18 | strawberry ice cream
ALES sedikit merasa bersalah, karena dalam keadaan Bigel yang sedih, ia tak bisa membantu apa-apa. Sekadar menggantikan Bigel menyetir pun ia tidak bisa, tak tega rasanya melihat Bigel berkendara dengan tatapan kosong, dan isi kepala yang sedang dipenuhi banyak pikiran.
Ales tahu, gadis itu tengah mencurigai salah seorang teman yang—katanya—telah membohonginya. Pun Ales mengerti, pasti hal itu sangat mengganggu. Namun, Bigel menghadapinya dengan banyak berdiam, larut dalam keheningan, tanpa ada sedikit pun suara yang terdengar. Masalahnya, Ales bisa-bisa frustrasi kalau sunyi begini. Ia tak suka hening yang hanya akan menciptakan kecanggungan sepanjang perjalanan.
Ia lantas memutuskan untuk kembali membuka perbincangan.
"Bos Bi, Bos Bi mau tetap jalan ke taman atau pulang?"
Bigel diam, fokus menyetir mobil yang tak Ales ketahui akan ke mana arahnya.
"Emm, kalau Bos Bi lagi enggak mood, jangan dipaksa, Bos. Kita masih bisa pacaran besok-besok kok! Masih ada ...," Ales menghitung dengan jarinya, "enam hari lagi!"
Tanpa diduga, Bigel tiba-tiba mendenguskan tawa, membuat Ales seketika sumringah melihatnya. Ada aura kebahagiaan yang jelas terpancar dari wajah Ales begitu mendengar suara Bigel.
"Enam hari lagi," Bigel mengulang kalimat Ales, "gue hampir lupa kita punya kontrak kerja."
Ales terkekeh kecil, "Jadi, kita hari ini pacaran enggak, Bos? Pacaran aja yuk, biar enggak usah pikirin dia yang bohongin Bos Bi, setuju?"
Bigel tersenyum tipis sembari menyetir mobil, sekelebat hatinya mengatakan, mungkin memang sudah takdirnya untuk bertemu dengan Ales ketika ia harus menghadapi segala sandiwara dunia ini. Seperti sudah takdirnya untuk bertemu dengan pria tanpa kebohongan dalam diri, dan tampak jujur kepada siapa pun yang ia temui. Orang sejujur Ales, yang kadang memang membuat tensi tinggi, tapi tak begitu mampu untuk Bigel benci.
"Bos Bi, jawab dong! Mau pacaran enggak hari ini?"
"Iya, mau."
"SERIUS?"
"Iya, Ales."
"Asik! Pacaran sambil makan es krim stoberi ya, Bos! Boleh, enggak?"
Bigel tertawa kecil mendengarnya, "Boleh. Jadi, kita mau pacaran di mana?"
"Yes! Mau ke Tebet Eco Park? Atau ke Hutan Kota GBK? Atau ke—"
"Les," Bigel memotongnya.
"Iya, Bos Bi?"
"Pilih aja tempatnya, dan langsung buka maps, ya. Di mana pun itu, gue ikut aja."
"Oke! Wait, Bos!"
Meski suasana hati Bigel tak bisa dikatakan sangat baik hari itu, ia tetap melaksanakan agenda kencan tamannya bersama Ales. Ia tak ingin mengacaukan rencana, hanya karena pikirannya yang sedang melalang buana. Segala hal yang sudah ditetapkan, harus berjalan sesuai dengan harapan. Tak boleh melenceng, apa pun keadaannya. Kurang lebih, begitulah prinsip seorang Abigail Ananta. Segala hal harus berjalan sesuai dengan rencana.
Namun sepertinya, ia baru menyadari bahwa kencan taman tak begitu cocok untuk dirinya sendiri.
Begitu sampai di Hutan Kota GBK tempat pilihan Ales untuk menghabiskan sore bersama, Bigel mulai tak betah di menit kesepuluh mereka duduk sembari menggenggam es krim stroberi yang sudah sempat mereka beli di perjalanan. Taman tidaklah cocok untuknya yang lebih menyukai keheningan. Di sini terlalu banyak pengunjung, ramai, dan terdengar sorak sorai kebahagiaan keluarga-keluarga kecil yang berlarian. Ia tak nyaman dengan hal seperti ini, jauh berbeda dengan Ales yang justru sangat menikmati es krim stroberinya, sembari sesekali tertawa melihat anak-anak yang bercengkerama dengan keluarga.
Pemandangan seperti ini sekilas membuat Bigel sadar, bahwa beberapa tahun ke depan mungkin Bara akan melakukan hal yang sama dengan anak dan istrinya.
Oh sungguh, Bigel tak ingin mengacaukan suasana hati Ales yang kelihatannya begitu bahagia dengan momen ini, tapi ia benar-benar tak bisa menahannya lebih lama lagi. Segala hal yang mengingatkannya pada Bara, cukup mampu menyesakkan dada.
"Les," Bigel membuat Ales menoleh ke arahnya, "mau pulang, enggak?"
"Eh? Kenapa, Bos Bi?" tanya Ales, yang raut wajahnya seketika berubah khawatir. "Bos Bi hilang mood? Mau pulang aja?"
"Sorry banget, tapi gue enggak begitu nyaman sama keramaian kayak gini, Les."
"Hey, no need to say sorry. Ayo pulang, kalau Bos Bi mau pulang. Gue yang harusnya minta maaf, hehe. Maaf ya, Bos, pacarnya salah tempat kencan!"
Bigel menanggapinya dengan seulas senyum yang ia paksakan, dalam harap Ales tak sadar bahwa Bigel sedikit tertekan karena atmosfer di taman.
