2

9.28 AM

Di suatu kamar, terdapat satu orang yang tengah melepas semua perlengkapan yang menutupi tubuhnya.

Ia melepas masker yang berlapis-lapis, sarung tangan berlapis-lapis, sepatu boot, hingga akhirnya APD yang menutupi pakaian yang sudah berbulan-bulan tidak ia ganti.

"...fyuh....sepertinya ini akan meninggalkan bekas..."

Dia juga melepas kain kepala yang menutupinya, dan memperlihatkan rambut merah yang terlihat acak-acakan.

"Jika aku mencurigai yang lain terpapar virus X-2, bagaimana denganku?" Riku bertanya pada dirinya sendiri.

"Bukankah aku juga ikut tur Asia bersama mereka??"

Riku membuang APD beserta perlengkapan lainnya ke tempat pembuangan khusus, dan mengambil yang baru.

"Orang penyakitan sepertiku seharusnya mudah terpapar virus ini...." Riku tersenyum sedih.

Ia baru saja selesai memasang perlengkapan APD yang baru setelah menyegarkan diri dan mengganti pakaian, lalu kemudian dia keluar dari ruangan itu.

Ruangan Steril
Selain Staff Rumah Sakit Darurat Jepang, Dilarang Masuk!

. . .

Riku berjalan ke ruangan dimana ia bekerja, dan dia melihat Haru yang sedang bersiap-siap.

"Ohayou, Nanase-kun. Bagaimana istirahatmu?"

Yang ditanya hanya memutar bola matanya, dan menatap Haru datar.

"Istirahat apanya? Aku tidak tidur selama beberapa hari ini, apalagi Yaotome-san selalu memanggilku karena dia lapar pada tengah malam. Dan lagi, Izumi-san yang tidak dapat tidur tanpa Usamimi miliknya"

Haru tertawa terbahak-bahak.

"Sepertinya hanya mereka berdua yang berani membuatmu repot" ucap Haru disela-sela tawanya.

"Selama hidupku, aku tidak pernah seperti ini. Dan aku masih tidak percaya, masih ada orang yang mengagumi Usamimi Friends meski usia mereka telah menginjak dewasa" Riku menggelengkan kepalanya.

Haru semakin tertawa dengan kencang, dan Riku semakin kesal mendengarnya.

"Lalu? Apa mereka berdua tahu jika sebenarnya kau adalah teman mereka? Mereka sempat bertanya padamu kan?" Tanya Haru.

"....Yaa, aku tidak akan memberitahu mereka. Setidaknya hingga aku bisa menemukan vaksin dan menyelamatkan semua manusia dari wabah mematikan ini"

"Baiklah~ lalu ada apa kesini dan basa-basi denganku? Pasti Nanase-kun menginginkan sesuatu"

Riku pun langsung tegang dan membeku.

'sial! Dia terlalu mengenalku!'

"Sebenarnya...."

. . .

Dorm IDOLISH7

Mobil ciri khas Rumah Sakit itu berhenti tepat di depan bangunan Dorm i7, dan keluarlah 2 orang berbalut pakaian serba tertutup dan ketat dari mobil tersebut.

Kemudian, mereka berdua masuk ke dalam setelah dipersilahkan masuk oleh orang yang menempati bangunan itu.

"Maaf atas kedatangan kami yang mendadak, berhubung semua yang ikut dalam Tur Asia kemarin ada disini, jadi kami memutuskan untuk mengetes ulang untuk memastikan kalian benar-benar negatif atau sebaliknya" jelas Haru.

"Dimohon kerjasama nya lagi"

Member i7 yang tersisa, Banri, Tsumugi, bahkan member Trigger yang kebetulan berada disana pun kembali melakukan tes untuk kedua kalinya.

Riku mengumpulkan sampel-sampel yang terkumpul, dan menyimpannya di sebuah kotak yang dingin dan aman.

"Apa sudah disimpan, Nanase-kun?" Tanya Haru.

Riku mengangguk, dan menatap mereka semua sebelum akhirnya mereka pamit.

Setelah mereka berdua pamit....

