam, takut kenapa-kenapa."
"Gapapa, gue jalan kaki aja. Makasih udah khawatir."
•
♡
•
to be continue ...
♡ Xadara Goe
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top