E N A M
Kadang melepaskan segala rasa takut bisa jadi titik awal kita menemukan keberanian. Pasrahkan saja semuanya. Tidak mudah, tapi itulah prosesnya. Andai kalimat seperti itu bisa mudah terlaksana. Nyatanya sulit dan butuh mental baja menghalau hantaman kekecewaan.
Seperti Fara yang sedang merenung sambil menatap cerahnya sinar matahari di pagi hari. Merenung, perihal rasa takut yang tak bisa dia bendung sejak semalam. Saat ini Fara duduk sendiri di samping kolam renang dengan perasaan campur aduk. Bersalah, takut, gugup dan tak enak hati pada pria yang sejak kemarin mengajaknya pergi. Mau mundur, tidak mungkin. Mau melangkah lebih dulu, dia tak tahu memulai darimana. Dia masih amatir. Pada akhirnya dia hanya menunggu waktu apa yang akan terjadi dengan statusnya kelak, masih tersegel atau segera lepas.
"Hmmm.. Mudah-mudahan satu minggu ini cepat berlalu." Fara memilih memainkan riak air di sekitarnya. Cuaca dingin di pagi cukup membuat hatinya sejuk.
Fara memang sudah bangun sejak satu jam yang lalu, setelah membersihkan diri sekadarnya, Fara memilih keluar kamar. Sejak terakhir Sultan keluar kamar dini hari, dia tidak bertemu lagi. Sepertinya Sultan memilih tidur di luar kamar. Kasihan juga, Fara melihat Sultan mandi dini hari dan setelah itu keluar kamar tanpa menyapa Fara lagi, mengomel pun tidak.
"Ah, nanti saja lah dipikirkan. Serap sinar matahari dulu." Fara memejamkan mata menikmati terpaan sinar matahari. Asupan vitamin d alami yang bisa membantu perbaikan kondisi tulang dirinya. Sesekali Fara melirik arah pintu penghubung ruang tengah. Penasaran apa Sultan sudah bangun atau masih nyenyak di alam mimpi.
"Eh, itu dia." Baru saja dipikirkan, ternyata Sultan sedang berjalan gontai mendekatinya. Tak lupa ekspresi cemberut, rambut acak-acakan, wajah masih kusam khas bangun tidur. Dan pastinya tatapan tidak ingin diganggu sudah bisa dibaca Fara di wajah Sultan.
Sultan ikut turun duduk di sebelah Fara. Ikut menikmati terpaan sinar matahari dan sebagian kakinya tergenang air. Mungkin juga celananya ikut basah.
Tatapan mata Sultan lurus ke depan, sesekali masih menguap pertanda kantuk belum hilang sempurna. Benar-benar proses bangun tidur yang memakan waktu.
Menghindari pertengkaran, Fara memilih memainkan lagi gemericik air dengan tangannya. Kakinya memang sudah basah, begitu pun pakaian bagian bawahnya, tak masalah, dia juga belum mandi, hanya sikat gigi dan cuci muka saja.
"Berisik! Gue nggak mau denger suara air gitu." Fara mendengus kesal. Padahal bukan suara berisik mesin besar pabrik. Kalau nggak mau dengar suara air, kenapa ikut duduk di tepi kolam renang. Duduk saja di kursi sebelah sana. Sayangnya, isi hati Fara tak bisa dia ungkapkan. Tidak mau bermasalah lagi. Ini masih pagi, dan merusak suasana bukan sifat dirinya. Cukup pria aneh di sebelahnya saja yang hobi merecoki suasana damai.
Lama-lama diam seperti ini membuat Fara ikut mengantuk. Tanpa sadar Fara menguap pelan, bersuara kecil, sih. Alami.
"Diem!" Fara sampai tutup mulut karena aksi barusan di luar kendalinya terdengar juga oleh Sultan. Rasanya mau menyeburkan Sultan ke kolam renang, biar kesadarannya cepat terkumpul. Kalau sedang dalam mode kayak gini, sikap Sultan sepuluh kali lipat nyebelinnya.
"Peraturan yang harus lo ingat saat gue baru bangun tidur. Pasal satu, jangan berisik. Jangan, bertanya, jangan menjawab, dan jangan mengeluarkan atau meniru suara dalam bentuk apapun. Kedua, pahami dengan teliti pasal nomor satu. Tiga, harus selalu diingat pasal satu dan dua dengan benar." Rasanya Fara mau menenggelamkan kepala Sultan, menekan hingga sulit bernapas di dalam. Atau sekalian dia lempar saja Sultan ke kolam renang? Biar dinginnya air mampu membuka jalan pikiran Sultan, biar lebih normal, tidak egois.
