027 - Harem Pilar x Male Reader
Fandom : Kimetsu no Yaiba
Character : All Male Pilar
___________________________________________
Aku seorang Iblis, namun aku juga bisa menjadi manusia. Namaku sendiri pun tak tahu, karena aku selalu hidup di ruang gelap ini. Aku tidak tahu apa-apa.
Tubuhku dirantai, jadi bergerak pun tidak bisa. Aku tidak makan maupun minum, aku sendiri tidak paham mengapa aku masih hidup. Yang kulakukan hanya tidur –karena setidaknya aku bisa bermimpi dimana aku tidak berada di ruangan gelap ini, namun di suatu tempat dimana aku bebas dan bahagia.
Hm, apa itu bahagia? Aku tak mengerti. Aku juga tidak ingat kapan dan dimana aku mendengar kata tersebut.
Cekrek.
“Hey, saatnya keluar.”
Aku tidak mengerti. Mengapa tiba-tiba aku dilepaskan? Dan pergi keluar dari ruangan ini? Begitu banyak hal yang aku tidak ketahui.
“Gelap.”
“Tentu saja, ini malam hari, kau akan menjadi abu jika keluar saat matahari terbit.”
Malam ... langitnya berkilauan.
“Sini, aku akan memandikanmu.”
Aku diam, membiarkan dia melakukan semuanya. Lagipula siapa orang ini? Sudah lama sekali aku tidak melihat seseorang.
“Kamu?”
“Ah, maaf belum memperkenalkan diri. Aku Pilar Api, Kyojuro Rengoku! Salam kenal (M/n).”
“Rengoku? (M/n), namaku?”
“Ya! Siapa lagi?”
(M/n). Namaku.
“Oh? Kau tersenyum! Yup, itu hal yang bagus untuk hari pertama kau keluar dari ruangan itu,” Rengoku lalu menyiramku dengan air hangat untuk menghilangkan sabun di tubuhku, “selesai, ayo kita langsung ke kamar.”
Rengoku mengelap air di tubuhku dengan handuk, lalu memakaikan kimono berwarna hitam padaku.
“Aku akan mengajarimu banyak hal disini.”
Dia menyuruhku duduk di futon, dan dia duduk dengan menghadap ke arahku. Ia buka lebar kakinya.
“Dengar, aku akan mengajarimu oral seks terlebih dahulu, sekarang buka mulutmu lebar-lebar.”
Aku membuka mulutku sesuai perintahnya, taring di gigiku terlihat jelas sekarang.
“Lalu masukkan ini ke mulutmu, lakukan perlahan, jangan menggigit.”
Aku memegang bagian bawahnya yang berdiri, dan menjilatnya terlebih dahulu, baru kumasukkan ke dalam mulutku perlahan, rasanya penuh sekali, aku tak bisa memasukkan seluruh bagian bawahnya ke dalam mulutku.
“Sini biar kubantu,” Rengoku memegang kepalaku, kemudian berulang-ulang menusukkan bagian bawahnya sampai ada cairan putih yang keluar dan meluap di mulutku, “telan.”
Gulp. Rasanya ... enak, ini pertama kalinya kurasakan.
“Enak,” aku menatap ke atas sambil tersenyum.
“Oke, bagus sekali! Sekarang aku akan mempersiapkan lubang ini agar penisku bisa masuk dengan mudah.”
Dia membuka sesuatu yang berisi cairan, semua ia pakai di tangannya dan dimasukkannya jari pertama ke dalam diriku.
“Dengar, kau harus bisa melayani yang lainnya seperti ini juga. Jangan tutup mulutmu, keluarkan saja suaramu tanpa perlu menahannya,” Rengoku berbisik sambil memainkan bagian dalamku dengan jarinya yang panjang dan besar.
“Su-sudah ... cukup ... rasanya aneh, haa!”
“Kalau kau merasa seperti itu, itu artinya kau menikmatinya, ayo coba ucapkan ‘aku ingin penis milik Rengoku masuk ke dalam ku’.”
Aku mengucapkannya, dan Rengoku langsung bergerak memasukkan Penisnya ke dalamku.
“Aah!”
