Kamu beda!

"Isumi-kun... Mainnya sama Izumi-kun dan Yotsuba-kun, ya! "

Seorang anak berusia lima tahun menggeleng pelan, ia tetap betah bersembunyi dibalik tubuh seorang pemuda yang berusia sepuluh tahun lebih tua darinya. Rambut mint nya bergoyang lembut karena ditiup angin.
Pemuda yang dijadikan tempat bersembunyi tersenyum lembut, wajah bertatahkan rambut krem lembut menatap sayu kearahnya.

"Tak usah takut, lihat! Mereka tidak nakal, kan? " bujuknya.
Anak itu, Haruka. Menyembulkan sedikit kepalanya dari balik persembunyiannya, menatap takut kedua anak yang ada dihadapannya.

"Halo~ " sapa anak berambut biru muda sambil memakan pudding yang ada digenggamannya.
"Selamat pagi, Isumi-san... " sapa anak berambut navy dengan senyum tipisnya.

"Wah... Sopan sekali, Izumi-kun... " puji pemuda berambut krem muda itu, Natsume Minami.
Yang dipuji segara tersipu malu, ia menyilangkan kedua tangannya dibalik badannya sambil bergerak gelisah.
"Te-terima kasih... " lirihnya.

Tawa keluar dari pemuda satu lagi, ia mengacak kedua kepala anak yang ada disampingnya. Cengiran lebar tersemat dibibirnya.
"Nah! Sekarang Iori dan Tamaki main dulu dengan Haruka, ya? Nii-chan ada urusan dengan Natsume-san"

Kedua anak itu menggangguk patuh, segera Tamaki menggenggam tangan Iori lalu bersama mendekati Haruka yang dipegang pundaknya oleh Minami. Anak berambut mint itu bergerak gelisah, berusaha menghindari tatapan penasaran dari Tamaki.

"Isumin... Ayo main~ " ajak Tamaki sambil meraih tangan Haruka menggenggam tangannya dengan erat.
Haruka menggelengkan kepala dengan cepat.
"Hee... Kenapa? " tanya Tamaki.
Haruka memilih bungkam, wajahnya terlihat tak nyaman.

Iori menatap anak yang ada dihadapannya melepaskan genggaman Tamaki dari tangannya lalu menggenggam sebelah tangan yang tak dipegang oleh Tamaki dengan kedua tangannya.
"Isumi-san. Ayo main... " pintanya dengan wajah malu-malu.
Haruka tersentak, menunduk menyembunyikan raut wajahnya.

Tamaki ikut mengenggam tangan kedua anak lainnya. Menatap penuh semangat Haruka.
"Isumin! Ayo main! " pintanya sekali lagi.
Haruka menggigit bibirnya, lalu mengangkat kepala menatap kedua anak yang menunggu jawabannya.

"Ba-baiklah... " jawabnya lirih.
Segera kedua wajah kedua anak yang ada dihadapkannya berseri. Tamaki memeluk badan mungil Haruka yang direspon teriakan kaget dari orang yang dipeluknya.

"Aduh... Manis sekali ya mereka~" kata pemuda berambut krem muda dengan tawa khasnya.
Pemuda yang ada disampingnya ikut tertawa, menatap penuh kebahagiaan ketiga anak yang asik bercengkerama itu.
Rambut senjanya terlihat indah diterpa mentari pagi hari.
"Kau benar, Natsume-san... Mereka manis sekali... "

Kita alihkan cerita ini dari kedua pemuda yang asik menikmati interaksi 'unyu' kembali ke kumpulan anak mungil satu ini.

"Isumin... Warna rambut kamu itu apa? " tanya Tamaki sambil memainkan pasir didalam ember kecil dihadapannya.
Haruka yang sibuk memasukkan pasir kedalam ember kecil dengan sekrop kecil mendongak, menatap Tamaki.
"Hum... Biru? "

Tamaki menghentikan kegiatan memainkan pasir. Ganti menatap Haruka.
Kedua bola mata senada rambutnya menyempit, berusaha lebih meneliti rambut lawan bicaranya.

"Bukan... Kata Mikki biru itu seperti warna rambutku dan Iorin, " katanya.
Iori yang sedang membuat istana pasir dengan pasir yang dicetak dengan ember menghentikan kegiatannya, mengalihkan atensinya menuju kedua kawannya.
"Aku biru muda dan Iorin biru tua! " sambung Tamaki sambil menunjuk dirinya sendiri dan Iori.

"Ta-tapi kata Mina rambutku warna biru... " bantah Haruka.
Tamaki mengerutkan alisnya, merasa tertantang dengan kata Haruka.
"Bukan! Biru itu aku dan Iorin, Isumin bukan biru! " teriaknya.
Iori gelagapan, menoleh kesana-kemari.
"Semuanya... Jangan berdebat... " ucapnya berusaha menenangkan kedua kawannya.

