Bagian 17 - Menghindar

Alex benar membawa Flower ke mansion nya beserta dokter dan beberapa perawat menyertainya. Alex hanya tidak mau, jalang yang sudah terikat padanya itu mati, karna ulah tangannya sendiri. Flower harus mati di tangannya tanpa bantuan orang lain.

Kini, mansion itu sedikit ramai karna kehadiran dokter dan beberapa perawat yang selalu stand bye  untuk merawat Flower yang belum sadarkan diri.

Saat itu, Alex menghampiri Flower yang masih belum juga sadar. Setiap malam, Alex akan menghampiri Flower di kamarnya, dan ini sudah satu minggu berlalu. Tapi, Flower masih betah dalam tidur lelapnya.

"Kenapa kau sangat betah dalam tidurmu? Bangunlah ...”

Hanya kata itu yang Alex ucapkan selama satu minggu  terakhir. Alex menatap wajah yang sangat damai dalam tidurnya itu. Berbeda sekali, dengan wajah penuh amarah dan kebencian yang dia lihat terakhir kali. Alex mengusap wajah Flower pelan dengan ibu jarinya kemudian keluar dari kamar itu.

Sejak saat itu, Alex semakin sering ke klub. Dia merasa sangat kacau dan kalut. Dan hari ini, dia akan kembali ke klub untuk menghibur dirinya. Apalagi jika bukan untuk  minum atau sekedar menuntaskan gairah bersama para jalangnya.

Dia bersiap dan pergi ke klub dengan beberapa bodyguard nya. Sedangkan bodyguard yang lain tetap dia tempatkan di mansion untuk berjaga-jaga, takut ada sesuatu yang terjadi pada Flower.

Klub Alexander ...

Alex melangkah pelan dengan begitu angkuhnya. Melewati beberapa jalangnya yang menatap memuja. Tapi, saat ini dia benar-benar ingin sendiri dan tak mau di ganggu kecuali oleh minumannya.

Alex menyandarkan tubuhnya ke kursi kebesarannya. Dia memejamkan matanya rapat-rapat, mencoba untuk menjernihkan pikirannya. Dan entah dari mana datangnya, tiba-tiba bayangan Flower yang sedang bersimbah darah muncul dan berputar-putar di otaknya sehingga membuat pikirannya kembali kacau dan ...

Prangggg ...!

“Berengsek!” Alex melemparkan gelas yang dipegangnya, hingga hancur.

"Kenapa harus selalu kau yang muncul di otakku? Pergi! Aku ingin sendiri! Jangan pernah muncul lagi, jalang!” Alex menjambak rambutnya kasar. Dia ingin menghilangkan bayangan Flower yang selalu muncul begitu saja tanpa tau waktu tanpa tau tempat, "Bodyguard! bawakan aku jalang!” teriaknya lagi, dan tak lama muncul seorang wanita berpakaian sangat minim di depannya.

Alex menatapnya dengan pandangan yang sulit diartikan. Wanita itu melangkah sensual mendekat ke arahnya. Dia hanya diam saja saat wanita itu dengan lancang duduk di pangkuannya.

Plak!

“Siapa yang menyuruhmu mencium bibirku, bodoh!” Alex menampar wanita itu dengan kuat,  saat wanita itu mau menciumnya. Masih tinggal beberapa centi, dan Alex sudah menamparnya. Bagaimana jika sampai tersentuh? mungkin Alex akan mencekiknya hingga tewas.

Wanita jalang yang bernama Merry itu, hanya menunduk sambil memegangi pipinya yang kebas dan perih. Dia ingin menunggu, apa yang akan terjadi selanjutnya. Sudah cukup kelancangannya tadi mendapat tamparan dari Alex.

Alex mengangkat Merry ke meja kerjanya. Lalu tanpa pemanasan, dia pun langsung menyatukan tubuh mereka hingga membuat wanita itu sempat memekik. Alex benci, dan marah saat bayangan Flower membuatnya tak bisa menikmati wanita lain.  Dan satu-satunya cara, dia harus memejamkan matanya dan membayangkan jika sedang bercinta dengan jalang pemberontak nya itu.