"Maaf, ya, Les."
Ales menggeleng, "Enggak ada yang perlu dimaafin, Bos Bi. Bos Bi enggak salah apa-apa, lho."
"Kalau gitu ... thanks?"
Ales tersenyum, lalu bangkit dan mengulurkan tangannya pada sang kekasih, "Ayo pulang, Bos!"
Tanpa keraguan, Bigel menyambut uluran tangan yang membantunya untuk bangkit dari bangku taman. Tangan yang langsung ia lepaskan begitu ia sudah berdiri tegak di samping pemiliknya. Sekelebat muncul rasa kecewa dalam diri Ales yang ingin menggandeng Bigel sepanjang perjalanan menuju tempat mereka memarkir mobil. Namun, buru-buru ia kesampingkan perasaan itu, mengingat dirinya bukanlah siapa-siapa selain hanya sekadar kekasih palsu yang disewa dan dibayar tunai.
"Sorry ya, jadi gagal park date-nya," sesal Bigel ketika mereka sudah keluar dari taman dan berjalan menuju area parkir.
"Hehe, enggak, lah! Yang penting tetap dapat es krim stroberi! Makasih ya, Bos!"
Melihat Ales yang selalu tersenyum apa pun dan bagaimana pun keadaannya, Bigel cukup terkesima dengan kepribadian kekasihnya. Ia tak bisa melakukan hal yang sama seperti Ales, ia tak memiliki begitu banyak topeng untuk dikenakan di hadapan orang. Ekspresinya tak bisa dikendalikan, wajahnya kerap kali terlalu jujur, sejujur isi hatinya.
"Bahagia lo simple ya, Les."
"Huh?"
"Dapat es krim stroberi aja lo kayaknya senang banget, padahal pacaran di tamannya gagal."
Ales terkekeh mendengarnya, "Bos Bi ... kalau memang definisi bahagia itu berhasil mendapatkan hal yang kita inginkan, gue jelas bahagia dong! Kan gue dapat es krim stroberinya!"
"Oh, jadi sebenarnya enggak menginginkan pacaran sama gue, ya?"
"Eh?" Ales mengerjap, "b-bukan gitu! Kan tadi pacaran juga sama Bos Bi! Ini juga pacaran! Besok juga pacaran! Gue justru udah bahagia duluan kalau soal pacaran, k-kan udah pacaran dari kemarin, Bos!"
Bigel pun tertawa mendengar Ales yang memberikan penjelasan dengan nada panik di dalamnya. "Ales ... Ales ...."
"K-Kenapa, Bos Bi?"
"Enggak apa-apa."
"Kenapa, ah?!"
"Enggak."
"Bos Bi, please!"
"Apa, Ales?"
"Kenapa tadi Ales, Ales, ih?"
"Dibilang enggak apa-apa."
"Ah, ya udahlah, kemusuhan aja sama Bos Bi!"
"Heh?! Kok gitu?"
"Lagian enggak mau ngasih tau kenapa tadi nyebut-nyebut nama gue kayak gitu."
Mendengarnya, membuat Bigel semakin tak bisa menahan diri untuk tak tertawa. Sedari tadi ia hanya tersenyum kala menjawab segala ocehan Ales, ia menyembunyikan tawanya. Hingga kini, tak bisa lagi ia bendung.
"Tuh 'kan, malah ketawa! Kenapa, Bos Bi?"
"Lo tuh lucu, Les."
Dahi Ales mengerut bingung, "Kok lucu?"
"Lucu aja, kayak anak kecil padahal udah gede."
"Oh ... gemesin, maksudnya?"
"Y-ya ...," Bigel tiba-tiba menggaruk kepala yang sebenarnya tak gatal, "ya begitulah."
"Haha! Jadi, gue gemesin nih, Bos?"
"Ah, entahlah! Udah ayo buruan jalannya, kita harus balik ke toko!" Bigel lantas mempercepat langkah, meninggalkan Ales yang berjalan dengan ritme santai. Ia malas menghadapi Ales yang mulai besar kepala hanya karena sepercik pujian.
"Asik! Gue gemesin ya, Bos?!"
Bigel tak mau menggubrisnya, ia justru semakin mempercepat langkah, menjauhi Ales yang sebentar lagi mungkin akan mengejarnya.
"Bos Bi! Tungguin!" teriak Ales, dan benar, ia segera mengejar Bigel.
"Bos Bi! Bos Bi jawab dulu, gue berarti gemesin 'kan, Bos?!"
Bigel mulai muak, ia kini cenderung berlari alih-alih berjalan dengan cepat. Mustahil ia bisa menghadapi kenarsisan Ales yang setinggi gedung-gedung di kota Jakarta.
"BOS BIIIII!!!"
Memang dasar Ales, tak bisa dipuji sedikit, sudah melayang hingga menembus awan. Pun tampaknya, ia tak akan kehabisan energi untuk membahas dirinya yang disebut menggemaskan. Yah, Ales juga tak mungkin bisa melupakan hal itu. Kapan lagi dipuji oleh gadis yang ia puja? Bagi Ales, ini adalah momen legendaris dalam hidupnya.
Disebut menggemaskan.
•
♡
•
to be continue ...
HAI!
Aku datang membawa sedikit momen Ales untuk kalian! By the way, aku mau minta maaf kalau jadwal update-nya berantakan huhu. Sebenarnya, aku mau buat jadwal, tapi belum nemu hari tepatnya kapan. Doain aja ya, semoga WIP ini lancar sampai endingnya!
Thank youuuuu!
Luv u all,
Xadara Goe
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top