-Idolish7 Center-
Aku tidak tau kenapa aku buat ini.
(o. O)
Entahlah. Hahaha. Terkadang kalau buat cerita tuh kek sesuai dengan apa yang kita rasa saat itu.
Lalu aku lagi merasa mellow dan terciptalah. #plakk. Alay :,)
***
"Iori.. Kau tahu? Dulu harapanku adalah dapat terus bernyanyi bersama kalian sepenuh hati... " Idol berambut merah itu menatap langit senja berwarna orange dengan tatapan sendu "...sekarang. Aku hanya ingin hidup lebih lama. Meskipun tidak bisa bernyanyi, aku masih dapat mendengar kalian... "
"Nanase-san... " Lelaki yang lebih muda setahun itu hanya dapat menyebut namanya pelan. Ia tidak dapat berkata apa-apa lagi. Memandangi rupa seorang rekan kerja, sahabat, kakak dan keluarga baginya itu dengan terus menahan tangisnya.
Ah.. Kenapa yang baik selalu cepat pergi.
"...Iori.. " Nanase Riku menghadap kearahnya "Kumohon tetap bersama yang lain... "
"Nanase-san... " Iori meringkuk di sofa apartemennya, bulir air mata sudah mengalir dikedua pipinya. Sesekali ia melirik kembali wajah yang sangat dirindukannya dari layar tv.
"Apa yang harus aku lakukan... "
***
.
.
Idolish7 Center
by
nshawol566
.
.
***
"Party! Party! " Nagi bersorak sembari mengayunkan tongkat Magi-Conanya diatas kepalanya. "Waktunya bersenang-senang desuuu! " Ia lalu melompat dari sofa dan jatuh berguling dilantai.
"Hora! Nagi! Kau akan mengenai Momo-san dan Yuki-san jika kau terus berguling seperti itu! " Mitsuki menarik kakinya menjauhi dua member Re:Vale yang jaraknya paling dekat dengan mereka.
"Hahaha! Tenang saja! Aku tidak akan marah jika mereka menendangku karena bersenang-senang! " Momo mengangkat kaleng beernya. "Ya kan? Yuki? " Tanyanya menyikut orang disampingnya.
Yuki tersenyum "Lagi pula salah kami yang tiba-tiba datang ke dorm kalian" Yuki melirik member Trigger yang berbaur dengan member Idolish7 lainnya "Dan membawa pasukan tambahan bersama kami"
"Iee. Iee. Kami tidak keberatan" Yamato mengibaskan tangannya "Kalian bahkan sudah membawakan kami oleh-oleh" Yamato mengangkat botol sake dalam genggamannya.
"Itu bukan masalah. Trigger bahkan lebih banyak membawa makanan"
"Yang lain juga senang dapat berkumpul bersama" Sougo tersenyum lembut melihat keakraban masing-masing grup. Mereka memang rival dalam dunia industri musik tapi mereka juga teman yang ada disaat yang lain membutuhkannya.
"Akh! " Riku tanpa sengaja menjatuhkan gelas yang sedang ia pegang. "Riku.. " Tenn menghela nafas "...kau masih ceroboh seperti biasanya" Ujarnya berniat untuk membereskan kekacauan adik kembarnya tersebut.
"Kujou-san. Biar aku saja" Iori menepuk pelan punggung center Trigger tersebut dan mengangkat dengan hati-hati serpihan kaca yang berserakan di lantai.
"Gomen.. Iori.. " Riku menundukan kepalanya, ingin sekali ia memarahi dirinya sendiri karena selalu menjadi beban untuk orang lain "...bukan masalah, Nanase-san. Sebaiknya kau jangan terlalu banyak minum dingin" Katanya sesaat setelah ia memegang pecahan gelas yang masih terasa dingin "Tidak baik untuk kesehatanmu" Riku mengangguk kecil.
Tenn yang melihat itu merasa tidak nyaman. Ia merasa posisinya telah tergantikan. Mungkin ia menyesal telah meninggalkan Riku, tapi.. Ternyata sulit melihat orang yang disayanginya kini lebih bersandar pada orang lain ketimbang dirinya.
"Tenn" Ryuu yang berada dibelakangnya, menyadarkannya dari lamunannya sendiri "Apa kau lelah? " Tanyanya khawatir.
"Ah.. Tidak" Tenn menggelengkan kepala. "Aku hanya.. Berpikir.." gumamnya. Gaku melirik Tenn sesaat, sebelum kembali menghadap Iori dan Riku yang masih berdekatan satu sama lain.
"Rikkun. Aku ngantuk" Tamaki menarik ujung baju panjang Riku "Ah. Sebentar Tamaki" Riku memposisikan dirinya bersandar pada sofa dan menepuk pahanya "Sini" Katanya dengan nada pelan.
Member Trigger hanya memperhatikann mereka seperti mereka sebuah pertunjukan. Tapi untuk member Idolish7 yang lain, ini sudah menjadi hal biasa.