“Hey, relaks, jangan terlalu tegang begitu,” Rengoku menciumku dan itu membuatku sedikit tenang.
Dia menusuk lebih dalam lagi, sampai ujung.
“Tidak, disitu! Uugh ....”
Dia terus menyentuh tempat itu berulang kali, membuat cairan keluar dari penisku. Disaat yang sama dia sepertinya juga mengeluarkan cairan ke dalam tubuhku.
“Haa ... haa ...,” napas ... sedikit sesak.
“Kau tahu? Tempat yang membuatmu merasa sangat ... nikmat tadi itu karena aku menyentuh ‘prostat’ milikmu.”
Rengoku tertawa dan aku pun menyadari bahwa kita masih terhubung di bawah sana. Aku membuka lebar mulutku.
“Ayo kita lanjutkan, sesi belajarnya sudah cukup.”
“Mmh ... fuu ... ngh ... haa,”
“Mm, kau suka berciuman?”
Aku tidak tahu ... berapa lama kami melanjutkannya.
***
“Yo, akhirnya kau bangun juga, iblis,” aku bangun dengan keadaan baju rapi dan bersih, apa Rengoku yang melakukannya?
Melihat wajah seseorang yang di depanku, berambut putih, wajah sangar ....
“Pilar Angin ... Shinazugawa Sanemi.”
“Oh, baguslah kau sudah mengetahuiku, akan kuberi kau hadiah.”
Aku diam dan menatapnya dengan gugup.
“Berbaliklah, dan naikkan pinggulmu, buka jalan masuknya dengan tanganmu dan memohonlah padaku.”
“Sanemi ... kumohon beri aku cairanmu yang banyak kesini,” aku mengucapkannya dengan pose sesuai arahan Sanemi, ditambah dengan meliriknya sedikit.
“Huh, tidak buruk untuk seorang iblis kecil!” Sanemi lalu dengan cepat menusuk ke dalamku.
“Ah! Ah! Haa!”
“Ugh–!”
Sangat kasar, berbeda dengan Rengoku yang melakukannya dengan lembut. Uh, ini sedikit menyakitkan.
“Tutup mulutmu,” Sanemi menekan kepalaku ke futon, dan membuatku sulit bernapas, juga bersuara.
Aku berusaha bergerak untuk bernapas, tapi usahaku sia-sia melawan Sanemi, ditambah tubuhku juga lemas akibat dia terus memasukiku dengan kecepatan yang sama.
Aku tidak paham. Suaraku pun tak mau keluar lagi, dan kini Sanemi sudah selesai dan mengeluarkan spermanya di dalamku.
Dia mengeluarkan penisnya, lalu menarikku agar aku duduk, sementara ia berbaring.
“Sekarang kau yang bergerak, cepatlah iblis,” Sanemi menatap sinis kepadaku, membuatku merinding, takut akan apa yang dia lakukan padaku nanti jika aku menolak.
“Baik ...,” aku terus mencoba untuk memasukkan penisnya ke dalam, namun rasanya sulit, tidak masuk-masuk, “uh.”
“Kelamaan!” teriak Sanemi, ia lalu memegang pahaku dan dengan arah yang pas, penisnya sudah masuk sekarang, “bergeraklah sendiri sampai aku ejakulasi lagi.”
“Baik, Sanemi.”
“Uh, haa ... ah, hn ...,” jika kugerakkan sendiri, rasanya sangat berbeda, aku bisa ejakulasi kapanpun.
Sanemi hanya diam sambil memejamkan matanya, dikala aku sangat terangsang. Aku sudah berejakulasi namun Sanemi masih belum, dia menyuruhku untuk terus bergerak. Ah ... aku tidak tahu lagi, yang kuinginkan hanyalah sperma yang akan dia keluarkan di dalamku.
“Ah, uh–!” dia mengeluarkan begitu banyak di dalamku, dapat kulihat beberapa menetes dan mengalir keluar ....
“Haah, biar aku saja yang melanjutkan,” Sanemi menukar posisi kita lagi, dan menekanku, “dengar, jangan berisik.”
