Bagian 12 - Terikat Bersamaku Selamanya


1 bulan berlalu ...

Flower hidup bahagia. Selama 1 bulan terakhir, Axel memperlakukannya dengan sangat baik.  Para pelayan di rumah itu juga sangat baik padanya. Sejauh ini, keadaannya sangat aman dan dia tak perlu takut dan khawatir.

Axel sering menceritakan kehidupannya kepada Flower, begitu pun sebaliknya. Mereka saling terbuka satu sama lain. Kini, mereka berteman sangat dekat, bahkan Axel sudah menganggap Flower adiknya. Itulah sebabnya Axel sangat menjaga keamanan Flower. Dia tidak mau,  jika Flower harus kembali ke dunia hitam itu. Axel sangat tersentuh, saat Flower menceritakan kisah hidupnya. Flower sangat ingin jauh dari dunia jalang itu dan dia akan membantunya.

  Letak rumah Axel yang sedikit tersembunyi dari keramaian, membuat Alex sulit untuk menemukannya dan mereka bersyukur untuk itu. Bukannya Axel tidak tau, jika Alex sudah menyebar anak buahnya ke seluruh penjuru kota untuk menemukan wanita yang saat ini bersembunyi di rumahnya.

"Anna ... Anna ...”

Lamunan Flower buyar  saat seseorang memanggilnya. Hanya satu orang  yang memanggilnya Anna, dan pastilah Axel. Flower beranjak dan menghampiri Axel yang ternyata berada di depan pintu rumah. Melihat penampilan Axel, tampak nya pria itu akan keluar.

Musim dingin sudah tiba. Jika biasanya orang-orang akan memakai pakaian tipis dan santai,  kini pakaian tebal akan menjadi pilihan.

"Ada apa, Tuan Axel!?” tanya Flower saat sudah di depan pria itu.

"Berapa kali sudah kubilang Anna, jangan memanggilku Tuan.  Panggil Axel saja tanpa imbuhan apa pun. Aku sudah menganggapmu adikku, kenapa kau sangat keras kepala huh?!” Axel bersedekap dada di depan Flower, sambil menaikkan sebelah alisnya. Dia selalu di buat jengkel saat Flower memanggilnya dengan sebutan Tuan.

"Baiklah, Axel. Kali ini aku mengalah. Tapi, kau juga harus janji tidak akan memanggilku Anna lagi. Itu bagian dari nama jalangku. Panggil aku Flower,  Shaylenna yang itu sudah mati!“ Flower mengerucutkan bibirnya, membuat Axel yang gemas tak bisa untuk tidak mencubit pipi merona itu.

"Oke, My Sweet little Flow. Aku Janji tidak akan memanggilmu, Anna lagi. Emm ...  sepertinya, aku akan memanggilmu little Flow saja. Terdengar sangat manis! “ kata Axel dan mereka pun tertawa bersama.

"Aku akan mengajakmu dan Bi Martha untuk belanja. Persediaan makanan sudah habis.  Apalagi saat ini musim dingin, aku khawatir akan ada badai salju dan kita tak bisa ke mana-mana ... “ jelasnya dan tentu saja Flower tak menjawab. Berada di keramaian, menjadi ketakutan terbesarnya.

"C’mon little Flow,  aku akan melindungimu. Pakailah jaket dengan penutup kepala. Tidak akan ada yang mengenalimu. Satu bulan ini, kau tidak pernah keluar rumah. Kau butuh udara segar.”

“Aku di rumah saja.” Jawaban Flower, tentu saja Axel mengetahui alasannya.

“Percayalah, aku akan melindungimu.”

Flower pun mengangguk. Perkataan Axel membuatnya yakin meskipun terselip sedikit keraguan. Tapi mengingat kebaikan pria itu, Flower pun menurut dan mengganti pakaiannya.

Flower memakai jaket tebal berbulu, memakai penutup kepala juga masker, untuk jaga-jaga jika dia harus bertemu dengan salah seorang anak buah Alex.

"Pfftt, hahaha ...” Axel tentu saja tertawa terbahak-bahak melihat penampilan Flower. Dan Flower hanya menanggapinya dengan memberengut sambil bertolak pinggang.