Tamaki memang manja. Riku juga manja. Tapi fakta bahwa Riku lebih tua tidak dapat dipungkiri. Jika mereka sedang berkumpul dan salah satu dari mereka lelah atau mengantuk, Riku selalu membiarkan membernya untuk tidur dalam pangkuannya.
Mengusap rambut mereka dan bersenandung pelan.
Mereka sangat menyukai suara Riku
Suaranya yang lembut mampu menghilangkah penat dan stress yang ada.
Re:Vale yang merupakan top idol bahkan menghentikan pergerakan mereka hanya untuk mendengarkan dehuman pelan yang keluar dari mulut Riku.
Tamaki mungkin kini sudah berada hingga di dunia mimpi.
Riku tidak pernah menghentikan jemarinya saat menyisir rambut membernya helai demi helai, walaupun mereka sudah tertidur pada pangkuannya.
Iori yang baru saja kembali dari belakang setelah membuang pecahan gelas, langsung dapat mengetahui apa yang terjadi. 'Sugoi.. Nanase-san... ' Batinnya menatap lurus kearah Riku.
Keputusan terbaik dalam hidupnya menurut Iori adalah menjadikan Riku center Idolish7.
Semua orang harus mendengar suaranya. Hanya Riku yang dapat menggerakan hati orang dengan nyanyiannya.
Ketiga member Trigger menutup mata mereka, membiarkan hanya senandung lembut yang masuk kedalam diri mereka.
Tenn bahkan entah mengapa.. Ia ingin menangis?
Seandainya ia tidak meninggalkan Riku, akankah ia bernyanyi seperti sekarang?
Seandainya ia tidak meninggalkan Riku, mungkinkah mereka masih tinggal bersama?
Seandainya ia tidak meninggalkan Riku, mungkinkah Tenn akan menjadi satu-satunya orang tempat ia bersandar?
Ia tidak akan pernah tahu.
Semua dalam keadaan tenang dan rileks.
Bhuk
Suara pukulan keras membuat Riku menghentikan senandungnya. Yang lain juga kembali memfokuskan penglihatan mereka.
"Suara apa itu tadi? " Tanya Riku yang masih menaruh tangannya diatas kepala Tamaki. "Hh.. Rikkun? " Tamaki membuka setengah matanya "Gomen. Tamaki.. Ada sesuatu yang membuatku penasaran"
Bhuk
"Suaranya dari lorong kamar kita" Yamato melirik yang lain dan mengambil sebuah botol sake sebagai alat pelindung.
Nagi menggenggam erat tongkatnya, begitu juga dengan Sougo yang mengambil sebuah spatula dari atas meja makan.
"Haruskah kita memeriksanya bersamaan? " Ryuu bertanya pada yang lainnya.
"Nanase-san/Riku" Iori dan Tenn beradu pandang "Kau disini saja" Kata mereka serempak.
Riku hanya mengangguk tanpa protes saat melihat wajah serius mereka.
Mitsuki, Tamaki dan Riku adalah orang yang tinggal di area tv.
"Dalam hitungan ketiga, aku akan langsung membuka pintu" Momo memberi aba-aba pada mereka. Yuki tidak pernah meninggalkan tempat disampingnya.
"Satu.. Dua.. Tiga! " Momo membuka pintu dan mereka semua berlarian dengan tergesa.
"Kau... " Mereka melihat seorang lelaki yang membelakangi mereka. Ia mengenakan baju berwarna hitam, rambut ravennya hanya sepanjang tengkuk lehernya saja. Mirip dengan seseorang yang mereka kenal.
Lelaki itu membalikan badannya begitu merasakan banyak mata yang memperhatikannya.
"Uhm.. " Ia berjalan mendekati mereka. Ryuu dan Gaku yang memiliki postur tubuh lebih besar mendorong yang lain kebelakang mereka.
"Siapa kau?!" Tanya Gaku tegas.
Lelaki itu hanya terus berjalan mendekati mereka.
"Berhenti! " Perintah Ryuu padanya.
Lelaki itu menghela nafas dalam "Dibanyaknya hari yang ada, kenapa aku harus kembali dimana hari bersama Trigger dan Re:vale datang berkunjung"
Lelaki itu tersenyum kecil kearah mereka "Konbawa.. Minna-san.. Hisashiburi.. " Katanya dengan nada lembut.
Yang lain hanya mengkerutkan keningnya sebelum "..kau.. Aku? " Suara Iori memecah ketegangan diantara mereka.
Yang lain menatap Iori lalu lelaki didepan mereka. Iori ada dua. Apa yang sebenarnya terjadi??
"Bagaimana bisa...?"
"Aku adalah kau..." Lelaki itu mengulurkan tangannya pada Iori "...7 tahun kedepan"
"...."
"Tunggu sebentar! " Yamato menarik Iori kebelakangnya "Aku masih belum percaya dengan hal seperti ini. Ichi. Jangan tertipu" Yamato menghadap Iori sesaat sebelum kembali menghadap lelaki didepan mereka.
"Bagaimana kita percaya kau tidak berniat jahat? " Nagi menunjuknya dengan tongkat miliknya.
