Payung dan hujan
Riku menatap rintik hujan yang terus turun membasahi jalanan yang ada dihadapannya. Seharusnya ia sudah sampai di asramanya dan duduk ditemani secangkir coklat hangat. Pipinya menggembung sebelah karena ia harus terjebak di halte bis yang menjadi tempat berteduhnya.
Sepulang dari pekerjaannya tadi, Riku di beritahu oleh sang manager bahwa ia tidak bisa menjemputnya karena ada banyak kesibukan yang menantinya. Riku memakluminya dan berkata bahwa ia baik-baik saja pulang sendiri. Ia bisa naik bis atau taksi untuk pulang menuju asrama. Saat ia berjalan keluar dari gedung tempatnya habis bekerja.
Seakan cuaca tak bersahabat dengannya, tiba-tiba hujan turun dengan derasnya, Riku mengadah dan menatap polos rintik hujan yang membasahinya.
"Eh hujan toh...."
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"E... Tunggu... Waaaaaa hujan?! Gimana ni?! Aduh udah basah lagi bajuku. Ah! Ada halte disana. Aku harus cepat-cepat kesana! "
No komen sama kamu Rik :')
Untung kamu gak nari sambil nyanyi kayak mamas sama mbak yang maen pilem india ya tadi... Eh tapi ainana kan pernah gitu....
Kembali lagi dengan keadaan Riku yang sekarang, sedang berusaha mengeratkan jaketnya yang lumayan basah. Badannya sedikit mengigil, semoga saja ia tidak terkena flu nanti, bisa gawat kalo dia sakit. Pasti ada emak (baca:Iori) yang akan mengomelinya.
Udara semakin dingin, dan entah mengapa tidak ada taksi maupun bis yang melewati tempatnya berteduh. matanya menatap layar ponselnya yang menunjukkan waktu yang semakin malam.
Riku semakin bosan dengan suasana jenuh karena hujan yang terus turun. Ia berharap akan ada orang yang akan menemaninya menunggu redanya hujan di halte bis itu. Semoga saja.
"Jenuh menunggu ya, mau kutemani mengobrol? "
Riku terkejut dengan suara yang tiba-tiba muncul disampingnya. Berdirilah seorang gadis berjas hujan merah yang tengah tersenyum manis. Sebelah tangannya sedang memegang payung.
Riku terpaku dengan senyuman manis yang dilemparkan oleh perempuan dihadapannya. Tak terasa wajahnya memanas, ia segera mengalihkan pandangan matanya dan menyibukkan diri menenangkan jantungnya yang berdetak kencang.
"Hei jangan mengabaikanku! " kata gadis itu sambil mengembungkan sebelah pipinya.
"Ah... Maafkan aku" kata Riku sambil menggaruk belakang lehernya.
Gadis itu tertawa kecil melihat reaksi Riku yang terlihat menggemaskan baginya.
"Hei, apa yang kau tertawakan?!" kata Riku dengan seburat merah jambu di wajahnya.
"Pftt... Maafkan aku. Soalnya wajahmu sangat memggemaskan"
"Sudahlah! Berhenti menertawakanku!" kata Riku sedikit kesal dan bertambah malu dengan kata gadis itu.
"Baik-baik maafkan aku. Aku akan berhenti tertawa"
Setelah gadis itu berhenti tertawa, ia menatap jalanan yang diguyur hujan di hadapannya. Senyum kembali terbit di wajah cantiknya.
"Menurutmu.. Hujan itu bagaimana?"
Riku kebingungan dengan pertanyaan gadis disampingnya.
"Apakah hujan itu menganggu juga merepotkan? Atau ia terlalu bodoh?"
Riku menaikkan sebelah alisnya
"Aku tidak paham kenapa kamu mengatakan kalau hujan itu menganggu, merepotkan, atau bodoh, tapi menurutku hujan itu sangat keren!"
Gadis itu menolehkan wajahnya untuk menatap Riku yabg sedang tersenyum. Riku mengadahkan tangannya membiarkan tetes demi tetes air hujan membasahi telapak tangannya.
"Mengapa kamu berfikir seperti itu? "
Tanya gadis itu dengan masih menatap Riku.
"Tentu saja karena ia tetap setia turun membasahi bumi tanpa lelah walaupun ia selalu dicaci maki, ia rela merasakan sakit saat terjatuh ke bumi. "
Gadis itu mengalihkan pandangan matanya, kembali menatap rintik hujan, tatapan sendu menghiasi manik matanya.