"Jika kau tetap menertawakanku, aku tidak akan ikut!” ancam Flower, sambil mengentakkan kakinya kembali masuk ke rumah. Dia kesal. Axel yang memberinya solusi, Axel juga yang menertawakannya.

Tiba-tiba lengan besar memeluk pinggangnya, disertai beban ringan yang menimpa atas kepalanya.

"Jangan marah My little Flow, aku hanya bercanda.  Siapa yang tidak akan tertawa melihat penampilanmu tadi. Kau seperti buronan presiden saja ... “  kata Axel sambil memeluk tubuh mungil  yang pernah dia jamah itu.

"Aku hanya takut. Bagaimana jika di sana, ada yang mengenaliku?” jawab Flower sambil memegang lengan kokoh itu.

"Tidak akan, Sayang.  Percayalah little Flow, aku akan melindungimu,” kata Axel melepaskan pelukannya, dan menggenggam tangan mungil Flower. Flower mengangguk setuju, dan mereka bertiga pun pergi.

2 jam kemudian.

Mereka sudah sampai di pusat perbelanjaan yang terkenal di kota itu. Axel tetap memegang erat tangan Flower dengan bi Martha di samping kiri Flower, membuat Flower merasa aman dan terlindungi. Ya ... walaupun jika terjadi sesuatu, bik Martha pasti hanya akan menjerit histeris.
Sejauh ini, keadaan masih aman terkendali. Tidak terjadi apa pun di sekitar mereka. Mereka dengan santai dan sedikit kewaspadaan, menyelesaikan acara belanja.

Setelah selesai, Axel membawa kedua wanita yang sudah meramaikan rumahnya itu, untuk mampir makan di salah satu restoran yang berada di pusat perbelanjaan itu. Axel sengaja memilih tempat ramai,  untuk menyamarkan keberadaan mereka. Dan akan mudah sembunyi,  jika sewaktu-waktu ada yang mencurigai mereka.

Flower merasa resah dan gemetar sejak tadi. Bagaimanapun, Alex tidak bisa diremehkan. Pria itu, pasti punya banyak mata-mata mengingat kekuasaannya di kota Paris yang cukup berpengaruh. Dengan hentikan jari, pria itu akan mendapatkan semua keinginannya.

Setelah selesai dengan makanannya. Axel segera membawa Flower dan bi Martha kembali ke rumah. Dia tidak bisa mengambil risiko terlalu besar, jika harus berlama-lama di luar bersama Flower. Axel tau, seperti apa pria bernama Alex itu. Pria angkuh yang tidak akan membiarkan miliknya lepas dan dimiliki orang lain.

Flower menghela nafasnya lega, hari ini dia aman dan pulang ke rumah dengan selamat. Dia menjatuhkan diri di sofa begitu sampai, dan melepaskan pakaiannya yang membuatnya seperti terbakar.

Axel dan bi Martha, yang melihat itu hanya terkekeh pelan. Mereka tau, Flower sangat ketakutan, dan dengan pakaian seperti itu, tentu akan membuat wanita itu kepanasan.

"Minum ini, little Flow!  Aku tau kau terpanggang dengan baju seperti tadi ...”  Axel membawakan Flower jus dingin. Flower segera mengambilnya dan menghabiskan  jus itu dalam sekali tegukan.

"Kau tau, Axel. Rasanya, seperti aku sedang menghadapi kematian saja. Aku tidak bisa membayangkan jika pria itu sampai menemukanku ...” desah Flower sambil mengusap wajahnya kasar.  Axel yang melihatnya pun, ikut duduk di sampingnya.

Axel, mengusap lembut rambut panjang Flower. Pandangan mereka bertemu. Flower sangat beruntung, Tuhan mengirimkan seorang malaikat penolong lagi bernama Axel. Jika saja, saat itu Axel tak menariknya, mungkin saat ini, dia masih dalam kuasa seorang Alex dan tetap menjadi jalang.