Saat akan memasukkan penisnya lagi, Sanemi melakukannya sambil mencekik leherku. Aku mencoba sekuat tenaga untuk melepaskannya, namun napas dan tenagaku habis sudah, pandanganku gelap.
***
“Kasihan sekali,” kudengar suara seseorang yang berbeda lagi, kali ini terdengar lebih berat. Aku merasakan ada lap juga di dahiku, dingin dan nyaman.
“Oh, kau sudah bangun? Beristirahatlah sedikit lagi, nak,” orang ini ... dia begitu pengertian.
“Oh, tidak, aku tidak apa-apa,” kutatap dari atas sampai bawah, “kau?”
“Pilar Batu, Himejima Gyoumei.”
“Pilar ... uhm, Gyoumei,” aku duduk dan perlahan mendekatinya, “apa aku juga akan melayanimu seperti Rengoku dan Sanemi?”
“Tidak, aku sudah melakukannya saat kau masih belum sadar tadi, kau cukup istirahat saja, tubuh sekecil ini jangan dipaksakan, kasihan.”
“Baiklah ...,” aku disuruh untuk berbaring kembali sementara dia hanya duduk berpaling dariku.
“... aku merasa kasihan kau dilahirkan sebagai iblis,” gumamnya pelan, tapi masih terdengar olehku.
“Tidak apa-apa, terimakasih!”
Setelahnya, Gyoumei pergi begitu saja, meninggalkanku disini. Tapi apa benar dia melakukannya saat aku tidur?
Hm, rasanya seperti iya, tapi tidak juga–
“Uwah!” aku langsung terjatuh ketika akan berdiri, kakiku gemetar, ya, aku jadi yakin Gyoumei sudah melakukan seks denganku.
“Urgh!" aku mual dan ingin ke kamar mandi tapi tidak bisa dengan kondisi seperti ini.
Apa aku akan bertahan untuk kedepannya? Sejak keluar aku hanya melakukan seks, tidur, hanya itu.
Tapi setiap aku bangun, rasanya segar dan sudah nyaman, tubuhku tidak terasa lengket.
Kurasa saat ini aku akan berbaring saja, duduk hanya akan membuatku tambah mual.
***
“Oh? Hey kau, wajahmu boleh juga,” pria tinggi, bersurai putih, berdiri di depan pintu yang baru terbuka, “aku Pilar Suara, Uzui Tengen, kau?”
“(M/n)!” tidak tahu kenapa, aku merasa sedikit nyaman dengan orang ini. Bukan berarti aku benci pilar yang lain, hanya saja aromanya berbeda, sedikit unik.
“Aku baru saja menghabiskan waktu dengan istriku, dan sekarang giliranmu untuk menghiburku,” Tengen menutup pintu dan berjalan mendekatiku, “perlihatkan aku keindahan tubuh dan jiwamu.”
Tanpa basa basi, dia singkirkan selimut yang menutupiku. Bajuku juga ia buka, sehingga kini tubuhku sudah terlihat olehnya.
“Hm, tubuh yang bagus, dan mereka menandaimu juga haha,” Tengen menciumi perutku dan terasa agak sakit, “oke, kutinggalkan disini saja, kissmark.”
Aku membuka kakiku, dengan mengangkatnya sedikit, “silakan.”
“Hou? Kalau begitu selamat makan~” Tengen tak menunda, dia langsung memasukkan penisnya.
Herannya bisa langsung masuk ... dan rasanya aku sudah basah saja.
“Jadi iblis enak bukan (M/n)? Kau tidak perlu lotion, karena kau terus mengeluarkan cairan dari dalam sini–!” ucap Tengen di saat sedang seks denganku.
“Ahn! Ah! Tidak! Jug– ah!”
“Ayo, kau masih muda jadi harus bersemangat, dengan begitu kau juga akan semakin indah.”
“Baik– ah, haa!”
Tengen sangat berpengalaman, seksnya terasa sangat nikmat. Aku ingin lebih, dan merasakannya terus.
“Bersiaplah, aku akan menemanimu sampai puas (M/n),” Tengen memberiku ciuman dalam yang putus-putus. Tak apa, begini rasanya enak.
