Bagian 13 - Bonneval Surc Arch
Alex membawa Flower jauh dari kota dan keramaian. Dia membawa Flower ke mansion nya yang berada di tempat terpencil. Mansion itu, berada di kaki gunung COL DE I'LSERAN yang saat ini tertutupi salju. Alex yakin. Di tempat itu Flower tak akan bisa lari lagi darinya. Dia akan mengurung wanita itu selamanya.
Di musim dingin seperti ini, salju turun dengan derasnya dan menutupi daerah itu. Tapi, karna kekuasaannya, Alex berhasil sampai di mansion nya dengan bantuan beberapa alat berat yang membersihkan salju agar tak menghalangi laju mobilnya.
Meskipun mansion itu sangat jarang
Alex kunjungi, Alex masih memperkerjakan seorang wanita paruh baya yang selalu merawat dan menjaga kebersihan Mansion itu.
Alex membawa tubuh Flower yang masih tak sadarkan diri ke sebuah kamar miliknya dan membaringkannya di sana. Alex mengikat kedua tangan Flower ke ranjang, takut jika wanita itu bangun dan nekat pergi lagi darinya.
"Kenapa kau sangat berani mempermainkanku? Aku benci dipermainkan! Dan aku akan membuatmu jera atas tindakanmu yang sudah berani kabur dariku. Apalagi, sampai menjadi jalang pria lain ...”
Pandangan Alex, tak lepas dari wajah wanita yang sudah menghilang darinya itu, hingga seseorang masuk ke kamarnya dan mengalihkan perhatiannya.
"Tuan, saya sangat senang Anda mau berkunjung kesini, setelah 1 tahun lamanya. Cuaca sangat dingin, saya membawakan coklat panas, kesukaan Anda,” kata perempuan setengah baya yang merawat mansion Alex sambil meletakkan coklat itu di nakas.
Lalu, pandangan wanita paruh baya itu yang tak sengaja melihat wanita yang terlelap diranjang membuatnya shock. Baru kali ini, tuannya itu membawa seorang wanita ke mansion.
"Dia ... Flower, Bi. Dia akan tinggal di sini. Bantu aku menjaganya, dan mulai sekarang kau persiapkan semua yang dia butuh kan,” ucap Alex setelah melihat keterkejutan pelayannya itu.
Wanita paruh baya bernama Emma itu hanya mengangguk. Kebingungannya semakin menjadi-jadi, manakala dia melihat posisi wanita itu yang terikat.
"Jangan pernah mencoba untuk membuka ikatannya!” ancam Alex sambil menatap tajam pada bik Emma.
bik Emma kembali mengangguk. Tuannya bisa menebak apa yang sedang dipikirkannya.
Pandangan bik Emma terkunci. Dia menatap lekat wajah Flower yang sedang tertidur, atau mungkin saja pingsan.
"Dia cantik, Tuan ...” kata-kata itu terucap begitu saja, dan bik Emma segera menutup mulutnya. Dia menunduk dan segera pamit dari kamar itu. Menghindar dari kemungkinan yang bisa saja terjadi akibat perkataannya.
Alex terdiam, dengan wajah dinginnya. Sejenak, dia menatap Flower lalu berbaring di sampingnya.
“Kau memang cantik. Tapi, aku membencimu. Nikmati tidur nyenyakmu, karena mulai besok, kau akan merasakan akibat karena sudah berani lari dariku,” lirihnya lalu terlelap bersama Flower tanpa bantuan obat tidur lagi.
Benar, Alex tak memerlukan obat tidur lagi karena ketenangannya sudah dia temukan.
****
Flower terbangun dari tidurnya. Kepalanya sangat pusing dan terasa berat. Dia mencoba menggerakkan tangannya, tapi tidak bisa. Setelah membuka mata dan melihat sekelilingnya, dia shock! Dia menyadari jika kamar ini sangat asing untuknya. Dan tangannya, tangannya bahkan terikat ke kepala ranjang.
"Tidak mungkin! Ini mimpi! Semua ini hanya mimpi Flower. Bangunlah, bangun Flower ...”
Flower menggelengkan kepalanya beberapa kali. Tapi, remasan kuat di pinggangnya membuatnya meringis dan secara otomatis membuatnya menoleh ke samping. Flower melototkan matanya lagi. Demi apa, pria kejam itu berbaring di sampingnya.