"Rasanya salah satu dokter itu familiar..." Ucap Ryuu.

"Itu benar, bahkan suaranya terdengar tidak asing" ucap Mitsuki.

"Dan dokter satunya bilang apa tadi...?" Heran Yamato.

Tenn menatap pintu masuk yang tepat didepannya. Ekspresinya penuh dengan rasa heran, bingung, dan khawatir.

"Nanase-kun...?"

. . .

Beberapa hari kemudian...

"Dokter Nanase! Apa menu hari ini?" Seru Gaku yang tengah berolahraga.

"Dokter! Apa anda membeli apa yang ku minta semalam?" Tanya Iori sambil berjemur.

Yang ditanya hanya menatap mereka berdua dengan tatapan 'Really?'.

Dia menghela napasnya dengan pelan.

"Pertama, panggil aku Nanase saja. Kedua, hari ini menunya adalah steak daging dengan salad sayur dan buah. Ketiga, ya Izumi-san aku sudah membelinya dan sudah menyimpannya di kamar rawatmu" jawab Riku.

"Bagaimana mungkin kami memanggil anda seperti itu? Anda kan Dokter kami" ucap Iori.

"Tidak perlu seformal itu padaku, itu terdengar aneh. Apalagi Izumi-san yang hanya setahun lebih muda dariku dan Yaotome-san yang lebih tua beberapa tahun dariku" Jelas Riku sambil merapihkan sarung tangannya.

"Eh...? Bohong...kan?"

Riku menatap mereka dengan polos.

"Apa? Tidak percaya?"

Saat Iori dan Gaku ingin berbicara sesuatu lagi, sebuah mobil travel dengan tulisan Ambulance melewati mereka dengan polisi di depan dan di belakang.

Hal itu membuat Riku bangkit dari duduknya, dan menyuruh Iori dan Gaku kembali berolahraga sebelum siang hari datang.

"Ano....Dok–maksudku Nanase-san! Apa yang terjadi?" Tanya Gaku yang penasaran.

Riku berbalik dan tersenyum miris dibalik masker yang ia pakai.

"Barusan itu adalah mobil ambulans yang membawa member i7 dan member Trigger yang tersisa, Iwaitoka-san mengabariku lewat Walkie-Talkie barusan"

Kedua orang itu terkejut.

"Mereka akan berada di lantai yang sama dengan kalian, bahkan bersebelahan dengan kamar kalian"

. . .

Kemarin...

"Nanase-kun, ini hasil pemeriksaan sampel 7 orang tersebut"

"Mereka...."

Riku menyimpan kertas itu di meja.

"Bagaimana dengan para manager?" Tanya Riku.

Haru menggelengkan kepalanya.

"Para manager negatif, pada awalnya kukira mereka bertujuh juga akan negatif, tapi setelah beberapa kali penelitian, ternyata mereka juga memiliki kondisi yang sama dengan 2 orang lainnya" jelas Haru.

Riku benar-benar terdiam, dia tidak bisa berpikir jernih mendengar semua temannya positif terkena virus X-2 termasuk Kakaknya sendiri.

"Dan aku lebih terkejut melihat hasil pemeriksaanmu, Nanase-kun"

"Eh?" Riku menatap Haru dengan cepat.

Haru mengambil kertas dari sebuah map, dan memberikannya pada Riku.

Hasil swab

Nama: Nanase Riku
Umur: 18

Negatif

"Negatif...?"

"Aku tahu kau memiliki penyakit asma yang telah kau derita semenjak kecil, tapi ternyata tubuhmu memiliki sistem imun yang tinggi untuk virus seperti saat ini" jelas Haru dengan pose berpikir.

"...."

Riku masih menatap kertas itu dengan seksama, hingga kemudian...

'benar juga! Cara itu pasti bisa!' batinnya.

BRAK!

"Aku tahu bagaimana caranya membuat vaksin!" Seru Riku semangat.

".....secepat itu???"

. . .

Lantai 2 kini menjadi sedikit ramai, terlihat orang-orang tengah membawa barang bawaannya ke kamar rawat yang akan mereka tempati.