Alex melenguh. Akhirnya dia mendapatkan pelepasannya juga. Tak lupa mengeluarkan benihnya di perut wanita itu. Dia tak pernah melupakan prinsip hidup yang di pegangnya Teguh.  Dia tidak sudi, punya anak dari seorang jalang!

Wanita itu pun keluar dari ruangan Alex, dengan rasa sakit yang di dapatnya. Sedangkan Alex tersenyum tipis. Kepalanya terasa sedikit ringan, setelah mendapatkan pelepasannya.

****

Sudah 4 hari Alex menenangkan diri di klub. Selalu berada di dekat Flower akan membuatnya semakin tak bisa mengendalikan hatinya. Dan hari itu, dia mendapatkan kabar jika Flower sudah bangun dari tidur panjangnya. Alex pun segera bersiap dan kembali ke mansion tersembunyinya.

Beberapa jam dia lewati dengan resah. Entah bagaimana kondisi Flower setelah dia sadar. Jam 6 pagi, Alex sudah sampai di mansion, dan segera berlari menuju kamar Flower. Tidak tau kenapa? Tapi perasaannya seakan ingin meledak-ledak antara haru, benci dan bahagia.

Pijakan kakinya sampai di kamar Flower. Dan di atas ranjang itu, Alex di suguhkan pemandangan tubuh Flower yang hanya memakai gaun tidur tipis, dan tidur membelakangi pintu. Alex menelan ludahnya kasar. Entah kenapa? Gairahnya yang gila  tersulut api membara hanya karna melihat lekuk tubuh Flower dari belakang.

Alex mengepalkan tangannya kuat. Sekuat tenaga menahan dirinya untuk tidak menerkam Flower saat itu juga. Ia selalu memegang teguh janjinya. Janji untuk menghindar dan tak menyentuh wanita di depannya. Lalu, Bisa-bisanya kau berani mengendalikan diriku? Batinnya memberontak.

Alex menarik nafasnya dan menghembuskannya beberapa kali. Mengontrol dirinya yang mulai kehilangan kendali. Alex melangkah memutari ranjang, dan berhenti tepat di depan wajah Flower. Alex kemudian duduk dan menyejajarkan wajahnya dengan wajah Flower. Alex menatap lekat wajah cantik itu, yang entah sejak kapan selalu di rindukannya.

"Kau sudah terikat padaku, dan selamanya akan menjadi jalangku!” lirihnya dan Alex pun memilih keluar dari kamar itu sebelum dirinya kalap.

Entah kenapa, hanya kata itu yang selalu muncul dalam benaknya. Sedangkan Flower, dia sengaja memejamkan matanya saat mendengar pintu terbuka.

Sebenarnya Flower merasa sangat gugup juga takut. Alex pasti akan langsung menerjangnya, melihat dirinya hanya mengenakan gaun tipis yang memperlihatkan lekuk tubuhnya. Tapi, entah apa yang dipikirkan pria itu? Alex hanya mendekat dan pergi begitu saja, setelah mengucapkan beberapa kata. Aneh!

Setelah Alex benar-benar pergi, Flower menghembuskan nafas lega. Dia bangkit dan segera mengganti pakaiannya. Sebenarnya sudah sejak tadi, ia merasa lapar dan akan turun memasak makanan di dapur. Tapi, mengingat jika Alex akan datang, dia bertingkah seolah sedang tidur untuk mengelabui dan tidak bertatap muka dengan pria itu untuk saat ini.

Alex, langsung masuk ke kamar sebelah. Tubuh Flower tadi, membuat kepalanya seakan ingin meledak karena menahan gairah. Dia bukanlah pria impoten yang tidak akan tergiur dengan mangsa. Bisa dikatakan, dirinya maniak seks.