"Sudah bangun, Jalang?” suara serak dan dingin itu, membuat Flower menggigit bibirnya. Bukan karena apa? Dia merasa terancam. Sesuatu yang buruk pasti akan terjadi padanya.
Pria itu bangun dari tidurnya, dan berdiri di samping ranjang sambil terus menatap tajam pada Flower yang terikat diranjang. Flower menelan salivanya kasar, pikiran negatif bermunculan di otaknya, saat melihat Alex sudah bertelanjang dada dan hanya memakai boxernya saja.
"Lepaskan aku! Lepaskan!” Flower berteriak keras sambil meronta mencoba melepaskan ikatan tangannya. Kuat, ikatan tangannya ternyata sangat kuat. Mustahil melepasnya dengan tenaga kecil yang dimilikinya.
Alex masih tetap diam di tempatnya berpijak, menatapnya lekat dengan senyum kepuasan. Tak beralih sedetik pun dari wajahnya yang pias.
"Katakan sekali lagi, Jalang!” ucap Alex santai meskipun diselimuti amarah.
Flower menatap Alex marah. Pria itu yang menjadikannya jalang lalu menipunya. Lalu, apa salahnya? Kenapa dirinya yang harus diperlakukan seperti tahanan?
"Kubilang lepaskan aku, berengsek!"
Plak!
Flower meringis tertahan. Pria itu menamparnya dengan kuat setelah dia mengucapkan keinginannya. Perih. Ternyata darah mengalir disudut bibirnya.
Alex mendekat lalu mencengkeram dagu Flower erat sampai memerah. Alex merasa sangat marah. Seorang wanita lemah seperti Flower, berani melawannya bahkan memanggilnya berengsek. Dia tak akan segan-segan menyakiti siapa pun yang berani membangkangnya, termasuk Flower sekalipun.
"Kau berani melawanku huh!? Katakan sekali lagi! Aku menantang keberanianmu!” tantang nya mengancam Flower. Dia ingin tau seberapa besar keberanian dan keras kepala wanita 19 tahun itu.
"LEPASKAN AKU PRIA BERENGSEK!”
Flower dengan keberaniannya mengucapkan kalimat itu lagi dengan lantang di depan wajah Alex dan ...
Plak!
Alex kembali menampar pipi sebelahnya lagi, sampai kepala Flower terlempar ke samping.
Lantas apa yang terjadi pada Flower? Flower menegakkan kepalanya. Sebuah senyuman terbit di bibirnya yang merah oleh noda darah. Bahkan Flower tertawa kecil. Tawa mengejek yang sudah jelas tertuju pada pria kejam di depannya.
"Kau memang benar-benar berengsek, Alex!”
Alex yang sudah tak bisa mengontrol emosinya, mencekik leher Flower hingga Flower merasa sesak akan kehabisan nafas. Alex marah? Tentu saja. Wanita remaja itu berani mempermainkan dirinya. Seolah-olah dia tidak ada pengaruhnya sedikit pun. Wanita sialan!.
"Le—pas—kan ... “ suara Flower terbata-bata. Dadanya sesak. Mungkin sebentar lagi, Alex akan benar-benar membunuhnya.
"Tarik ucapanmu! Dan minta ampun padaku. Maka aku akan melepaskanmu, jalang!” Alex mengeram marah. Dia akan memaksa Flower untuk menyerah dan mengakui kekalahannya.
Tangannya terus mencekik. Berharap Flower memilih minta ampun dan berhenti melawannya.
“Ya! Bu—nuh Sa—ja a—aku! Lebih ba—ik aku Mati! Da—ri Pa—da Harus Memo-hon Pa—da pria biadab sepertimu!” sekuat tenaga Flower menyelesaikan kata-katanya. Kali ini, dia harus memperjuangkan harga dirinya walaupun sampai titik darah penghabisan.
Tiba-tiba, Alex melepaskan cekikan nya. Hingga membuat Flower menghirup udara dengan rakusnya. Sialnya, kenapa dia tidak bisa membunuh Flower si pembangkang yang berani melawannya?
Setelah Flower bisa mengontrol dirinya, Flower kembali melancarkan aksinya. Apalagi jika bukan menjadi wanita pembangkang.
“Hahaha ... Tidak bisa membunuh gudang uanmu ini huh!?” ucapnya sambil tertawa pelan. Flower sangat senang melihat Alex terpancing hanya karna ucapannya.
