S E P U L U H
Ada yang bilang, perjalanan hidup itu seperti saat kita sedang menikmati secangkir teh hangat. Sebenarnya, kita sendiri yang menenutukan rasa manis atas kadar gulanya, kita juga yang bisa menentukan rasa pahit dan pekat teh nya. Sebagaimana cara kita mencampurkan celupan teh ke cangkir. Jika terlalu lama akan terlihat pekat, jika sekilas akan hambar tanpa kenikmatan. Pastinya, pilihan hidup, kita sendiri yang menentukan.
"Serius mau buat tato gambar ini?" Fara masih tak habis pikir dengan pilihan gambar Sultan untuk tato kenangan mereka berdua. Bunga atau karakter kartun masih bisa diterima nalar. Lagi-lagi Fara hanya bisa geleng kepala, pria yang baru dikenalnya ini memang aneh.
"Lo cangkir teh, gue kantong teh celupnya." Sultan memberikan petunjuk. "Bro, gambar teh celup gue di lengan kiri. Kalau dia cangkirnya, di lengan sebelah kanan."
"Beres, Bos. Gue siapin dulu alat-alatnya. Santai, aja!" Sultan mengangguk dengan senyum ramah, lalu kembali menatap Fara yang masih sibuk bertanya dalam hati maksud membuat tato kenangan 'teh celup'.
"Filosopinya teh hangat itu penghilang stres yang tak bersuara."
"Hah?" ucap Fara tak mengerti.
"Udah anak kecil diam aja. Yang pasti, lo harus selalu punya tujuan hidup. Jangan terlalu larut sama derita, tapi yakin kalau lo bisa buat cerita bahagia untuk hidup lo." Fara menggaruk kepalanya yang tak gatal. Masih belum bisa dia rangkai makna teh celup yang dijelaskan Sultan.
"Masih nggak paham," jujur Fara kembali menatap gambar sederhana teh celup.
"Apa pun keputusan lo, semua balik lagi sama hati lo. Kayak kita minum teh, rasanya seperti apa, tergantung kita meraciknya, kan?"
"Kalau yang racik bukan kita? Tetap aja rasanya beda. Bisa kemanisan, bisa juga pahit kalau dikasih teh celup terlalu lama. " Fara tak setuju dengan cara pandang Sultan. Tidak semudah itu menjalani hidup.
"Ya namanya juga hidup, kadang ada manisnya, ada juga pahitnya." Sultan juga tetap pada pendiriannya memaknai arti teh celup.
"Kenapa aku jadi cangkir?"
"Karena lo sumber kehangatan, dan gue yang kan mewarnai hidup lo dengan indah kalau saja lo mau gue celup." Sejenak Fara diam mencerna penjelasan sinting Sultan, dan saat menoleh ke arah Sultan lagi, ternyata pria itu sedang terkikik geli memperhatikan wajah polos Fara yang akhirnya sadar. "Dasar mesum, pria durjana." Fara menepuk pundak Sultan dengan map aneka pilihan gambar tato.
"Ya, habisnya, belum mau dicelup." Sultan senang menggoda Fara, tak akan rugi mengabadikan kenangan dengan cara ini. Selamanya tak terlupakan.
"Bawel."
"Semoga lo bahagia setelah ini. Impian tercapai, jadi orang berguna dan dapat cinta dari orang terkasih. Biar lo gak berasa sendiri." Fara sampai memicingkan pandangan. Aneh saja mendengar Sultan memberikan dukungan untuk kelangsungan hidupnya.
"Saya gak mau mikirin terlalu jauh. Cinta? Kadang juga cinta tidak bisa menyelesaikan suatu masalah. So, cari pasangan bukan prioritas saya." Fara memang tak memedulikan urusan hati dan kekasih hati.
"Terserah lo, Norak."
"Oke, Bos. Siap-siap kisah teh celup akan gue ukir di tangan lo berdua." Baik Fara dan Sultan duduk tegak menunggu pengalaman baru yang sebentar lagi akan terukir unik di bagian tubuh masing-masing. Tanda bahwa mereka pernah melalui kisah bersama dalam hitungan beberapa puluh menit saja.
"Yang kita lakuin sekarang harus lo ingat! Bahwa ini tidak untuk disesali," bisik Sultan rendah ke telinga Fara, lalu dengan yakin tangan Sultan pelan merambat satu tangan Fara untuk dia genggam. "Kenangan kita berdua."
°8 Maret 2022°
MounaLizza
***
Aku ragu masih ada yang tunggu cerita ini... Huhuhuhuhu
Mungkin nantinya kalo ada yang suka, cerita ini akan menguras air mata. Mungkin... Tapi klo peminatnya sedikit. Yaa menyerah hahahah
Selamat bulan Maret warga orange..
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top