La Danse Macabre

Disebuah ruangan dengan nuansa putih, duduklah seorang pemuda di sofa berwarna merah semerah warna rambutnya. Ia menatap jendela besar yang tepat berada didepannya. Tatapan matanya menerawang dan terlihat sedang memikirkan sesuatu. Pemuda berambut merah itu tak sendiri, tepat di belakang juga terduduk pemuda dengan rambut hampir mirip dengannya namun lebih mengarah ke warna coklat tua.

Ia hanya fokus membaca buku yang ada digenggamannya tanpa ingin memecahkan suasana hening diruangan itu. Hanya suara helaian kertas yang dibalik yang terdengar konstan yang menjadi pengiring keheningan. Hingga suara pintu yang berderit membuat pemuda berambut merah kecoklatan menolehkan kepalanya ke asal suara.

Tepat di tengah pintu kayu ruangan itu berdirilah seorang pemuda lagi, warna biru tua sewarna langit malam menjadi warna rambutnya. Ia melangkahkan kakinya seiring rambut kelamnya berayun pelan mengikuti langkah kaki pelannya. Ia berhenti melangkah tepat disamping pemuda berambut merah yang sama sekali tak memandang kearahnya dan tetap betah menatap jendela besar dihadapannya.

"Kapankah kita akan turun? "
Pertanyaan yang keluar dari mulut pemuda berambut sewarna langit malam itu akhirnya mendapat perhatian dari pemuda berambut merah. Si pemuda berambut merah menolehkan kepalanya sebentar kearah pemuda yang mengajukan pertanyaan kepadanya dan kembali mengarahkan pandangannya kedepan.

Hening kembali menyambangi ruangan itu. Karena tak tahan dengan suasana hening itu, pemuda berambut merah kecoklatan menutup pelan bukunya. Ia meletakkan buku itu ke pangkuannya dan menatap pemuda berambut merah yang ada didepannya.
"Kapankah kita akan turun? " tanyanya.

Pemuda berambut merah berdiri dari duduknya, ia berbalik dan menatap satu persatu pemuda yang ada dihadapannya.
"Kalian masih mengerti... Bahwa dibawah sana masih terlalu berbahaya... Kita juga tak diberbolehkan untuk turun kesana... Lagipula..."
Ucapannya tidak ia lanjutkan, kembali ia membalikkan badan menuju jendela besar yang menunjukkan suasana diluar sana. Senyum tipis terbit di bibirnya namun senyum itu tak menunjukkan senyum yang sebenarnya. Tangannya ia lipat dengan sebelah tangan berada didagunya.

"Lebih baik kita menatap dan menikmati tarian dan panggung kematian yang mereka pertunjukkan... "
______________________________________

Kuramal ni event sangat UwU dan penuh dengan keangstan... Makasih Banri atas keangstan yang kau berikan :')
Betewe... Maap kalo ceritanya aneh... Maklum Enthor hanya menuangkan imajinasi kurang pikniknya Enthor...
Betewe...

Lagu mereka udah tersedia di Sp*t*f*
Monggo... Yang syultan memori ato penyimpanan dunlud tu aplikasi, kalo udah punya alhamdulillah... Tinggal buka :'D

Betewe...

Monggo... Yang penyimpanan memorinya gak mencukupi... Udah ada kok di Youtube :) monggo ditegok...

Betewe...
Riku, Iori, ama Touma jadi kaum Elite yak... Menurut pembaca gimana... Ayuk merapat... kita berteori (konspirasi) tentang ni event... Tapi...
Emang ada yang masih mantengin book berdebu ini :') ?

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top