Lampu
"Maaf, semuanya, kita harus jalan kaki kali ini! HONTOU NI SUMIMASEN!" Tsumugi membungkukkan tubuhnya minta maaf di depan 7 Idol yang menjadi tanggung jawabnya.
"E-eh, tidak apa-apa Manager. Musibah mana ada yang tau, kan?" Sogo berusaha menenangkan, soalnya Tsumugi daritadi mau nangis terus.
"Iya, tapi lain kali jangan diulangi dan periksa lagi keadaan kendaraan. Masih baik studio tempat photoshotnya tidak terlalu jauh dari dorm jadi kita bisa jalan kaki." Iori menambahkan.
"Hai', sekali lagi aku minta maaf."
"Mou, Iori sudahlah, jangan menyalahkannya terus!"
Iori menatap center mereka yang sekarang menggembungkan pipinya, sebuah kebiasaan ketika Ia sedang kesal. Iori menghela napas dan menggumamkan kalimat, "Kawaii hito da na".
Jadi, kilas balik bentar. IDOLiSH7 baru saja selesai untuk photoshot untuk sebuah majalah dan hari sudah malam ketika itu. Namun, mereka kurang beruntung kali ini. Tidak ada yang bisa menjemput mereka karena van yang biasa mereka pakai sedang di bengkel. Bus terakhir sudah lewat sekitar setengah jam yang lalu dan stasiun tidak bisa dikatakan dekat dari lokasi mereka.
"Kenapa kita tidak jalan saja? Lagipula dorm tidak terlalu jauh dari sini." Saran Mitsuki.
"Tapi...ini sudah mulai larut, lho." Balas Tamaki, sejak keluar dari studio dan mendapat kabar kalau tidak ada kendaraan yang bisa menjemput, dia belum melepaskan lengan baju Sogo.
"Ya...apalagi ada wanita di antara kita." Ujar Yamato sambil melirik Tsumugi yang masih pundung.
"Aku...tidak masalah dengan berjalan kaki. Lebih baik sekarang daripada menunggu malam semakin larut."
Semuanya setuju lalu berjalan ke luar dari halaman studio. Obrolan hangat masih menemani mereka selama perjalanan. Jalanan yang mereka lewati sudah mulai redup dari penerangan toko-toko atau bangunan di sekitarnya. Hanya tinggal lampu jalan dan beberapa lampu kecil yang di pasang di depan toko yang masih menyala.
"...!"
Dug
"Riku-kun, ada apa? Kenapa tiba-tiba berhenti?" Tanya Sogo.
"A-ah, tidak apa-apa, tadi kesandung sedikit, hehe." Balas Riku sambil menggaruk kepalanya walau tak gatal.
"Hati-hati, jalan sudah tidak terlalu terang." Tambah Iori.
"Iya...iya."
Iori membalasnya hanya dengan anggukan. Setelah itu Riku pindah ke bagian belakang rombongan mereka dan mengobrol dengan Nagi. Mereka melanjutkan perjalanan hingga sampai ke sebuah jalan yang sangat sepi. Di bagian kanan jalan ada sebuah lapangan luas, cukup luas untuk bermain bola ataupun kasti. Lalu, di sebelah kirinya rumah-rumah berjejeran rapi dengan pancaran redup dari lampu di dalam rumah. Dorm mereka ada di ujung jalan ini.
"Aku tidak ingat kalau jalananannya sesepi ini." Guman Sogo.
"Sou-chan, minna, bisa ganti jalan, nggak? Jalannya sepi sekali, lampu jalan aja cuma ada dua, jauhan pula." Rengek Tamaki yang mulai menarik lengan baju Sogoーlagi.
"Tama, udah deket kok dormnya, nanggung kalau pakai jalan lain. Udah kita lewatin aja, tenang kita lengkap di sini jadi tidak masalah, kan?" Sasuga, leader OwO
Mau tidak mau Tamaki menurut walau masih nggak mau ngelepasin Sogo. Mereka mulai melintasi jalanan itu. Seberani apapun, pastilah ada rasa tak enak di hati kalau lewat jalanan sepi dan redup seperti ini walau banyak orang.
"Kok tambah dingin, ya...?" Ujar Mitsuki sambil memeluk tubuhnya sendiri, jomblo soalnya.
"OWH, Mitsuki...apa kau butuh kehangatan dari pangeran satu ini?" Balas Nagi sambil merentangkan tangannya.
"Nggak, jauh-jauh sana."
"Dorm udah kelihatan dari sini." Celetuk Iori.