Alex mengambil ponselnya dan menyuruh bodyguard yang berada di klub untuk membawa jalang yang sudah dia perintahkan.

Alex menjambak rambutnya lagi. Gairahnya tidak bisa dia tahan lagi. Akhirnya, dia memilih ke kamar mandi untuk meredakan gairahnya dengan air dingin. Sialan!  Baru kali ini, ada seorang wanita yang membuatku bermain solo. Batinnya menggerutu.

Setelah merasa lebih baik, Alex memakai pakaian kasualnya. Bergegas menuruni tangga menuju ke dapur. Sepanjang langkahnya, Alex memainkan ponselnya, hingga ...

Brughhhh!!!

“Aduh!”

Alex menabrak Flower kemudian jatuh menindihnya. Flower meringis, kepala belakangnya terbentur lantai agak kuat.

Alex menatap wanita di bawahnya. Ingin rasanya dia melumat bibir merah sedikit terbuka itu. Bibir yang memberikan kehormatan padanya sebagai penikmat pertama. Tapi,
Tidak! Kau harus menahan dirimu Alex. Kau tidak boleh melakukannya... lirihnya dalam hati sambil menggelengkan kepalanya. Hari ini Flower benar-benar menguji pertahanannya.

Flower mengernyit bingung. Biasanya pria itu akan bertingkah mesum dan melakukan sesuatu sesuka hatinya. Tapi, entah kenapa saat ini justru pria itu hanya diam saja?

Alex bangkit, tanpa sepatah kata pun dia mengulurkan tangannya. Flower pun menerima uluran tangan itu, menjabatnya erat hingga tubuhnya tertarik. Kembali, tanpa sepatah kata pun  pria itu duduk di kursi meja makan, hingga membuat Flower kembali mengernyit bingung dengan perubahan 180° nya.

Flower memutari meja, lalu membuat dua cangkir coklat panas. Setelahnya, dia menghangatkan makanan yang dia buat tadi pagi-pagi sekali sebelum Alex datang.

Pria iblis itu sedang tidak waras. Kemesumannya lenyap dan berubah menjadi pendiam sekarang. Aku akan memberikannya penghargaan untuk itu. Yes! hidupku damai ... lirih Flower dalam hati.

Flower menaruh coklat panas itu di depan Alex, menyusul makanan yang dia buat tadi. Setelahnya Flower kembali ke kursinya dan makan dengan tenang.

Alex menaikkan pandangannya. Menatap Flower yang makan dengan anggun di depan sana. Flower bersikap sangat manis padanya, mungkin Flower senang karna sikapnya yang tak mengganggunya lagi. Ya, mungkin hanya itu alasannya, tidak ada yang lain.

Lantas kau mengharapkan apa Alex? Alex memilih mengalihkan pandangannya pada kepul coklat panas di depanya. Flower semakin berani mengobrak-abrik hatinya. 

Alex memakan masakan Flower. Kaget, sudut bibirnya terangkat. Masakan Flower ternyata lebih enak dari masakan bik Emma,  hampir mirip seperti masakan ibunya.

Ternyata, masakan jalang itu enak.

Flower tersenyum samar. Raut wajah Alex begitu kentara saat makan masakannya. Melihat Alex makan masakannya dengan lahap, secara tak sadar membuktikan jika Alex tak begitu merendahkan derajatnya sebagai salah seorang jalangnya.

Kau kira aku bodoh untuk sekedar memasak saja huh?  Lain kali akan ku buat kau pingsan karna masakanku!  Flower terkekeh samar.

Setelah selesai dengan makanannya, Alex membawa cangkir berisi coklat panas buatan Flower tadi dan duduk di ruang tamu. Sedangkan Flower membersihkan meja makan lalu membuat minuman coklat panas dalam porsi lumayan banyak. Cuaca sangat dingin dan para bodyguard itu, tetap siaga di tempatnya. Pria itu Benar-benar tak berperikemanusiaan. Pikirnya.