Kedua anak yang berusaha ia tenangkan tak mengubris.
Tamaki dengan ekspresi kesal dan Haruka dengan mulut mengucut dengan alis menyatu.
"Kita biru, Isumin warna aneh sendiri! " kata Tamaki dengan lantang.

Haruka tersentak, ia segera berdiri lalu berlalu meninggalkan kedua kawan barunya. Melangkah menuju kedua pemuda yang mengawasi dengan senyum lebar. Tak mendengar berdebatan yang baru saja terjadi.

"Eh~ Ada apa-"
"HUWAAAA!!! MINA!! "

Kedua pemuda itu terdiam. Pemuda dengan rambut senja mendongak. Menatap Tamaki yang bengong melihat Haruka yang menangis keras didalam pelukan Minami.
Minami berusaha menenangkan Haruka dengan mengelus pelan rambut mencuat Haruka dengan lembut. Membisikkan kata menenangkan kepada anak itu.

Mitsuki, nama pemuda yang menjewer telinga Tamaki dengan penuh kasih sayang. Ia tersenyum lebar sambil tetap menjewer telinga Tamaki yang meronta, berusaha melepaskan diri.
"Apa yang kau lakukan pada Isumi-kun, hah?! " sentak Mitsuki penuh esmosi.
Baru beberapa menit Tamaki bersama dengan Haruka dan dengan pintarnya anak bontotnya ini sudah membuat anak orang lain menangis keras.
"A-aduh! Sakit Mikki! " teriak Tamaki

Iori mengenggam lengan Mitsuki yang gencar menjewer Tamaki.
"Ni-nii-san... Kasihan Yotsuba-san... " ucapnya dengan ekspresi panik.
Mitsuki menatap adik semata wayangnya. Helaan nafas dikeluarkan dari mulutnya.
Ia melepaskan jewerannya dari telinga Tamaki. Lalu kedua tangannya menekuk dikedua sisi badannya, menatap Tamaki yang sibuk mengelus pelan telinganya yang memerah.

"Jadi... Apa yang kau lakukan pada Isumi-kun? " tanya Mitsuki sekali lagi.
Tamaki mengucutkan bibirnya, masih mengelus telinga.
"Isumin tuh! Warna rambutnya aneh! " teriak Tamaki sambil menunjuk Haruka yang masih menangis.
Haruka yang berada dalam pelukan Minami berusaha melepaskan pelukan Minami darinya.

Dengan wajah sembab penuh air mata Haruka menunjuk Tamaki dengan jari telunjuknya yang mungil.
"Yo-Yotsuba yang aneh! Anak kecik kok rambutnya seperti pohon cemara! " teriaknya.

Tamaki mendelik tak terima, ganti ia menunjuk Haruka yang sesegukan sambil menyedot 'inti sari kehidupan ' agar tak keluar.
"Enak aja! Yang aneh itu Isumin! HUWAAA!! " teriak Tamaki diakhiri dengan tangisan memekakkan telinga.

Mitsuki mendelik, menatap kaget Tamaki yang menangis keras.
"Ukh... POKOKNYA YANG ANEH YOTSUBA! HUWAAA!! "
Bergantian tangisan Haruka dan Tamaki bersahut-sahutan.

Iori yang berdiri disamping kakaknya entah mengapa merasakan ingin menangis, segera wajah mungilnya penuh dengan air mata.
"Ka-kalian jangan menangis... Hiks... Huwaa!!! Nii-sann!! "

Iori segera memeluk kakaknya dengan erat, Mitsuki dengan sigap mengelus pelan rambut lembut adik semata wayangnya. Sebuah tubrukan dirasakannya dari sisi kirinya. Disana Tamaki sedang menangis keras. Mitsuki bergantian mengelus kepala kedua anak bontotnya itu dengan ekspresi lelah.

Ia mendongak menatap Minami yang sibuk menenangkan Haruka. Ia meringis, meminta maaf dengan tatapan mata yang dibalas senyuman canggung Minami.
Pagi itu, pagi yang diisi tangisan ketiga anak yang dikarenakan hal sepele, namun membuat orang yang mendengarnya ikut meringis.

______________________________________

Hawoo!!

Habede telat dek hawuu!!
Unyu banget ya gusti rabbitubenya~
Anteng gitu, seneng Enthor liatnya~

Oh ya...

Dah nonton belom :"3
Sumpah...

INDAH BAT MEREKA!
KESELEK MULU LIATNYA!
*angkat tiang jemuran

Betewe... Enthor ditengah ulangan dan sempet-sempetnya ngetik ini :")

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top