Entah kenapa, tiba-tiba hati dan pikiran mereka langsung jadi satu frekuensi, "Mereka harus sesegera mungkin sampai di dorm.". Tanpa sadar, masing-masing dari mereka mempercepat langkah.
"So-sou-chan, tidak akan ada apa-apa, kan?"
"Tenang Tamaki-kun, percaya saja kalau tidak bakal ada yang mengganggu."
Suasana hening merayapi IDOLiSH7. Tidak ada yang berani bicara ataupun bersuara. Jalan yang mereka lewati harusnya tidak lebih dari 500 m, tapi ada hal aneh yang membuat mereka merasa dorm yang sudah di depan mata terasa makin menjauh.
Pets!
"WAAA!"
Yang berteriak paling keras itu Tamaki. Lampu jalan di atas mereka seketika mati. Semua langsung merapatkan tubuh. Rasa takut mulai menjalar.
"Ma maa, mungkin karena sudah mulai larut lampunya dimatikan, haha." Yamato buka suara untuk mencairkan suasana.
Semuanya tahu, itu tidak mungkin. Kalaupun lampu jalannya dimatikan, seharusnya dimatikannya berurutan dari ujung bukan dari yang tengah. Atau sekalian saja langsung sekaligus dimatikan.
"Riku, are you okay?" Tanya Nagi. Sedari awal mulai melewati jalan ini, Riku memegangーmencengkramーtangan Nagi dengan cukup kuat.
"U-un, nggak papah. Cuma, suhunya sudah lumayan dingin." Jawab Riku.
Semuanya menatap khawatir Riku. Yah, mau bagaimana lagi? Sudah bukan rahasia lagi kalau penyakit Riku bisa kapan saja kambuh. Apalagi dengan perubahan suhu seperti ini.
Perjalanan pulang kembali mereka lanjutkan. Berusaha untuk melupakan kejadianーagakーmenyeramkan tadi. Tak lama, akhirnya mereka sampai juga di dorm. Tamaki yang paling pertama masuk dan langsung lari ke kamarnya. Sogo masih sempat meneriakinya untuk ganti baju dan bersih-bersih jika sudah mau tidur. Benar-benar mamanya Ainana.
Riku adalah yang paling terakhir masuk dan yang harus mengunci pintu. Tepat sebelum menutup pintu depan, mata ruby miliknya bertemu pandang dengan sepasang mata serupa miliknya tetapi lebih terang bagai api yang menyala.
Ya, hanya sepasang mata merah disertai gigi runcing yang terlihat pada seringainya. Tanpa wajah, dari kepala hingga kaki hanya berupa warna hitam. Kira-kira tingginya 3 m, entahlah, Riku tidak terlalu memerdulikannya. Yang jelas, dia sudah mengganggu teman-temannya tadi.
"Pergilah, dan tolong jangan ganggu lagi."
Riku menutup pintu itu dengan harapan makhluk itu tak akan kembali lagi. Tidak, Riku tidak takut dengannya. Yang Ia takutkan jika ada orang-orang yang terluka akibat diganggu olehnya.
Riku jarang bertemu dengan yang sejenis itu. Sedari awal keluar dari studio dia sudah mengikuti mereka dengan lompat ke atap bangunan satu ke bangunan lainnya. Lalu, dia juga berada di atas tiang lampu yang mati secara tiba-tiba tadi. Cukup mengganggu memang.
"Hah...semoga tidak ketemu yang seperti itu lagi." Ujar Riku pada dirinya lalu masuk ke kamarnya. Dia butuh istirahat yang lebih sepertinya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
A/N :
Yup, another self-experience wwwwww
Cerita kali ini sepertinya lebih pendek dibanding sebelumnya, karena tidak banyak yang harus dijelaskan. Intinya cuma mereka diikutin itu makhluk dan diganggu dikit😅.
Nggak serem, sih, cuma emang rada kesel klo diganggu. Bentuknya cuma kayak stickman wwwww
Enggak, aku bukan anak2 istimewa yang bisa ngeliat. Cuma "kadang-kadang"😅
Biasalah, klo kemah pasti ada aja kejadian kayak gitu. Yup, dan persis kejadiannya kayak anak2 ainana di cerita ini. (Dan aku ada di posisi Riku, kasian temenku yang jadi Nagi di sini asli merah tangannya//maafkan)
Aku nggak ada jadwal pasti buat lapak ini, jadi jangan terlalu berharap. Walaupun begitu aku tetap mengharap support jika ada yang mau ngasih TwT
bubye~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top