いかないで||Teramitsu Twins
Aku punya teman, sepasang anak kembar yang amat bertolak belakang. Mereka baik, sangat baik dan ramah. Mereka adalah duniaku.
Namun, mengapa aku bisa melupakan nama mereka?
いかないで
Teramitsu Twins x Reader
Ikanaide means don't go
Story by : HoshiPhantomhive
Song : Ikanaide - Kaai Yuki
何でもないと口をつぐんだ
Nande mo nai to kuchi wo tsugunda
Bukanlah apa-apa, pikir diriku
ホントはちょっと足を止めたくて
Honto wa chotto ashi wo tometakute
Meski sesungguhnya kuingin hentikan langkahmu
Suara kereta yang datang dan pergi memenuhi telinga. Meski nyaris menyentuh tengah malam, stasiun masih cukup ramai, mungkin dengan orang-orang yang baru pulang selepas lembur di kantor.
Aku duduk di salah satu kursi di sana, lantas menangis sejadi-jadinya.
Aku sama sekali tidak mengerti. Mengapa aku harus ada di sini setiap malamnya? Aku bahkan tidak sedang menunggu kedatangan orang lain. Lantas, mengapa?
Logikaku sama sekali tidak paham. Akan tetapi, hatiku tetap memainkan simfoninya, membuatku semakin tenggelam dalam duka dan keheranan.
Ada satu memori yang terus berputar bagai kaset di dalam kepalaku.
Dua orang lelaki, masing-masing membawa koper yang cukup besar. Dan aku berusaha mengejar mereka. Namun, apa dayaku? Mengucap salam perpisahan saja tidak mampu.
Di malam dingin sepuluh tahun yang lalu, aku hanya bisa menatap punggung mereka yang kian menjauh, lantas menghilang di balik kereta.
Dan aku hanya bisa meratapinya.
だけどもきみは早足ですっと前を行くから
Dakedomo kimi wa hayaashi de sutto mae wo yuku kara
Namun dirimu melangkah begitu cepat di depanku
ぼくはそれを見つめてる
Boku wa sore wo mitsumeteru
Ku hanya bisa memperhatikanmu
Sebenarnya, siapa mereka?
* * *
Rasa hampa memelukku dengan erat, bahkan di tengah keramaian seperti ini. Di tengah malam yang amat penuh dengan warna dan cahaya, aku merasa monokrom.
Samar-samar di dalam ingatanku, ada kenangan yang terus berjalan. Festival malam hari yang ramai, tiga orang anak yang berlarian dengan ceria, dua di antaranya adalah lelaki kembar. Yang seorang berambut hitam, sedangkan yang lain berambut kuning cerah.
"Sepatu (name) jatuh ke dalam selokan!"
Suara tersebut bergema dalam pikiran dan berbagai skenario kembali tersusun sempurna.
Anak perempuan satu-satunya di antara mereka menangis, sepatunya jatuh ke dalam selokan karena tidak berhati-hati. Si kembar terlihat panik, tetapi tetap sigap.
Mereka bekerja sama, salah satu menghibur, membelikan gulali kepada sang gadis, sedangkan kembarannya meraih sepatu tersebut--yang sayangnya menjadi kotor.
"Lain kali hati-hati, ya." Keduanya berujar kompak dan gadis itu hanya bisa mengangguk.
Ada perasaan hangat ketika mengingat kejadian tersebut. Berjalan pulang di malam hari bersama sahabat, bernyanyi-nyanyi, lantas berlari ketika harus berhadapan dengan gang yang gelap.
Sungguh kenangan yang menyenangkan.
Namun, ketika disadari lagi, sekarang semua begitu berbeda. Detik bergulir, musim berganti, dan tahun yang baru pun dilahirkan.
Menyaksikan semua itu dan tumbuh dewasa memang proses yang tidak mudah. Ketika kusadari semua sangat gelap dan bahwa aku kini seorang diri.
Mereka tidak ada. Mereka pergi, ke tempat yang jauh. Dan aku tidak dapat menyapa mereka atau bahkan mengutarakan rasa rindu.
遠くへと 消えていく ぼくを置いてって
Tooku e to kiete yuku boku wo oitette
Kau mulai memudar dari pandangan dan meninggalkanku
完全に また今度 夜が滲んでいく
Kanzen ni mata kondo yoru ga nijindeiku
Malam yang hampa pun kembali datang tanpa kusadari
Sekeras apa pun aku berusaha, mereka tidak pernah kutemui lagi. Jangankan menanyakan kabar, aku saja sudah melupakan nama mereka. Kepingan memori ceria itu perlahan tertutup oleh debu yang amat tebal dan sangat sulit disingkirkan, menyisakan diriku yang senantiasa menunggu di stasiun sampai larut malam, entah menantikan siapa.
* * *
Dan malam ini, kutemukan diriku kembali terpaku di minimarket dekat stasiun. Jam kerja baru saja berakhir dan aku harus menaiki kereta untuk sampai ke rumah. Namun, rasa enggan mencengkeram batinku dengan erat.
Aku tidak ingin masuk ke sana dan membangkitkan memori yang tak jelas keberadaannya. Aku tidak ingin lagi melihat mereka. Aku tidak ingin lagi membayangkan setiap kenangan yang berusaha dilepas dari pikiran.
Tidak bisakah aku hidup dengan sedikit lebih tenang?
Dan jawabannya tentu saja tidak.
Peristiwa nostalgia kembali menjamah imajinasiku, seolah tak senang melihatku menikmati hari barang sedetik pun.
Kali ini, yang muncul ialah ingatan di hari terakhir itu lagi. Masa ketika aku harus melihat mereka pergi.
Ah, seandainya pada waktu itu aku bisa menahan mereka, mungkin berbincang, mengubah apa yang sudah dirangkai sedemikian rupa oleh takdir. Mungkin semuanya tidak akan seperti saat ini.
Meski sebenarnya, ada sesuatu--hanya satu--yang hendak kukatakan kepada mereka.
"Jangan pergi."
泣いちゃだめ 泣いちゃだめ でもホントは言いたいよ
Naicha dame naicha dame demo honto wa iitai yo
Jangan menangis, jangan menangis, namun ingin kuteriakkan
「いかないで」
"Ikanai de"
Janganlah pergi
* * *
"Hei, Nona! Bangunlah!"
Sebuah suara mengejutkanku. Apakah aku baru saja tertidur? Lantas, apakah memoriku tadi hanya sebatas mimpi yang berusaha memanjakan.
"Hei, (name)."
Aku mengerutkan dahi. Apa aku baru saja berhalusinasi? Suara itu memanggilku, lagi dan lagi, hingga kuputuskan untuk menengok.
Kemudian, aku melihat mereka, sepasang anak kembar dengan netra biru yang cemerlang. Salah seorangnya--yang memanggilku--berambut kuning cerah. Di belakangnya, berdiri sang kakak kembar yang tengah membaca.
"K-Kalian...?"
Mereka tersenyum, tetap kompak seperti dahulu. "Lama tak bertemu, (name)."
-End-
09.04.2020
Happy birthday Teramitsu Twins!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top