Bahkan barang bawaannya pun bermacam-macam.

Ada yang hanya membawa sebuah tas olahraga, hingga membawa 3 koper berukuran large.

"Tamaki-kun, apa kamu sudah membereskan barang bawaan mu?" Tanya Sougo.

"Sudah"

Haru dan Riku menghampiri mereka, dan menyuruh mereka untuk olahraga dulu selagi cuaca masih pagi.

"Astaga....apa kita harus olahraga? Aku sangat malas" protes Tamaki.

"Tamaki-kun!"

"Tenang saja, Yotsuba-san. Izumi-san dan Yaotome-san sudah ada disana, dan tentu saja kalian akan disuguhi makanan setelah berolahraga" jelas Haru.

"Yatta! Ousama purin!!"

"Tamaki-kun! Ini Rumah Sakit bukan dorm kita!"

Riku hanya terdiam dan terus berjalan ke halaman depan, hingga kemudian dia memutuskan untuk pergi ke laboratorium.

"Iwaitoka-san, aku akan pergi memulai penelitianku, kita tidak bisa menunda terus" ucap Riku.

"Baiklah Nanase-kun, jangan memaksakan dirimu, oke?"

"Tenang saja, meneliti itu pekerjaan yang mudah dibandingkan mengurus 2 bayi besar" Riku kembali mengingat beberapa hari kebelakang.

Haru menepuk pundak Riku, "baiklah, selamat berjuang kawan"

Riku mengangguk, "pasti"

. . .

"Hoiiiii! Minna!!!" Teriak Gaku sambil melambaikan tangannya.

"Berisik woy! Lagian pake maskernya, ntar kita semua ketularan!" Seru Tenn.

"......"

Hening.

Hingga kemudian orang paling tua disana memecahkan keheningan tersebut.

"Ano....kalian kan memang tertular. Dan Yaotome-san, tolong pakai maskernya atau hari ini tidak ada jatah makan untukmu" ucap Haru.

"Ehhh??! Jangan begitu dong, Dokter!" Rengek Gakuban.

"Milih saya atau Nanase-kun? Hukuman saya masih ringan dibandingkan Nanase-kun loh~"

"....."

"Hahahaha mampus!" Ejek Yamato.

"Yamato-san, jangan mentertawakan orang tak berakhlak itu" ucap Mitsuki.

"Dilihat dari tingkahnya, sepertinya sobaman selalu menjadi masalah untuk para dokter yang merawatnya" ucap Tenn.

".....Gaku yang suka bikin masalah, tapi entah kenapa aku yang menanggung malu...." Ucap Ryuu dengan diselingi helaan nafas.

"Nee nee Iori~ apa perawat disini cantik-cantik??" Semangat Nagi.

Iori hanya menatap datar Nagi, "Rokuya-san, di lantai 2 yang mengurus kita hanyalah Dokter Iwaitoka dan Dokter Nanase"

"Noooooooo~ I need perempuan desu~!"

Disisi lain, Haru hanya terdiam sambil mendengarkan mereka semua begini dan begitu.

".....bisakah kalian pergi olahraga saja dengan tenang? Apakah sesulit itu?"

TBC

A little bit spoiler:
Ku memiliki rencana untuk membuat story Pandemi ini memiliki chapter lebih sedikit dibandingkan story yang lainnya, mungkin hanya sekitar 5-6 chapter saja.

Namun tentu saja isinya tidak akan sedikit, semakin kita masuk ke dalam klimaks semakin panjang juga isi dari 1 chapter ini.

Itu alasannya karena.....

....

.....aku ngga tau harus membaginya darimana😂 tapi lebih panjang, lebih baik bukan?😂

Ingin tahu bagaimana endingnya?
Hwhwhwhw.....mungkin sudah ada yang tahu ending ini akan seperti apa, bukan~?

Kalian bisa menuangkan imajinasi dan teori kalian di komentar untuk ending ini, dan mungkin saja akan membantuku untuk menentukan alur ke depannya.

Terima kasih kalian~
See you next update~

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top