"Dan.. Caramu masuk kedalam sini? " Yuki menambah pertanyaan untuk lelaki tersebut.
Lelaki itu menggaruk belakang kepalanya, ia terlihat kebingungan "Aku tidak tahu cara menjelaskannya.. " Lalu ia melirik Iori "..kau bisa merasakannya kan? Aku tidak berbahaya"
Iori masih menatapnya lekat-lekat. "Iori.. " Sougo menatap khawatir Iori sembari menaruh tangan dipundaknya.
"Aku... " Iori menjeda kalimatnya "...rasa ia tidak berbahaya" Katanya membuat lelaki misterius itu tersenyum. "Ah. Kalian bisa melihat ID card ku" Ia merogoh sakunya dan mengeluarkan kartu.
Mereka pun membaca nama yang tertera "Izumi Iori..." dan memfokuskan mata mereka pada tahun dimana kartu itu dibuat. "...aku tidak percaya.. " Tenn masih menganggap hal tentang penjelajah waktu hanya berada dalam cerita seperti yang Riku sering baca.
"Kujou-san. Aku tahu kau susah menerima hal seperti ini, tapi ini kenyataan"
Dengan memanggil namanya, nada, intonasi dan suara semua terdengar seperti member Idolish7 yang mereka kenal itu.
"Jadi...? Bolehkah aku berada disini sebentar? "
Keheningan melanda mereka. Tidak ada yang mengeluarkan sepatah kata apapun.
Sampai pada akhirnya Mitsuki muncul dari balik pintu. "Minna-san?? Kenapa kalian tiba-iba menjadi tenang?" Tanyanya.
Mereka menolehkan kepalanya kearahnya sebelum kembali menghadap lelaki misterius didepan mereka. Mitsuki pun reflek mengikuti gerakan yang lain.
Pupil matanya membesar melihat sosok dihadapannya.
"Nii-san.. " gumam lelaki itu.
Mitsuki berjalan dengan pelan mendekati lelaki tersebut. Hingga jarak diantara mereka hanya 3 jengkang telapak tangan.
"Iori... Aku tidak mengerti apa yang terjadi tapi.." Mitsuki tersenyum kearahnya "...kau tumbuh dengan baik" Iori hanya mengangguk kecil dan membalas senyumannya.
Mitsuki kembali menghadap yang lain "Daijoubu, Minna-san. Ini Iori"
Yang lain mengerjapkan mata beberapa kali. Fenomena apa yang berada diantara mereka saat ini?
"Kau akan menjelaskan apa yang terjadi kan Iori? "
"Iya. Jika kalian mengizinkannya"
"Baiklah" Tenn menjadi yang pertama membuka suaranya diantara rombongan "Jelaskan didalam" Perintahnya.
"Nada mengintimidasimu memang tidak pernah berubah, Kujou-san" lelaki yang diketahui bernama Izumi Iori itu mengikuti mereka berjalan masuk kedalam "Hah... Serasa baru kemarin aku tinggal disini" gumamnya mengedarkan pandangannya. Memutar kembali ingatan memorinya.
"Minna. Bagaimana? Siapa disana? " Suara Riku menjadi sapaan pertama mereka ketika melangkahkan kaki masuk kembali kedalam ruang berkumpul.
"Siapa yang berani mengganggu Rikkun bernyanyi? " Tamaki yang sudah dalam posisi duduk menatap kesal rombongan yang baru masuk itu
"Itu aku" Izumi Iori mengangkat tangannya.
"Huh? "
"Siapa kau? " Tamaki menunjuknya.
"Aku--"
"--Iori? " Riku memotong kalimatnya "Kau Iori kan? "
Yang lain menatap Riku dengan pandangan 'Kau bisa tahu? '
"Nanase-san? Bagaimana kau bisa tahu? " Iori saja meragukan dirinya, walaupun itu adalah dirinya sendiri.
"Heh? Dalam sekali lihat juga sudah tahu, itu pasti Iori. Biarpun rupanya sedikit berubah" Riku tersenyum kearah mereka. "Jadi ada apa, Iori? "
Izumi Iori menatapnya dengan mata sendu miliknya, walau ada senyum kecil tumbuh dibibirnya "Kau memang hebat, Nanase-san" Ia pun berniat untuk duduk disamping Riku. Tapi Tenn dan Iori lain menghadangnya "Maaf. Aku masih ragu" Tenn duduk disamping Riku dan Iori di sisi lainnya.
Riku hanya menatap mereka bingung.
"Yasudahlah" Izumi Iori duduk disamping Tenn. Yang lain hanya beradaptasi dengan keadaan dan duduk dimanapun mereka nyaman.
"Jadi yang kalian sudah tahu. Aku adalah Izumi Iori, 7 tahun kemudian" Katanya mengulangi perkataannya beberapa saat yang lalu "Aku kesini dengan menggunakan uhm.. " Izumi Iori merasa bingung bagaimana menjelaskannya "...apa yang sering disebut dengan mesin waktu"
"Mesin waktu? " Riku bertanya dengan semangat "Apakah itu benar-benar ada Iori?? " Matanya mulai berbinar-binar. Izumi Iori menganggukan kepalanya. "Aku buktinya"
"Sugoiii! " Momo, Nagi dan Mitsuki terlihat antusias mendengar itu.