"Gue tau niat lo lagi jahat mau ceburin gue, kan?" Sultan kembali berdiri dan pergi meninggalkan dirinya begitu saja. Jangan bilang pria durjana itu merajuk?
"Aneh," sungut Fara sebal. Mungkin Sultan saat tidur bermimpi buruk.
"Tunggu di sini! Jangan kemana-mana. Awas kalau kabur ." Sultan beteriak dari dalam. Siapa yang mau kabur? Ongkos aja tidak punya. Sejak tadi juga dia aman di sini. "Dasar orang aneh."
Fara memainkan air kolam dengan kesal. Menimbulkan suara dan percikan ke sana kemari. Wajah dan tubuh bagian depannya ikut terkena air. Fara tak peduli. Ini luapan kekesalan, lebih baik dilampiaskan. Kalau masih marah mendengar suara, lebih baik Sultan pakai alat penyumpal telinga. Biar tuli sekalian.
"Apa nyebur aja, ya? Tapi gak bisa berenang," usul Fara pada diri sendiri, lelah juga main air dengan cara begini. Baru lima menit saja sudah membuat tangannya pegal, deru napasnya juga jadi tak beraturan. Belum sempat Fara mengatur napas, tiba-tiba tubuhnya sudah terdorong ke depan.
Byurr..
"Eh.." Farah sudah masuk ke dalam kolam renang karena dorongan tangan di punggung belakang. Sultan yang melakukan aksi itu, dan ikut turun ke kolam renang dengan tawa kemenangan. Fara yang takut tenggelam, spontan memeluk erat Sultan.
"Gak dalam, berdiri aja masih bisa. Norak banget sih lo." Fara ingin melepaskan diri dari Sultan, malu juga main peluk. Namanya juga sedang terkejut, didorong tiba-tiba.
"Berdiri!" titah Sultan. Fara menurut, dan memang benar dia mampu berdiri. Tahu seperti ini, Fara turun saja biar rasa hangat di dalam air bisa menenangkan hatinya.
"Kenapa diam? Gak tau cara berenang?" Fara tak menjawab ledekan Sultan. Sepertinya jiwa pria bawel sudah kembali datang. Wajah Sultan juga sudah terlihat enak dipandang. Tatanan rambut yang tadi acak-acakan sudah tertata rapi dengan sentuhan basah yang terlihat segar, wajah lecaknya juga mulai rapi tanpa cela. Apalagi saat ini Sultan mendekatkan tubuhnya ke arah dirinya. Wangi harum parfum dan kesegaran mulutnya bisa Fara rasakan. Terus lagi, ekspresi langka yang baru Fara lihat, Sultan tersenyum manis menatapnya.
"Sini.." Sultan segera menarik pinggang Fara, merapat ke tubuhnya.
Jangan-jangan Sultan mau modus.
"Masih pagi," cicit Fara seolah ingin menyadarkan aksi Sultan yang masih tak bisa dia ketahui sampai fase apa akan dilanjutkan.
"Siapa bilang malam? Tuh, gak liat matahari bersinar. Otak lo aneh. Percuma kena sinar matahari pagi kalau manfaatnya gak kepake di sini." Sultan menoel kening Fara pelan. Membuat si pemilik kening semakin memasang wajah cemberut.
Ekspresi yang membuat Sultan tak tahan untuk mencoba peruntungan menyentuh kelembutan bibir milik Fara. Lalu dengan keberanian efek asupan vitamin d alami, Sultan kembali menempelkan bibirnya di bibir cemberut Fara.
Saat sudah menempel, Sultan dengan sadar menahan dua tangan Fara yang ingin memberontak dengan satu tangan, lalu menahan kepala bagian belakang Fara agar kecupan ini tak terlepas. Bukan kecupan, tapi seperti menempel tanpa rasa yang berarti.
Mungkin semalam Sultan masih belum menguasai lawan teman bermesraannya, tapi kali ini dia mulai bisa menguasai medan. Apalagi dini hari tadi Sultan sudah belajar tata cara mencium yang benar di artikel di dunia maya. Dan dengan keberanian pemula, Sultan mulai melumat bibir lembut Fara. Biarlah dia bermain sendiri, Fara tidak membalas. Hanya suara decapan indah dari Sultan saja, mengisi ketegangan sekitar yang berubah lebih intim.