"Kenapa diam, berengsek?! Kenapa tak membunuhku!? Ayo bunuh saja aku!” Flower semakin merasa di atas angin saat Alex masih saja tetap diam, “astaga, aku lupa. Kau masih membutuhkanku, untuk membuatmu menjadi lebih kaya ‘kan?" lanjutnya.
Alex sekuat tenaga menahan amarahnya. Dia terdiam bukan karna apa? Otaknya sedang berpikir keras untuk memberi hukuman setimpal pada satu-satunya wanita yang berani membangkangnya. Sepertinya, dia akan menghukum Flower dengan cara lain, agar wanita yang keras kepala itu menyerah padanya. Melakukan kekerasan seperti tadi, justru tak ada pengaruhnya sama sekali.
Alex naik keranjang dan menduduki paha Flower. Mungkin hanya ini satu-satunya cara, untuk membuat Flower jera mengingat wanita itu begitu menjunjung tinggi harga dirinya.
Flower meronta-ronta dalam ketidakberdayaanya. Dia tidak mau tubuhnya kembali disentuh dan dilecehkan.
“Apa yang akan kau lakukan berengsek! Lepaskan aku! “ Flower meronta dan mencoba menyingkirkan Alex. Tapi dia tidak bisa. Pergerakannya terkunci.
"Dasar jalang! Kau kira, aku tidak tau, jika kau menjadi jalang si Axelendra itu huh!?”
Flower menggeleng kuat. Dari mana Alex tau?
“Kau salah! Aku bukan lagi seorang jalang! Sudah cukup kau menghancurkanku! Menjadikanku jalang gudang uangmu!”
Kembali, Flower membuat Alex mengeram marah. Dia tak peduli lagi. Persetan dengan alasan Flower pergi dari klub. Flower sukses membuat amarahnya benar-benar memuncak.
Alex merobek kasar gaun Flower—membuat tubuh Flower hampir telanjang bulat di bawahnya.
"Kau jalangku! Dan kau akan terikat padaku, sampai kau mati. Camkan itu!” ancamnya dengan menatap Flower tajam, bak singa dengan mata laksana samudera yang siap menerkam.
"Dasar gila! Kubilang, lepaskan aku! Kau tu—emmmphh!”
Flower mendadak bungkam. Bibirnya mengatup karena ciuman tiba-tiba Alex. Pria itu dengan menggebu mencium bibirnya kasar.
Flower terus meronta dengan mencoba menendang, tapi tubuh Alex yang jauh lebih besar darinya, membuatnya benar-benar terkunci dan tak bisa melakukan apa-apa.
Flower hanya bisa pasrah dengan air mata yang mengalir deras. Bahkan tetesan darah mengalir dari bibir sampai ke dagu. Perlawanannya tiada guna. Sia-sia belaka hanya membuang-buang tenaga. Pria yang lembut saat pertama menyentuhnya. Malam ini, berubah menjadi sosok seperti apa adanya dirinya yang
sebenarnya. Iblis yang terkutuk.
Alex kembali menikmati tubuh Flower. Tapi kali ini, dalam konteks yang berbeda. Jika dulu Flower dengan pasrah menyerahkan dirinya, kali ini dengan keterpaksaan.
Beberapa kali, terdengar lenguhan kenikmatan dari mulut Alex yang terus menggempur tubuh Flower tanpa ampun. Dan Flower hanya bisa mengepalkan tangannya yang terikat hingga memutih.
Flower hanya bisa menangis dan sesekali berteriak saat Alex tak memberinya kesempatan untuk bernapas normal.
"Berhenti, berengsek!” Flower mengucapkan kata itu lirih. Dia merasa sangat lemah dan tak sanggup lagi.
Sudah beberapa jam Alex melakukannya dan entah sudah berapa kali, pria itu mendapatkan pelepasannya dan mengeluarkan nya di dalam. Tapi pria itu masih saja, brutal menyetubuhinya seolah tak pernah puas. Bahkan didetik terakhirnya, Alex kembali mendapatkan pelepasannya sedangkan Flower sudah kehilangan kesadarannya.
"Kenapa kau membuatku gila seperti ini? Kau pun masih se nikmat dulu.”
Alex melepaskan penyatuannya, dan terlentang di samping Flower yang sudah tidak berdaya. Dia tersenyum puas, dahaganya selama 1 bulan akhirnya terpuaskan.