"Lalu bagimana kami dimasa depan nanti??" Mitsuki bertanya tanpa basa-basi.
"Kalian sangat hebat. Sukses besar. Tidak ada yang tidak tahu nama kalian"
Mendengar itu semua Idol muda itu tersenyum lebar. "Bisa kau ceritakan lebih detail? " Gaku mengangkat tangannya.
"Hmm.. Singkat cerita, kita masih menjadi Idol dimasa depan. Walaupun Idol generasi muda sudah banyak, kita masih dapat mempertahankan penggemar kita" Izumi Iori memandang member Trigger "Kujou-san sedang mengadakan tour solo. Tsunashi-san bermain layar lebar dan Yaotome-san membuka sebuah restaurant yang sangat populer dikalangan Idol dan artis" Tenn tersenyum puas mendengar itu.
"Gaku? Membuka restaurant?" Ryuu meliriknya "Apa kau telah menyiapkannya dari sekrang"
"Yah... " Gaku tersenyum simpul "Aku sedang menabung"
"Kau benar-benar menyiapkan masa depanmu dengan baik, Gaku-kun" Yuki tersenyum kearahnya "Ah.. Terima kasih.. "
Izumi Iori melirik member Re:Vale "Momo-san dan Yuki-san sangat sibuk dengan acara variety show kalian yang tidak pernah sepi. Setiap hari ada saja jadwal kalian di tv" Izumi Iori tertawa kecil "Kami bahkan bercanda jika kami bosan melihat wajah kalian berdua di tv"
"Kau dengar itu Yuki?! Kita masih bersama setelah bertahun-tahun! " Momo memeluknya dari samping "Itu yang lebih penting dari yang lain!" Yuki membalas dengan menepuk pundaknya "Kita bahkan sudah kepala tiga saat itu"
"Ne. Bagaimana dengan kami" Tamaki membuat yang lain mengalihkan pandangan mereka kepadanya "Ah.. Kau dan Osaka-san sedang mempersiapkan proyek Mezzo terbaru" Tamaki dan Sougo saling melirik satu sama lain "Nii-san menjadi MC nasional, Rokuya-san model internasional dan Nikaido-san selalu menjadi pemeran utama dalam drama" Izumi Iori memandang wajah bahagia mereka dengan lembut.
Ia sangat merindukan masa-masa ini.
"Bagaimana dengan kita? " Riku menunjuk dirinya dan Iori disampingnya. "Kita... " Izumi Iori menjeda kalimatnya cukup lama, membuat yang lain sedikit khawatir "...jangan-jangan kita tidak menjadi idol lagi?! " Riku menghadap Iori panik "Iori! Apa yang harus kita lakukan?! Hanya kita yang tertinggal! "
"Benarkah begitu, diriku dimasa depan? " Iori menaruh tangan diatas tangan Riku mencoba menenangkannya. Tenn bahkan sempat menggeram sesaat melihat itu.
"Oh..! Tidak. Tidak. Kita juga memiliki proyek Nanase-san. Itu sedang berlangsung" Izumi Iori menjawabnya panik melihat raut wajah Riku yang terlihat ingin menangis.
"Benarkah...? " Riku memiringkan kepalanya. "Ya.. Tentu saja" Iori tersenyum kearahnya. Tapi senyumannya berbeda dari yang ia berikan kepada yang lainnya. Ia mungkin dapat mengelabui Riku tapi itu tak luput dari yang lainnya.
Tamaki bahkan kembali mengkerutkan keningnya ketika melihat senyumnya.
"Iori-kun. Berapa lama kau akan disini? Sougo memberikan pertanyaan baru untuknya "Tidak akan lama. Sampai jam ditanganku ini berbunyi maka aku akan otomatis kembali"
"Sasugaa future desu! Penuh akan misteri!" Nagi memecah kesunyian dengan suara riangnya "Iori. Iori" Nagi menatapnya dengan mata berbinar-binar. "Magi-Cona sudah tamat beberapa tahun dari sekarang, Rokuya-san"
"EHHH! Nande?! " Nagi menjambak rambutnya "Apa tidak ada generasi kokona selanjutnya?! Anaknya?! Cucunya..?? " Nagi menangis merengek dilantai "...cicitnya... Huuu"
"Tidak ada yang seperti itu Rokuya-san.. Maaf" Iori bersweatdrop.
"Ouh... " Nagi pundung dipojokan, aura gelap sudah menyelimutinya.
Tiba-tiba sebuah video call masuk kedalam ponselnya. "Nii-san.. " gumam Iori melihat poto dilayar ponselnya "Ehh! Itu aku di masa depan! Apa yang kau tunggu Iori, angkat! " Mitsuki mencoba meraih ponselnya.
"Matte! Nii-san..!" Izumi Iori mengangkat tangannya tinggi agar Mitsuki tidak dapat menjangkaunya. "Jangan--!"