"Itu yang kumaksud dengan ia terlalu bodoh, mengapa ia tetap setia bahkan rela merasakan sakit. Bukankah itu hanya sia-sia belaka? "
"Di dunia ini tentu tidak ada hal yang sia-sia. Apapun yang kita perbuat pasti ada mamfaatnya. Bahkan perbuatan jelek ada mamfaatnya lo! "
Gadis itu mengerutkan dahinya mendengar penuturan Riku yang sedikit tidak masuk akal.
"Maksudku... Saat kita berbuat sesuatu hal yang salah, pasti kita akan merasa bersalah kan? Nah... Jadi kita akan berusaha menjadi pribadi yang lebih baik kedepannya dan berusaha tidak melakukan kesalahan yang sama kan? "
Gadis itu terdiam, ia berusaha mencerna kata-kata yang keluar dari mulut pemuda disampingnya.
"Dan yah... Aku berfikir hujan itu sangat keren, ia menyembunyikan kesedihan seseorang bahkan menghapusnya. Kamu tahu kan sesuatu yang indah setelah hujan turun?" tanya Riku sambil menolehkan kepalanya.
Gadis itu berfikir sebentar,
"Hmm... Maksudmu pelangi? "
"Tepat sekali!" jawab Riku masih dengan wajah tersenyum.
"Saat kita merasakan kesedihan, yakin saja bila ada kebahagiaan akhirnya. Bila hidup ini kita lalui tanpa kesedihan tentu saja akan sangat hambar. Tuhan memberikan cobaan dan kesedihan kepada kita agar kita dapat menjadi pribadi yang lebih baik. Yakin saja... Setelah hujan pasti ada pelangi! "
Isakan lirih muncul dari sampingnya, Riku segera menoleh kesamping, gadis itu menundukkan kepalanya. Bahunya terlihat bergetar sedangkan tangannya berusaha menghapus bulir air mata yang berlomba-lomba jatuh dari manik matanya yang berkaca-kaca.
Riku panik karena gadis disampingnya menangis, ia segera mengulurkan tisu yang ia ambil dari tasnya.
"Maafkan aku... Aku terlalu banyak bicara ya... Seharusnya aku tidak seperti itu, jadi tolong maafkan aku ya... " kata Riku dengan raut bersalah, gadis di depannya menggelengkan kepalanya dengan pelan sambil mengelap air mata dengan tisu.
"Tidak... Kau tidak perlu minta maaf. Benar juga perkataanmu. Terima kasih kamu sudi menemaniku disini. Senang dapat bicara denganmu. Ini bawa saja payungku, mungkin kamu akan membutuhkannya nanti. Dan sepertinya temanmu akan datang sebentar lagi. "
Riku menolehkan kepalanya karena mendengar teriakan seseorang dari lebatnya hujan.
"Nanase-san!! "
Teriak pemuda itu dari sebuah taksi yang berhenti didepan halte itu, ia membuka pintu taksi dan segera Riku menatap polos pemuda dihadapannya.
"Eh... Iori, sedang apa disini? "
Iori memasang wajah jengkel,
"Seharusnya aku yang bertanya seperti itu! Ayo cepat kita pulang, aku sudah memesan taksi."
Riku mengganggukkan kepalanya tanda paham.
"Oke! Nona aku akan-eh... Kemana ia pergi? " Riku mencari wujud gadis yang menemaninya bicara dan memberikan payung kepadanya.
"Nanase-san cepatlah! Hujan semakin lebat! " teriak Iori yang sudah berdiri disamping taksi yang terparkir didepan halte. Riku cepat-cepat membuka payung yang ada di tangannya dan bersiap menerobos hujan menuju taksi. Ia menyempatkan diri menoleh ke halte yang ditinggalkannya. Disana berdirilah gadis berjas hujan merah sedang melambaikan tangannya. Semyum lebar menghiasi wajah cantiknya. Riku ikut tersenyum dan melambaikan tangannya juga.
Teriakan Iori semakin nyaring, bergegas Riku memasuki taksi itu. Taksi berjalan meninggalkan halte dan membelah tirai hujan.
Meninggalkan gadis berjas hujan merah yang menghilang ditelan tirai hujan pada penghujung hari itu.
*POJOK AOUTHOR
*terdiam sebentar...
Lah... Rencananya ceritanya gak gini lo... Kok jadi gini... Hmmm....
*berfikir keras di pojokkan
Btw....
HBD RIKU AMA TENN!!!!
*tebar konverti
TELAT WOE!!!
Ehehehe....
Rabbitubenya mereka ucul uy...
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top