Flower mengusap wajah pria itu lembut dan pelan, wajah tampan ke tiga yang takdir libatkan dalam lingkaran nasibnya. “Axel ... terima kasih banyak untuk semuanya. Aku berhutang banyak padamu,” kata Flower menatap wajah pria itu dalam dan Axel membalas dengan senyuman.

"Kau adikku, dan aku akan melindungimu sekuat aku mampu. Aku tak pernah merasakan punya seorang adik, dan aku jadi seorang kakak. Tapi, karenamu, aku bisa merasakan semua itu,” jelas Axel menangkup wajah Flower dengan tangan besarnya.

"Aku menyayangimu, Kak. Hiks ... ”

Flower sudah tak bisa memendam rasa bahagianya. Dia memeluk dan menangis di dada Axel. Kali ini, dia bisa merasakan bagaimana rasanya mempunyai seorang kakak, yang benar-benar menyayanginya dan melindunginya. Bukan hanya sekedar ingin menyakitinya dan mengambil keuntungan.

Kenapa little Flow? kenapa harus sebatas adik dan kakak? Jika saja kau tau perasaanku yang sebenarnya ...
Aku sudah menyukaimu sebagai lawan jenis, sejak pertama menyentuhmu. Kau sangat membekas, dan membuatku tak bisa melupakan. Saat itu, aku berniat untuk menjadikanmu kekasihku. Ya ...  walaupun statusmu seorang jalang, tapi aku tetap tak bisa membuang perasaanku. Aku mencintaimu.
Kau membuatku menyadari semua kesalahanku, yang suka mempermainkan banyak wanita. Kini, yang terpenting dalam hidupku, adalah bisa menjagamu, dekat denganmu dan melihatmu selalu bahagia. Itu sudah cukup untukku.

Flower melepas pelukannya, dan mengecup kedua pipi pria tampan yang sudah sangat baik dan melindunginya hingga satu bulan lamanya.

“Sekali lagi, terima kasih untuk semuanya,” ucap Flower dengan wajah sembabnya.

“Sama-sama ... “ balas Axel sambil tersenyum. Bagaimana dia tidak semakin mencintai Flower, jika tingkahnya semanis itu.

  “Oiya, little Flow. Aku harus pergi selama beberapa hari ke Australia. Ada proyek mendadak, dan tak bisa ku wakilkan. Tidak apa-apa kan?” ucap Axel sambil menggenggam tangan wanita itu.

"Tentu saja. Aku akan baik-baik saja disini. Kau jaga diri baik-baik, pulanglah dengan selamat,” jawab Flower membuat Axel tersenyum. Wanita itu, selalu bisa membuat orang tenang dan tak menghawatirkannya.

"Kau harus jaga diri. Hubungi aku, jika terjadi sesuatu di sini. Kau hafal nomorku ‘kan?” tanya Axel lagi dan Flower mengangguk. “Sebentar lagi, aku berangkat dan kau, istirahatlah!” Axel mengecup kening wanita itu, dan pergi menuju kamarnya.

Flower juga memilih masuk ke dalam kamarnya. Di ranjangnya yang menemaninya selama satu bulan itu, dia merebahkan diri. Axel akan pergi, dan seharusnya dia menemani pria itu sebelum pergi.

Flower bangun lagi kemudian mengganti pakaiannya. Dia akan menemani Axel sebelum pergi.

Axel mengemas pakaiannya. Dia tak butuh bantuan pelayan sekarang. Kekacauan yang melanda dirinya, membuatnya beberapa kali, harus meremas rambutnya kasar.  Dia tak rela jika harus berjauhan dengan little Flow nya. Dia merasa ada sebagian dari dirinya yang sudah bergantung pada Flower. Lalu, bagaimana dia akan bisa bernapas normal selama beberapa hari ini?

Axel mengambil ponselnya di saku celana bahannya yang mengkilap. Dia menatap lekat foto Flower yang diambilnya diam-diam.

Senyumnya, kelembutannya dan kebaikannya, adalah perpaduan yang sempurna. Axel sangat beruntung, bisa bertemu dengan wanita secantik dan sebaik Flower. Dia tidak peduli status apa yang disandang Flower. Baginya, status Flower sekarang, adalah korban kekejaman takdir.