Alex berbaring menyamping menghadap Flower yang terlelap. Dia menyangga kepalanya dengan tangan kanannya yang kokoh.
Alex memandang lekat, wajah gadis 19 tahun yang bahkan sudah dia ubah menjadi jalang profesional . Wajah cantik Flower yang lebam, disertai darah yang mengalir disela bibir dan dagunya adalah bukti betapa kejamnya dia.
"Itulah akibatnya jika kau memberontak padaku, dan menjadi jalang pria lain. Mulai saat ini, kau hanya jalangku. Dan hanya aku yang bisa menyakiti dan mengambil hidupmu!“
Alex melepaskan ikatan tangan Flower. Dia mengangkat tubuh lemah dan telanjang Flower, ke kamar mandi lalu menaruhnya dalam bath tub dan memandikannya dengan air hangat. Setelah selesai, Alex kembali mengangkat tubuh lemah itu dan membaringkannya diranjang. Mengikatnya seperti sebelumnya lalu memanggil bik Emma untuk membawakan makanan.
Alex beranjak dan membersihkan dirinya sendiri di kamar mandi. Setelah keluar dari kamar mandi, dia mendapati bik Emma sudah duduk di ranjang, sambil mengusap wajah cantik yang terlelap karena kebiadabannya.
"Apa yang sebenarnya terjadi padamu? Kau terlihat sangat rapuh, Nona. Bangunlah, aku ingin mendengar suaramu ...”
Alex sengaja diam di tempat, sambil menyandarkan tubuhnya ke tembok. Dia masih ingin mendengar dan melihat apa yang akan dilakukan wanita paruh baya itu.
"Bangunlah, Nona. Aku tidak tau siapa kau, tapi begitu melihatmu, aku tau kau wanita baik dan sangat lembut.” bik Emma berkata lirih sambil terus mengusap rambut Flower.
Perlahan mata indah itu terbuka, Flower mengerjapkan matanya beberapa kali sebelum pandangannya tertuju pada wanita paruh baya seperti bik Martha yang saat ini berada di depannya.
Bik Emma, tersenyum. Akhirnya wanita yang dia nantikan untuk terbangun itu, membuka matanya.
“Sudah bangun, Nona?” tanyanya lembut dan Flower menyunggingkan senyumnya. Akhirnya dia bisa memiliki teman, untuk dia ajak bicara. Di sarang iblis itu.
"Bibi siapa?” tanyanya lembut, dan wanita paruh baya itu tersenyum lebar. Benar dugaannya, jika wanita itu wanita yang lemah lembut.
"Saya Bi Emma, Nona. Pelayan di Mansion ini. Nona siapa?” Jawab bik Emma.
"Oh ... aku Rose Flower. Panggil aku Flower Bi ... ” Flower menatap lekat wanita itu. Tampak nya wanita paruh baya itu sangat baik seperti bi Martha.
"Baik, Nona. Saya diperintahkan Tuan untuk menjaga dan mengurus semua keperluan Nona.”
Mendengar penjelasan bi Emma, Flower menggelengkan kepalanya kuat. “Tidak perlu Bibi. Jangan merepotkan dirimu. Lagi pula, aku hanya menunggu ajal menjemputku. Pria berengsek itu akan segera membunuhku." ucap Flower membuat bik Emma menutup mulutnya tak percaya. Bagaimana bisa wanita itu membicarakan kematian? Lalu, dia bilang tuannya yang akan membunuhnya? Bagaimana mungkin? Alex yang dia kenal, sangat baik dan berjiwa besar.
"Jangan bicara seperti itu, Nona. Hidupmu masih sangat panjang ..." kata bik Emma sambil menyentuh bahu Flower. Flower yang kembali merasa diperhatikan dan ada orang yang peduli padanya, kembali menjatuhkan air matanya dengan senyumnya yang merekah. Dia terharu. Entah kenapa, kepedulian seseorang sangat berdampak besar pada hatinya.
"Tuanmu itu sudah membunuhku sejak dari dulu, Bi. Hanya tubuhku saja yang hidup di sini, tapi jiwaku sudah mati. Tapi, aku tidak perlu khawatir. Penderitaanku akan segera berakhir, jika pria itu sudah membuatku mati, seutuhnya!”