"-- yeyy dapat" Tamaki merebut ponsel milik Iori dan menggeser Icon hijau pada layarnya "Moshi-moshi--"
"--Uhh!" Iori kembali menyambar ponsel miliknya. Sayangnya mereka sudah terhubung dengan panggilan kakaknya. Disaat seperti ini Iori menyesal masa depan yang terlalu canggih. Bahkan bila ia dimasa lalu sekalipun ponselnya masih dapat terhubung. Ya... Ia tidak dapat mengelak, mesin waktupun sudah ada.
"Iori??"
Tanya suara yang tidak asing bagi mereka itu. Mitsuki hanya terlihat sangat excited mendengar suaranya sendiri.
"Ni-Nii-san..? " Iori berusaha mendorong Tamaki yang berusaha muncul dilayar ponselnya "Ada apa? "
"Heh? Kau kenapa terlihat gelisah, Iori? "
"Tidak. Aku hanya sedang...berada dirumah teman!" Katanya berbohong.
Momo dan Yuki menggelengkan kepalanya "Bohong itu tidak baik" gumam mereka yang terlihat seperti orang tuanya saat itu.
"Teman? Memangnya kau punya teman? "
"Pfft! " Mereka mencoba menahan tawanya setelah mendengar ucapan Mitsuki. Tenn menyembunyikan tawanya dibalik Riku. Riku hanya tertawa kecil dan Iori memutar bola matanya ke arah sang kakak dengan tatapan 'apa kau serius? '
"Yasudahlah Iori. Kami semua sudah berkumpul. Kau segeralah kemari"
"..."
"Iori? Apa kau lupa hari ini?? Kita akan kemakamnya"
"Makam...? " Gaku melirik yang lain.
Izumi Iori mulai panik dan itu semua tergambar jelas diwajahnya "Nii-san! Aku akan pergi dulu nanti aku menghubungimu lagi! "
"Iori...! Kau.. Lupa meminum obatmu ya?! Kau mulai terlihat panik lagi! "
"Obat.. ?" Yamato meliriknya "Apa Ichi.. Sakit? "
"Tidak Nii-san! Aku hanya--! "
"--Aku tahu kau masih bersedih.. Tapi ini sudah setengah tahun Iori. Kita harus berkunjung... Ia pasti ingin melihatmu..." Mitsuki menarik nafasnya "...Riku ingin bertemu denganmu"
Tuk.
Iori memutus jaringannya.
"Iori...? " Riku menghadapnya bingung. Ah... Izumi Iori membenci tatapan Riku yang ingin tahu apa yang terjadi itu."Apa kita sudah lama tidak bertemu..? "
Iori yang berada disamping Riku sedari tadi mulai gelisah. Firasatnya buruk. Keringat dingin bahkan sudah mengalir dilehernya.
"Izumi Iori. Kami lupa menanyakanmu satu hal" Tenn menatapnya tegas "Apa tujuanmu kesini. Ke waktu kami? "
"Kau tidak mungkin tiba-tiba muncul berkata 'aku dari masa depan'tanpa mempunyai alasan kan? " Tambah Yamato menyudutkannya.
Izumi Iori memandangi satu persatu wajah orang-orang yang menjadi penting dalam hidupnya itu.
Ia takut akan ada air yang mengalir dari kedua pipinya lagi.
"Nanase-san" Panggilnya. Riku menolehkan kepalanya lagi kearahnya "...bisa kau menggengam tanganku" Permintaan Izumi Iori jelas membuat satu ruangan bingung. Riku yang tidak mengerti hanya bangkit dari tempatnya ia duduk dan berjalan hingga kedepan Izumi Iori, lalu mentautkan jemarinya dengannya.
Tenn dan Iori mengepal tangannya. Sepertinya mereka akan membenci alur cerita dari semua ini.
Izumi Iori tersenyum lembut "Kau hangat" Katanya lirih. "Beginilah seharusnya. Hangat dan nyaman" Izumi Iori semakin mengeratkan genggamannya pada tangan Riku
"Iori...?" Tanpa sadar Riku menaruh tangannya di pipi Iori dan memaksa pandangannya untuk menatap tepat kemata Riku "..apa yang sebenarnya terjadi. Jawab aku" Perintah Riku sedikit tegas
Ah. Gawat. Tidak bisa lagi.
Izumi Iori menyerah.
Bulir air mata yang sedari tadi ditahannya tidak dapat terbendung lagi. Kini mengalir mengikuti bentuk wajahnya. Membuat yang lain panik dibuatnya.
"Nanase-san.. " Izumi Iori menarik Riku dalam dekapannya. Kepalanya kini bersandar pada bahu lelaki bersurai merah itu. "..Maafkan aku" Katanya disela isak tangisnya.
"Apa maksudmu.. Iori" Riku mencoba sedikit menenangkan Izumi Iori sembari mengelus belakang punggungnya.
Yang lain bahkan semakin khawatir.
"Jawab Riku. Izumi Iori" Tenn sudah habis kesabaran.
Izumi Iori melepas pelukannya dan menundukan kepalanya. Air matanya masih terus mengalir.