"Tetaplah bersamaku little Flow, aku mencintaimu. Tapi, ini belum saatnya kau tau.  Mungkin kau juga tak akan pernah tau. Aku tak bisa egois, untuk mengungkapkannya. Sudah cukup bagiku, bisa melindungimu dan membuatmu bahagia di sisiku.” Axel mengusap sayang foto Flower di ponselnya.

"Hey, apa yang kau lakukan?” tiba-tiba Flower sudah muncul di depannya, membuat Axel menjadi salah tingkah. Bagaimana jika Flower mendengar perkataannya tadi?

"Apa yang kau lakukan disini?” tanya Axel mencoba menghilangkan kegugupannya dengan balik bertanya pada Flower yang duduk di sampingnya.

"Aku hanya ingin menemanimu sebelum kau pergi, apa tidak boleh?” jawab Flower dan Axel menghela nafasnya lega. Flower tidak mendengar perkataannya tadi.

"Emm ... tentu saja boleh. Ayo, Sopirku pasti sudah siap di bawah!” kata Axel, lalu menggandeng tangan Flower dan satunya lagi menyeret terpaksa koper miliknya itu.

Tidak ada pembicaraan di antara mereka sampai di depan pintu rumah. Flower memakaikan jas pada Axel.  Entah kenapa, dia tak bisa menahan air matanya. Rasanya sangat berat, jika pria itu meninggalkannya.

Flower menenggelamkan wajahnya di dada bidang Axel dan terisak disana.  Bahu Flower bergetar dan Axel menyadari jika wanita itu menangisi kepergiannya. Axel memeluk tubuh Flower erat dan mengecupi puncak kepalanya.

"Jangan menangis. Aku hanya akan pergi sebentar saja. Kau tak perlu takut. Tidak akan ada yang menemukanmu, dan tidak akan ada yang menyakitimu. Aku sudah menempatkan 10 bodyguard untuk menjagamu. Sekarang, lihat aku ... “

Axel membawa wajah Flower untuk menatapnya. Dan terlihatlah wajah Flower yang menangis sesenggukan.

"Little Flow, semuanya akan baik-baik saja oke.  Aku benci melihat little Flow ku menangis seperti ini. Tersenyumlah, atau aku akan membatalkan kepergianku,” kata Axel sambil mengusap air mata yang masih mengalir deras itu.

"Tidak perlu. Maaf untuk kelemahanku. Kau harus pergi. Aku akan baik-baik saja disini, aku janji.”

Flower tersenyum sambil menggelengkan kepalanya pelan. Berjauhan dari Axel, tentu saja membuatnya sangat ketakutan.
Axel mengecup keningnya lama, dan seperti biasa Flower akan mengecup kedua pipinya.

"Aku pergi. Bye little Flow, I Miss You,” kata Axel melambaikan tangannya lalu masuk ke sebuah mobil yang akan membawanya pergi.

"I Miss You to, bye ...” Flower tertawa lebar sambil melambaikan tangannya. Flower setia memandangi mobil itu sampai mobil yang membawa Axel menjauh dan tak terlihat lagi.

Flower pun masuk ke dalam rumah dan mengunci pintunya. Para pelayan mungkin sudah tertidur. Keadaan rumah sudah sepi, dan Flower segera ke kamarnya tak lupa mengunci pintunya juga. Dia menjatuhkan dirinya diranjang empuknya kemudian  terlelap bersama mimpi.

"Miss You Mommy, Miss You Maxi, Miss You Axel... “

***

  Beberapa mobil sudah stand bye di jalanan itu. Ya, Alex dan anak buahnya sudah menemukan keberadaan Flower dan sedang menunggu momen di mana pria sok pahlawan itu pergi meninggalkan jalangnya sendiri.

Alex mengepalkan tangannya melihat kedekatan dan kemesraan Flower dengan pria yang dia ketahui bernama Axelendra Thomas itu.