Alex memperhatikan Flower yang membawa nampan berisi banyak minuman. Sedangkan Flower berjalan acuh melewatinya dan keluar dari mansion tanpa ragu sedikit pun.
Alex mendekati jendela. Dia ingin tau apa yang akan wanita itu lakukan.

"Pagi ... “ sapa Flower pada para penjaga itu.  Mereka hanya menoleh dan mengangguk kilas menjawab sapaannya. Kesalnya, tidak seorang pun beranjak dari tempatnya, dan Flower memutar bola matanya asal. Jengah dengan pemandangan itu setiap harinya.

"Ayolah,  Kalian tidak perlu takut. Tuan menyebalkan itu tidak akan marah hanya karna kalian minum coklat panas buatanku. Dia tidak akan berani menyentuh kalian selama ada aku, percayalah ... “ sambungnya. 

Para bodyguard itu saling berpandangan satu sama lain, dan akhirnya saling melempar senyum lalu menghampiri Flower.

"Kenapa repot-repot, Nona,“ kata salah seorang dari mereka, dan Flower hanya tersenyum.

"Tidak apa-apa. Aku tau kalian sangat kedinginan,” jawabnya sambil memandang jauh hamparan salju di depan sana, “ Tapi, dengan minuman itu, aku juga ingin menyogok kalian!” lanjutnya dengan santai, sambil menjulurkan tangannya menyentuh salju yang turun rintik-rintik.

Brussss!!

Bodyguard itu menyemburkan minumannya mendengarkan kata-kata Flower tadi. Siaga, keselamatan mereka kembali terancam.

“Kami tidak akan pernah mengizinkanmu pergi, Nona, kepala kami taruhannya!” ucap kepala bodyguard itu. Miris. Hidup mereka bergantung pada wanita belia itu.

"Pfftt, hahaha ... ya ampun, pria itu memang menyebalkan ya.” Flower terbahak sambil memegang perutnya.  Bahkan air mata sampai mengalir disudut matanya, “hey, tenang lah. Aku hanya ingin kalian tidak menangkapku, saat aku bermain salju. Please, hanya sebentar ya, ya ... “ pinta Flower dengan memohon.

Mereka bernapas lega, ternyata hanya itu permintaannya dan mereka mengangguk—mengabulkan.

Flower berlari menembus rintik-rintik salju yang dingin menyentuh kulit pucatnya. Tawa bahagia menghiasi wajah cantiknya. Bermain salju merupakan kesenangan tersendiri untuknya.

Dingin, tapi menyejukkan suasana hatinya. Flower merebahkan tubuhnya di atas hamparan salju, memejamkan matanya sambil mengepak-ngepakkan tangan dan kakinya. Puas melakukannya, Flower pun membuat namanya di atas hamparan salju. Rose Flower. Nama yang pernah terenggut karna keterpaksaan.

Senyum perlahan terbit di bibirnya. Kini nama itu sudah kembali dan tak akan pernah meninggalkannya, ataupun seseorang akan kembali merenggutnya paksa. Flower tidak akan pernah membiarkan itu sampai terjadi lagi.

Terakhir, Flower membuat boneka salju yang sangat besar. Mengambil beberapa ranting pohon sebagai pelengkapnya. Menancapkan ranting itu di seluruh bentuk badan boneka salju tersebut.  Itulah bentuk perwujudan Alex menurutnya.

“Hahaha ... “ Flower tertawa terpingkal-pingkal dan mereka yang melihatnya pun juga ikut tertawa.  Mereka mengerti maksud boneka salju menyeramkan itu.

Tak terkecuali pria yang memperhatikan  tingkah Flower sejak tadi. Alex ikut tertawa tipis, walaupun dia tau maksud boneka salju menyeramkan itu adalah dirinya.