"Di waktuku.. Nanase-san.. Sudah tidak ada.. "
"...."
"Bohong..." Momo menjadi yang pertama mengeluarkan suara. Mulutnya terbuka lebar dan mata masih menatap Izumi Iori dan Riku.
Yuki, Yamato dan Ryuu hanya dapat mengerjapkan mata mereka. Mereka masih tidak dapat mencerna dengan baik.
Mitsuki dan Nagi membekap mulut mereka. Bulir air mata sudah tercipta diujung mata mereka.
Sougo dan Gaku hanya dapat menatap lantai dengan tatapan kosong.
Iori mengeratkan kepalan tangannya. Membuat tangannya berubah putih. Matanya tertutup poni panjangnya.
Tenn menggigit bibir bawahnya. Menahan tangisnya. Hal yang paling ia takutkan dalam hidupnya adalah berpisah dengan Riku.
Untuk selamanya.
Dan.. Itu menjadi kenyataan.
"A-Apa yang kau katakan! " Tamaki berteriak "Rikkun ada disini! " Tunjuknya "Ia masih ada disini! " Tamaki mulai panik. Ia memang bodoh. Tapi ia tidak cukup bodoh untuk tidak mengerti maksud perkataan Izumi Iori.
"Cepat tarik kembali ucapanmu! " Tamaki mendorong Izumi Iori sedikit keras, menghempaskannya hingga terbentur ujung sofa.
"Rikkun ada didepanmu! Apa kau buta! Hari ini ia dalam kondisi bagus...! Kami makan bersama.. Tampil bersama.." Tamaki menahan tangisnya "Ia bahkan membuatku tidur dengan senandungnya.. Mengusap kepalaku dengan lembut... " Bahu Tamaki sudah naik turun. Isakan tangis akhirnya keluar dari bibirnya "...Apa yang kau katakan Iori... Aku membencimu jika kau berbohong seperti itu.. Uh... Huwaaaa! " Tangisnya pun pecah. Yang lain bahkan tidak bisa menenangkan salah satu idol termuda diantara mereka itu, karena mereka juga harus menahan emosi mereka sendiri.
"Tamaki" Tamaki merasakan seseorang menariknya. "Sshh... Aku disini.. Tidak perlu menangis... " Riku membuat Tamaki jatuh dalam dekapannya. Membelai lembut rambut dan tangan satunya mengelus punggungnya "..shh.. Shh.. " Desisan pelan Riku menggantikan isakan tangis Tamaki.
Tamaki membalas pelukannya bahkan lebih erat. "Rikkun punya kami. Tidak akan kubiarkan kau pergi"
Riku tersenyum kecil "Hai. Hai. Aku tidak akan kemana-mana... " Riku menjangkau Izumi Iori dengan satu tangannya, tangan yang lain masih menenangkan Tamaki.
"Iori... Pasti sakit ya.. Pasti kau kesepian.. Pasti kau menderita.. " Riku mengelap sisa air mata yang mengalir di pipi Izumi Iori dengan lembut "..maafkan aku. Kau pasti masih tidak terima karena aku pergi tiba-tiba... " Izumi Iori menatap Riku dalam "..aku selalu merepotkanmu. Aku harus ingat untuk mengucapkan terima kasih sebelum aku pergi... "
"Nanase... san... " Izumi Iori sesenggukan. "Kami.. Semua sangat menyayangimu. Tidak pernah sekalipun kami lupa dengamu" Izumi Iori mengambil tangan Riku yang berada pada pipinya, kedalam genggaman tangannya. "Yang semua aku katakan benar. Kami semua sukses besar dan bahagia tapi... Semua berubah ketika kau tak lagi bersama kami"
Riku masih mendengarkan Izumi Iori dengan tenang.
Tamaki masih tidak mau melepas pelukannya.
Izumi Iori menggenggam tangannya.
Dan kini... Saudara kembarnya sudah menyandarkan kepalanya pada punggungnya "Riku... Jangan pergi... Aku tidak bisa hidup tanpamu... " gumamnya pelan tapi cukup didengar oleh Riku.
"Tenn-nii... "
"Re:Vale.." Izumi Iori kembali membuka mulutnya "...memang selalu muncul di tv, tapi sudah tidak ada tawa ceria lagi dari mereka, Idolish7 diambang bubar, Trigger tidak pernah tampil bertiga lagi, karena... " Izumi Iori menarik nafasnya "..Kujou Tenn tidak mau bernyanyi lagi"
Riku tersentak mendengar itu semua. Apakah mereka sebegitu menyayanginya?
Apa seberat itu hidup tanpa dirinya?
Orang yang paling sering merepotkan mereka?
"Iori. Bagaiman aku mati? " Pertanyaan Riku sontak membuat suasana semakin berat, untuk bernafaspun sulit.