Beraninya kau bermain-main di belakangku! Kau lari dariku, dan menjadi jalang pria lain. Dasar wanita sialan! Aku kira kau akan menjadi wanita baik-baik setelah lari dariku. Tapi ternyata ...
Tunggu aku! Aku sudah menemukanmu dan aku akan membuat sisa hidupmu itu menderita dalam jeratan ku ... Alex membatin penuh tekad.

Alex, memberi aba-aba pada bodyguard nya untuk mengepung dan menaklukkan para bodyguard yang menjaga di rumah itu secara diam-diam.

Alex tidak mau ada keributan, dan membuat Flower berhasil kabur lagi darinya. Dia tak mau mengambil risiko lagi. Dirinya sudah lelah dan sudah habis kesabarannya mencari wanita itu sebulan lamanya.

Tidak sedikit Alex membawa bodyguard, sehingga bodyguard Axel yang kalah jumlah, takluk begitu saja.  Alex  menyuruh anak buahnya untuk menyuntikkan obat tidur pada bodyguard dan pelayan di rumah itu.

Setelah semuanya terkendali, Alex pun keluar dari mobilnya.  Dan kali ini, adalah tugasnya untuk menaklukkan Flower yang berani kabur darinya.

Dengan langkah tegap dan aura dinginnya,  Alex menyusuri rumah itu mencari keberadaan di mana jalangnya berada. Dan sampailah dia sebuah kamar yang diyakininya sebagai tempat Flower.

Alex mengambil pistol nya yang tak bersuara saat ditembakkan. Dia menembak kunci pintu itu,  hingga terbuka. Sedangkan Flower yang masih tak menyadari maut sudah menjemputnya,  masih terlelap dalam tidurnya.

Alex melangkah ke dalam kamar itu, dan tebakannya benar. Flower berada di sana, tertidur lelap diranjangnya. Dia menatap lekat, wajah cantik dan polos yang sedang terlelap itu. Wajah yang sama saat dia pertama kali melihatnya datang ke klub bersama kakak nya.

Alex mendekatkan wajahnya, dan ... Cup! Sadar atau tidak, Alex mengecup lembut bibir tipis dan merah yang pernah menggoda nya itu sehingga membuat pemiliknya membuka mata dan tentu saja shock begitu melihat pria yang dihindarinya sedang berada tepat di depannya. Nyata. Bukan hanya sekedar mimpi.

"Ka—kau!” Flower tergugu. Tubuh nya tiba-tiba saja gemetar, keringat dingin mengalir di keningnya yang mengerut disertai nafasnya yang memburu.

Maut sudah menjemputnya, dan saat ini dia tidak bisa berkutik atau lari lagi.

Alex memejamkan matanya, merasakan hembusan hangat nafas Flower yang menerpa wajahnya. Dia suka. Nyatanya Flower takut padanya.

"Kau akan terikat bersamaku selamanya, Jalang!”

"Arghh ...” Di saat Alex menyebut kata terakhirnya, Flower pun memekik pelan merasakan jarum menembus kulit lengannya.  Kesadarannya perlahan hilang. Nyatanya Alex juga menyuntikkan obat tidur itu padanya.

"Kini, kau kembali padaku dan aku tak akan pernah melepasmu, hingga kau mati ditanganku!” bisik Alex lalu mengangkat tubuh Flower yang sudah hilang kesadarannya.

Alex melangkah pelan melewati para bodyguard yang sudah tak sadarkan diri. Seringaian nampak di bibir tipisnya. Penghuni rumah itu akan tetap tertidur selama 3 hari lamanya karena pengaruh obat tidur yang dibawanya berdosis tinggi.

"Tau rasa kalian! Kalian sudah menyembunyikan wanita ini dan membuatku harus tertidur dengan obat tidur satu bulan lamanya! “

Alex membawa Flower keluar dari rumah itu.  Kali ini, dia jamin tempatnya untuk menyembunyikan wanita itu, akan lebih sulit dan tak akan pernah ada yang menemukannya termasuk pria itu. Bahkan Flower pun hanya bisa bermimpi  keluar dari tempat itu.
Alex menatap wajah Flower di sampingnya,  senyuman misterius tampak di wajahnya.

"Saatnya kau menikmati awal kematianmu jalang...”

****






Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top