Sultan mundur sejenak. Menatap fokus wajah linglung Fara. "Lo gak niat muntah, kan? Gue udah sikat gigi." Penjelasan Sultan sangat polos dan jujur, Fara jadi ingin tertawa. Belum mendengar jawaban Fara, Sultan kembali melumat bibir manis itu. Mencoba meresapi rasanya pertautan dua bibir lain jenis.
"Tenang," ucap Sultan pelan. Berhenti sejenak lagi, lalu mengecup sekilas bibir Fara. "Tutup mata lo!" bisik Sultan lagi, dengan pasrah Fara menutup mata sesuai arahan Sultan. Menikmati perlakuan bibir yang sejak kemarin sebenarnya membuat dirinya kecewa jika sudah menyemburkan kicauan. Tapi saat ini beda, mendapatkan sentuhan intim seperti ini mampu membuat zat dopamine dalam tubuh terlepas. Hormon yang bisa dihasilkan otak ketika kamu sedang berbahagia. Bolehkah dia menikmati kegiatan ini? Tanya Fara dalam hati.
"Balas! Ikuti aja gerak bibir gue," ucap Sultan lagi. Lalu kembali menuntun bibir Fara belajar membalas gerakan bibirnya. Berkali-kali melepas tautan, menatap dalam, lalu mencoba mendekat lagi. Sebenarnya baik Fara dan Sultan masih canggung saat dua bibir saling bergerak, tetapi keduanya tak saling protes dan menyerah. Buktinya setelah berkali-kali maju mundur karena tak nyaman dengan posisi melumat, mereka kembali mencoba.
Sesekali saling mengatur napas. "Ayo, coba lagi!" Sultan sepertinya mampu menjadi guru dadakan cara belajar berciuman dengan benar.
"Kalau ragu, coba tutup mata!" Fara mengangguk patuh, mencoba metutup matanya.
"Lupain kecanggungan yang lo rasain. Anggap ini kegiatan menyenangkan. Anggap ini sebagai obat menghilangkan segala kekacauan hidup. Anggap ini bonus buat kita yang kesepian. Anggap kita bisa lalui rasa terbuang ini tanpa bantuan orang lain." Arahan Sultan kali ini sepertinya mampu menyihir Fara untuk santai melewati kegiatan intim ini dengan perlahan. Apalagi Sultan membawa kedua tangan Fara untuk berada di pundak dirinya, sementara tangan Sultan mengusap lembut di punggung belakang Fara, seolah memberikan rasa nyaman, mungkin juga rasa aman.
Benarkah yang Sultan bilang, jika cara ini mampu membuat rasa kesepian dan kekacauan di hidupnya sirna? Nyatanya, dia terbuai dan sedikit melupakan hari esok. Ingin waktu berhenti sejenak seperti ini saja. Nyaman.
Nyaman sampai rasanya menyenangkan jika kegiatan ini bisa dilaksanakan kapan saja. Disaat hati gundah, atau bahagia sekalipun. Ini aktifitas mudah sebagai media merelaksasikan sistem syaraf di dalam tubuh. Apalagi efek sampingnya membuat fungsi kerja otak bahagia.
Lihat saja sekarang, baik Sultan dan Fara tak rela kegiatan mesra di bibir mereka lepas. Sudah tidak kaku, bahkan sangat akrab satu sama lain. Belum lagi aksi saling balas membalas lenguhan rasa puas. Sultan mengangkat kembali tubuh Fara duduk di tepian kolam. Hanya dirinya yang berdiri di dalam kolam renang. Sayang, karena perubahan posisi duduk, membuat suhu tubuh Fara mulai merasakan kedinginan. Itu berpengaruh pada suatu hal.
Krrkkk..
Suara isi perut Fara mendadak menyadarkan keduanya dari kegiatan yang membuat mereka malas melepas tautan.
Kkrukk ..
Sekali lagi suara berdemo dari perut Fara terdengar. Volume kecil, tapi mengganggu aktivitas mesra mereka. Sultan yang pertama melepaskan diri, menatap wajah Fara yang bingung, dengan kondisi bibir sedikit bengkak. Baru saja dia lahap menikmati kegiatan berciuman.
Krrrukk..
"Emang paling bisa ya lo rusak suasana."
"Ya, maaf. Namanya juga kedinginan, jadinya lapar."
***
08-04-21
Mounalizza
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top