"Ri-Riku.. Apa yang kau tanyakan... " Momo sudah tidak sanggup lagi mendengar informasi yang paling tidak ingin ia dengar. "Sudah cukup Riku... "
"Aku harus tahu, Iori" Tidak ada lagi yang bisa menghentikan Riku
"Kau.. Kondisimu tiap tahun semakin buruk. Jadwal kami pun harus semakin dikurangi untuk menjagamu tetap baik. Tapi.. "
"Kondisiku semakin parah, benar?"
Izumi Iori mengangguk kecil "Hingga akhirnya... Tidak memungkinkan untukmu bernyanyi dan tampil lagi.. "
Iori menggeratkan genggamannya "Kenapa kau tidak menghentikannya? ketika Nanase-san belum parah?? " Tanyanya dengan lantang "Kau yang paling tahu tentang kondisinya! Kau bisa menghentikannya sebelum terlambat! Apa yang kau lakukan! " Iori bangkit dari tempatnya dan menerjang tubuh dirinya sendiri yang lebih tua itu dengan menarik kerahnya "Jika kau menyuruhnya berhenti, dan ia tidak mau, paksa dia! Daripada kau kehilangannya seumur hidup! Lebih baik dibenci olehnya dari pada kehilangannya dan menyesal! "
"Iori! Cukup! " Mitsuki menarik adiknya menjauh dari Izumi Iori "Bukankah itu sama saja kau yang membunuh Nanase-san secara perlahan?! "
"Iori! Apa yang kau katakan! " Mitsuki menahan rontaan adiknya yang semakin kuat.
"Ya! Aku yang salah! " Izumi Iori berteriak "Pilihan terbaik dalam hidupku adalah membuat Nanase-san menjadi center grup tapi.. Kesalahan terbesarku juga, karena menjadikannya center grup, kondisi Nanase-san semakin memburuk! " tangis Izumi Iori yang sudah mereda kembali pecah "Ini semua salahku! "
Diikuti oleh isakan tangis dari orang-orang disekitar mereka. "Riku... Riku... Riku.. " Tenn hanya membenamkan kepalanya lebih erat pada punggungnya, ia bahkan tidak merespon omongan orang lain seperti biasanya.
Tamaki menjatuhkan kepalanya pada paha Riku dan menangis lebih keras lagi.
Mitsuki menangis sembari terus menahan Iori dalam dekapnnya.
Nagi menutup wajahnya dengan tangannya. Yamato terus bergumam "Sialan. Sialan" membiarkan air matanya berjatuhan. Sougo sudah ikut sesenggukan seperti Izumi Iori.
Yuki dan Momo mengelap beberapa bulir air mata mereka, tapi tidak pernah bisa menghentikannya.
Gaku dan Ryuu memegangi dada mereka yang sesak. Mereka memang tidak mengeluarkan air mata seperti yang lain, tapi dada mereka seperti tertekan benda berat.
"Minna... " Riku menarik nafasnya dalam, setelah itu yang terdengar adalah nyanyiannya yang bergema hingga kesudut ruangan. Suaranya yang lembut menyapu ketegangan dan kesedihan diantara mereka.
Riku terus mengalunkan nada untuk beberapa saat, ketika dirasa suasana sudah sedikit membaik ia menghentikan nyanyiannya.
"Apa kalian sudah tenang? " Riku menatap mereka satu persatu. Izumi Iori dan Tamaki menyeka air mata mereka. Tenn mengangkat kepalanya. Iori dan Mitsuki saling melepaskan diri.
Sougo, Nagi dan Yamato menganggukan kepala mereka pelan. Momo dan Yuki menenangkan diri mereka dengan terus menarik nafas dan mengeluarkannya dengan perlahan.
Gaku dan Ryuu ikut mengangguk dan masih menatap Riku dengan mata sayu.
Riku tersenyum "Bagus. Sekarang dengarkan aku" Riku menarik perhatian mereka semua "Aku tidak pernah menyesal memilih Idol sebagai jalan hidupku. Dengan menjadi idol aku dapat bertemu dengan kalian semua. Idol dengan karakter dan sifat yang berbeda-beda, membuatku ingin berusaha lebih baik disetiap hariku. Disetiap tarikan nafasku"
Riku melirik Momo dan Yuki "Dapat mengenal top idol diusia muda dan bersaing dengan mereka menjadi suatu kepuasan tersendiri untukku. Bertemu Momo-san dan Yuki-san yang selalu menghibur orang lain dengan semangat dan kecerian kalian... Membuatku ikut semangat dalam menjalani hari-hariku"
Momo dan Yuki ingin sekali memeluk Riku erat saat itu. Tapi mereka menahannya.
Riku kini menghadap dua member Trigger "Yaotome-san dan Tsunashi -san. Telah mengajarkan aku cara seorang idol memberikan yang terbaik untuk penggemarnya. Tidak peduli seberapapun kita terjatuh, kita harus tetap tersenyum untuk mereka yang mendukung kita dari awal. Itulah yang menjadikan kalian contoh idol terbaik"
Gaku dan Ryuu hanya dapat tersenyum lembut, merasa bangga Riku menganggap mereka seperti itu.