Semakin lama, aku tambah tahan untuk seks dalam jangka yang panjang.
***
Setelah Tengen pergi, aku tambah menanti-nanti orang berikutnya. Bagian bawahku tak bisa tenang, rasanya basah terus.
“Disini iblisnya?”
“Obanai Iguro?”
“Iya, langsung saja iblis, aku akan membiusmu sedikit.”
Ular yang ia bawa, menggigitku. Ya aku langsung tidak sadarkan diri.
Beberapa saat kemudian.
“Aah, uh? Kau bangun?” ketika bangun, dia langsung berbicara denganku, tatapannya terlihat sangat menawan.
Dan tentu saja, penisnya sudah di dalamku. Rasanya seperti sudah menjadi satu jika bangun dalam keadaan seperti ini. Seks, sangat nikmat~
“Aku selesai, sekarang aku akan pergi.”
Eh?
Sreek.
Kita pun selesai seks tanpa aku menyadarinya, dan hanya merasakan sensasi kosong karena dia langsung pergi.
***
Tak menunggu lama, orang berikutnya datang. Dia mendekatiku dan langsung menindihku.
“Hm ....”
“Hm?”
“Seks ....”
“....”
Dia membuka pelan bajuku dan juga bajunya. Dia tubuhnya terlatih juga. Kemudian ia mainkan penisku dengan tangannya, sementara mulutnya memainkan lubangku.
“Tuan, uh, jangan disitu–!” tak mendengarkanku, dia malah terus membuatku terangsang dan akhirnya aku berejakulasi.
“Selesai.”
“Belum!” aku menarik dia agar tak pergi, “aku ingin penismu di dalam anusku!”
“Oke?”
Dia langsung memasukkan penisnya, dan mendorong dengan pelan.
“Hei, lebih cepat? Aku sudah tidak tahan ... haa ...,” dia justru memegangku dan tetap melakukannya dengan pelan, rasanya sangat aneh uh! Jik terlalu pelan aku bisa keluar saat dia menariknya.
Aku hampir mencapai klimaks, dan sepertinya dia juga.
“Sekarang selesai?” dia segera merapikan bajunya dan juga bajuku lalu pergi, menutup pintu, membiarkanku sendiri lagi disini.
***
“Kau,” oh, ada orang lagi.
“Halo,” aku menyapanya sambil tersenyum.
“(M/n)?”
“Iya! Kau?”
“Tomioka Giyuu, Pilar Air.”
“Mau seks denganku, Giyuu?” tanyaku asal.
“Ayo,” jawabnya segera.
Aku sudah tak memakai baju, jadi aku mendekatinya. Aku buka celananya dan memberinya blow job. Giyuu bersandar pada dinding, sambil memegang kepalaku. Sesekali ia elus kepalaku, membuatku makin senang melakukan blow job padanya.
Dia belum berejakulasi, tapi langsung menukar posisiku dengannya. Aku berdiri bersandar pada tembok, dan Giyuu memposisikan penisnya di lubang masuk ke dalam anusku.
Giyuu mengangkat kakiku jadi aku berpegangan padanya dengan erat. Agar tidak jatuh. Dia menciumku saat memasukkan penisnya, rasa sakitnya seperti hilang setiap aku berciuman.
Seksnya normal, hanya posisinya yang melelahkan, aku harus terus berpegangan, tapi itu membuatku makin dekat dengan Giyuu.
“(M/n), mau berapa kali?”
“Terserah Giyuu.”
Jawabanku malah membuatnya melakukan seks sampai aku mencapai batasku.
***
“Yo, (M/n)! Sekarang giliranku lagi!”
“Baik!”
Ya, aku menjadi candu dengan seks karena mereka tetap datang setiap hari bergantian.
___________________________________________
Hai, author balik dengan updatean.
Kemarin ada double seme, kalau ini digilir sedesa /gagitu.
Nggak tau kenapa, ini bikin multi rada cape, kaga kelar-kelar lama jadinya, sorry :'D
Btw, kalau Author bikin merch kalian mau beli ndak? Kalau iya merch apa? Ini baru bikin keychain sama omanjuu si, haha, ntar ada card khusus kalau buat kalian.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top