Alex mengambil ponselnya, lalu mengambil beberapa gambar wanita cantik yang sedang bahagia karna bermain salju di sana. Entah kenapa, dia sangat ingin mengabadikan momen indah itu. Alex berjalan dan membuka pintu, seketika bodyguard yang duduk berkumpul itu kembali berdiri tegap dan kembali ke tempatnya masing-masing.

Alex menatap mereka tajam, dan mulai melangkah mendekati mereka. Tak ingin melakukan apa-apa, hanya ingin turut serta menikmati suasana. Lalu ...

Puk! 

Sebuah bola salju mendarat di kepalanya, membuat Alex menoleh.

"Hey, Tuan menyebalkan! Jangan memarahi mereka. Balas aku, jika kau gentleman!” teriak Flower sambil memegang bola salju di tangannya.
Alex menghampiri Flower dengan langkah elegan nya seperti biasa. Sedangkan, Flower tetap diam di tempatnya. Dia sama sekali tidak takut dengan  ancaman nyata di depannya. Sedangkan para bodyguard itu sudah melihatnya waswas.

Alex dan Flower sudah berhadapan di jarak yang sangat dekat. Mereka saling melempar pandangan tajam. Alex menunduk dan Flower yang mendongak angkuh. Flower mengambil ancang-ancang menghindar jika sampai Alex memukulnya. Dan tiba-tiba ...

Puk!

“Dasar pria menyebalkan ...! Awas kau!” teriak Flower mengejar Alex yang membalasnya dengan melempar kepalanya dengan bola salju juga.

"Apa kita sedang mimpi? Atau Tuan Alex sudah terbentur sesuatu?” para bodyguard itu melongo. Alex yang biasanya kejam dan tak pandang bulu membunuh lawannya, bermain salju bersama wanita. Wanita yang selalu disiksanya pula.

"Semoga mereka benar-benar terikat dalam takdir,” kata bik Emma yang juga melihat kebersamaan mereka. Bodyguard itu mengangguk, mengamini doanya. Mereka kembali duduk menikmati minuman, juga pemandangan menyejukkan mata di depan sana. Siapa yang tak akan bahagia melihat si penyiksa dan yang tersiksa akur dalam perasaan yang sama?

Bik Emma mengambil kamera di dalam mansion. Dia ingin mengabadikan momen langka itu. Siapa tau, suatu saat dia akan merindukannya.

Alex mengejar dan menimpuki kepala Flower dengan bola salju, begitu pun sebaliknya. Sesekali Alex menangkap dan mengangkat tubuh Flower lebih tinggi darinya dan berputar bersama. Mereka sama-sama tertawa lebar dan terlihat sangat bahagia seolah tak pernah terjadi perang dingin antara keduanya. Entah keajaiban apa yang terjadi hari itu, Alex dan Flower benar- benar menikmati kebersamaannya.

Kau akan tetap bersamaku jalang! lirihnya berbaring telentang sambil memeluk Flower di atas hamparan salju.

Flower menikmati setiap detakan jantung Alex yang terdengar merdu di telinga. Karena pemilik detak jantung ini juga, dia masih bisa bernafas dan memiliki detakan yang sama.

“Alex, terima kasih untuk ... “ belum sampai dia melanjutkan kata-katanya, sebuah mobil hitam datang dan berhenti di dekat mereka.

Seorang wanita dengan jaket tebalnya keluar dari sana. Alex juga secara mengejutkan, melepaskan pelukannya dan meninggalkannya begitu saja. Alex menghampiri wanita itu. Lalu, membawanya masuk ke dalam mansion.

Flower terdiam, dia mematung melihat semua itu. Kenapa aku seperti tidak rela melihat Alex bersama wanita itu. Siapa dia? Flower menatap punggung Alex yang menghilang di balik pintu.

“Argh, apa pedulimu Flow. Ingat, pria itu pria iblis yang sudah menghancurkanmu...“ lirihnya lalu bangkit, melangkah pelan menuju mansion.