"Yamato-san" Riku menghadapnya "Aku menghargai caramu yang menjaga kami tanpa mengekang kami. Kau menjaga kami dengan caramu sendiri, mengerti perasaan masing-masing setiap membernya, adalah contoh leader yang baik"
"Sial.. Riku.. Oni-san.. Terharu... " Yamato membalikan badannya, menyembunyikan air mata yang kembali mengalir.
"Mitsuki. Menciptakan suasana yang dapat membuat semua orang nyaman itu tidak mudah. Kau membuat kami bertahan dengan berbagai tekanan. Kau pilar semangat paling kokoh kami"
"Y-Yoshaa.. " Mitsuki mencoba bersorak disela tangisnya.
"Sougo-san. Kau salah satu member yang paling mengkhawatirkan member lain ketimbang dirimu sendiri. Rasa sayangmu pada kami tersampaikan dengan jelas dari tindakanmu. Menutupi segala kekurangan member sebisamu, itu hal yang mengagumkan"
Sougo tersenyum malu "Riku-kun"
"Nagi. Tetaplah menjadi dirimu apa adanya. Nagi yang terlihat mudah didekati, tapi kuat didalam. Yang tidak pernah goyah. Memperhatikan dan mempertahankan ikatan member agar tidak lepas, kau seperti rantai yang mengikat kami"
"Ouh.. Riku... " Nagi tersenyum kecil.
"Tamaki" Tamaki kembali membenamkan kepalanya pada perut Riku, lengannya memeluk pinggang Riku, seakan ia akan pergi jika Tamaki melepasnya. "Adik yang tidak seperti adik. Terkadang kau bersikap manja dan merengek. Tapi terkadang kau bahkan lebih dewasa dariku. Mungkin kita sering bertengkar karena sesuatu yang kekanak-kanakan, tapi itu merupakan waktu yang paling terbaik dalam hidupku. Bersamamu sangat menyenangkan. Aku dapat melepas penatku bila bersamamu"
Riku menarik Tamaki dan mengusap air matanya "Jangan menangis. Air matamu menular padaku. Aku akan ikut menangis"
Lalu Riku menghadap dua orang terakhir. "Tenn-nii. Iori" Riku menarik keduanya dalam dekapnnya "Tenn-nii pergi karena menyayangi aku. Tenni-pergi karena peduli dengannku. Kau lebih mementingkan kondisiku daripada perasaanmu. Jauh dari orang tua dan saudaramu, pergi bersama orang yang asing bagimu.. Maafkan aku terlah membuatmu merasakan semua itu" Tenn mencengkram baju Riku menahan tangisnya "Tapi karenamu. Aku menjadi pribadi yang sedikit lebih kuat. Aku dapat memilih jalan hidupku sendiri dengan yakin tanpa harus selalu mengikuti bayanganmu. Kau adalah inspirasi terbesar dalam hidupku"
Tenn menangis kembali menangis, dibahu Riku.
"Iori. Kau adalah orang pertama yang percaya akan potensiku. Tanpamu aku tidak akan bertemu orang-orang hebat ini. Kau menyokongku dari belakang setiap aku akan terjatuh. Aku lemah dan kau tahu itu. Baik fisik ataupun mentalku. Aku bahkan sering merepotkanmu, tapi kau masih mengikutiku dan menjagaku... Tanpa mengeluh. Apa lagi yang bisa aku katakan padamu? Sebuah rasa terima kasih? Itu tidak akan cukup. Karena itu.. Aku memberikan kenangan bersamaku padamu"
Biip biip
Jam ditangan Izumi Iori sudah berbunyi menandakan waktunya sudah habis.
"...jadi. Izumi Iori. Tidak ada penyesalan satu pun dalam hidupku" Riku tersenyum kearahnya "Jangan menyalahkan dirimu lagi. Aku yakin diriku dimasa depan juga merasakan hal yang sama"
Mereka melihat tubuh Izumi Iori yang semakin memudar dan juga dapat melihat senyuman yang tumbuh di Bibirnya "Nanase-san. Sudah kuduga. Center Idol terbaik tetap dipegang olehmu"
"Kalau begitu sudah waktunya aku pergi.. " Izumi Iori menatap orang-orang disamping Riku.
"Please protect him. Mine is gone forever"
Dengan begitu ia menghilang.
***
Iori membuka matanya perlahan. Sepertinya ia sudah sampai diwaktunya. Diapartemennya.
Klik
Tanpa sengaja tangannya memencet remot tv, membuat scene pada layar terputar kembali.
"...Iori.. " Nanase Riku menghadap kearahnya "Kumohon tetap bersama yang lain... "
"Nanase-san" Iori dapat mendengar suaranya sendiri dari rekaman tersebut.
"...Kalau kau lihat kembali rekaman ini, percayalah. Hidupku sudah bahagia... "
.
.
.
End.
.
.
.
Ba-Bagaimana....?
Plis. Jangan tanyakan dari mana mesin waktu itu :,) anggap saja itu sudah ada.
Oh iya. Aku tidak memasukan Zool. Karena belum begitu mengenal karakter mereka. Jadi susah untuk membawa keluar rasanya.
Terima kasih :) wohooo
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top