Alex yang berdiri di sana mengerutkan keningnya. Dia tak mengerti apa maksud perkataan Flower. Dan anehnya, Flower masih bersikap seperti biasanya. Tidak ada rasa takut dalam tatapan dan nada ucapannya. Itu yang membuatnya semakin penasaran. Flower memiliki sesuatu yang tak dimiliki wanita lain.
Kembali, rahangnya mengeras karena marah. Bagaimana caranya agar wanita itu takut dan takluk padanya?
"Jangan khawatir, jalang. Kau masih merasakan 1 hari bersamaku. Masih ada hari-hari berikutnya yang menanti air matamu. Aku akan semakin membuatmu menderita, sehingga kau akan takluk dan bertekuk lutut memohon ampun padaku ...” Lirihnya masih tetap diam di tempatnya.
"Makanlah, Nona. Kau belum makan ‘kan?”
Flower menggelengkan kepalanya. “Tidak perlu, Bi. Tuanmu akan senang jika aku cepat mati. Sebaiknya kau saja yang makan atau kau bawa saja makanan itu pergi dari sini,” ucap Flower membuat bik Emma menunduk sedih.
Dia tidak tau, masalah apa yang terjadi antara tuannya dan wanita di depannya. Tapi bik Emma tau, jika tuannya memperlakukan wanita itu dengan kasar. Dan bik Emma merasa, dia harus merawat dan melindungi wanita rapuh itu dari kekejaman tuannya.
"Nona, Bibi mohon ... makanlah sedikit saja ya?” bujuk bik Emma tapi, Flower tetap menggelengkan kepalanya.
"Tidak, Bik, terima kasih ...”
“Tapi, Nona, “
"Biarkan saja. Biarkan jalang itu mati!”
Suara berat dan dingin yang terdengar di ruangan itu, sontak membuat dua wanita itu menoleh. Alex di sana dan mulai melangkah mendekat. "Sebaiknya kau keluar, Bik,” perintahnya sambil menatap tajam wajah Flower.
Flower memutar bola matanya asal. Dia jengah dan benci melihat wajah pria berengsek di depannya itu. Flower kembali mendatarkan wajahnya, dan memalingkan muka ke samping saat Alex menatapnya. Muak.
“Kau keras kepala! “
“Dan kau bajingan, Iblis laknat! “
Alex kembali merasakan amarah yang begitu besar. Flower benar-benar keras kepala. Dia mengepalkan tangannya kuat kemudian naik keranjang dan ...
Bughh!
"Aww ...” ringisan Flower terdengar. Alex menendang tubuh Flower mengenai perutnya sehingga membuat Flower terjatuh dari ranjang.
Flower menarik nafasnya kuat. Alex menendangnya kuat sampai-sampai perutnya sakit disertai nyeri bahkan dia kesulitan bernapas. Keadaan tangannya yang masih terikat, membuat Flower hanya bisa sedikit menegakkan tubuhnya. Tangannya berada di atas ranjang sedangkan tubuhnya tergeletak horizontal.
Flower tertawa rendah. Dia kembali memancing amarah Alex dengan tatapan benci dan mengejeknya. Dia masih belum bisa menggerakkan tubuhnya. Tapi untuk melihat Alex yang berdiri angkuh di atas ranjang dia tak akan menyerah.
"Berengsek!” umpatnya pelan, tapi mampu membuat Alex kembali menatapnya marah. Tapi itu bagus. Semakin cepat Alex membunuhnya, semakin cepat hidupnya akan terbebas dari penderitaan.
"Rasakan itu jalang! Nikmati sisa hidupmu atau kau tunduk padaku!“
“Dalam mimpimu! Lebih baik, aku mati! “
“Baik lah! Kau yang meminta,” jawab Alex geram, “ tunggu saja saat-saat aku akan membunuhmu! “ lanjutnya, kemudian keluar dari kamar itu
Flower mulai terisak. Dia mencoba menggerakkan tubuhnya yang terasa kaku karna rasa sakit luar biasa yang berpusat di perut. Dia beringsut menaiki ranjang. Iblis bernama Alex itu, benar-benar tak berperikemanusiaan.
Mommy, Maxi, Axel ... tolong aku.
Gelap. Semuanya terlihat gelap. Tubuhnya nyeri dimana-mana, hingga perlahan rasa sakit itu menghilang seiring kesadarannya. Flower kembali tak sadarkan diri, setelah penyiksaan yang dilakukan Alex hari itu.
***
Tbc
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top