Flower menghampiri bik Emma dan bodyguard yang menatap sedih padanya. Flower tau, pasti mereka kasihan melihat nasibnya. Nasib si jalang yang dibuang saat tak lagi dibutuhkan.

"Ya Tuhan .... jangan melihatku seperti itu. Biarkan saja! Tuan kalian itu pria iblis! Apa peduliku? Aku membencinya—tentu saja. So, aku baik saja. Mana mungkin aku sakit hati? Mustahil! Big no! Aku kebagusan untuk dia! “ ucapnya dengan santai hingga membuat para bodyguard itu juga tersenyum.

Flower masuk ke mansion. Sejenak, dia mengajak bik Emma, untuk berkeliling melihat mansion yang indah dengan sentuhan arsitektur klasik itu. Puas berkeliling, Flower pamit dan menuju kamarnya. Dia merebahkan tubuhnya keranjang, lelah. Flower menatap langit-langit kamar. Pikirannya tiba-tiba tertuju pada wanita misterius yang datang menemui Alex tadi.

"Aku tau, pria brengsek itu menghindariku. Dan aku bersyukur untuk itu. Setidaknya hidupku sedikit tenang. Tapi ... siapa wanita tadi?”

Flower memukul  keningnya pelan. Otaknya sedikit bermasalah. bisa-bisanya dia begitu penasaran dengan wanita yang mendatangi Alex tadi, “Argh, kau mulai gila Flow! Mungkin dia kekasih atau jalangnya. Kau harus bersyukur. Dengan begitu, kau akan semakin cepat keluar dari tempat ini dan hidup damai ...” lirihnya sambil memeluk guling dan memejamkan matanya.

Aku sangat merindukanmu Mommy. bagaimana keadaanmu sekarang? kau baik-baik saja ‘kan? Aku di sini, juga baik-baik saja, kau tak perlu khawatir padaku. Secepatnya aku akan mencari cara untuk pergi dari tempat ini. Untuk dua pahlawanku, semoga kalian juga dalam keadaan baik-baik saja, aku juga sangat merindukan kalian berdua.

Flower bangkit dan menuju kamar mandi. Dia ingin membersihkan tubuhnya yang terasa lengket sebelum malam menjelang. Sebentar lagi, dia akan turun ke dapur untuk membantu bik Emma memasak.

"Hari ini sangat melelahkan, tapi juga sangat menyenangkan. Tak ku sangka, pria iblis itu, menyimpan sosok yang menyenangkan. Seandainya saja, bukan dia pria yang membuatku hancur, mungkin aku akan berteman baik dengannya. Tapi itu mustahil, pria itu sangat jahat. Suatu hari nanti, jika aku sudah terbebas darinya, aku ingin menghapus semua tentangnya, bahkan bayangannya sekalipun, ” lirihnya, sambil terus berendam menikmati aroma mawar kesukaannya itu.

Setelah selesai, Flower segera berganti pakaian. Dia memakai rok putih selututnya dan kaos panjang longgar berwarna merah muda.

Flower keluar dari kamarnya, dan saat di tangga dia berpapasan dengan Alex. Alex memandangnya lekat dari bawah ke atas dan dia hanya membuang muka saja. Dia merasa malas harus berurusan dengan Alex sekarang.

Flower menuruni tangga, dan Alex juga melewatinya. Tak ada satu kata pun yang keluar dari mereka. Mereka berjauhan, dan acuh sama lainnya.

Jalang sialan! Kenapa kau membuatku gila!? Argh ... 

Alex memasuki kamarnya yang bersebelahan dengan Flower. Dan di ranjang itu sudah menunggu seorang wanita jalang pesanannya.

Wanita itu tersenyum menggoda, melangkah sensual mendekati Alex yang berdiri di dekat pintu.

"Jane, akan melakukan tugasnya, Tuan ...” lirihnya dengan menggoda, sambil mengelus dada bidang Alex dan mengedipkan mata.


                            

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top