Chapter 5. Meeting [EDITED]

Tenda-tenda kecil telah di bangun, masih bertempat di area konser Idolish7 hanya saja acara kali ini terfokus pada areal outdoor. Barisan para fans telah berderet cukup panjang, sementara masing-masing member Idolish7 telah bersiap di berbagai posisi yang telah ditentukan.

Terbiasa menghadapi para fans secara bersama-sama, membuat mereka cukup canggung saat harus berinteraksi dengan fans secara individu, bahkan dalam interaksi yang cukup dekat. Beruntung setiap tenda terhubung satu sama lain, setidaknya mereka tahu letak teman-temannya berada sehingga membuat mereka dapat merasakan kehadiran satu sama lain.

Hampir semua tenda memiliki barisan yang ramai, para fans yang dapat mengunjungi seluruh idol membuat selisih jumlah pengunjung tidak jauh berbeda satu sama lain.

Dalam tenda Iori yang sedang sibuk tak henti-hentinya Iori memasang senyum ramahnya. Setidaknya ia selalu memiliki panduan dan pedoman untuk menghadapi fans dan menjaga citranya dengan baik. Hal ini tertera dalam ‘Strategi promosi Idolish7’ yang secara khusus di tulis oleh dirinya sendiri dalam notebooknya.

“Kyaa Iori-kun kau sangat keren,” pekikan serupa selalu terdengar seolah menjadi tradisi sambutan yang lumrah saat mereka pertama kali bertemu.

“Teruslah bersemangat,”ungkapan kedua yang akrab terdengar juga sudah melekat dalam benak Iori yang tentunya ia balas dengan anggukan mantap. Mengingat ia telah memilih jalan menjadi idol tentunya ia akan terus bersemangat menekuninya.

“Melihat seorang anak muda seperti mu, membuatku ikut termotivasi,” Iori mengangkat alisnya saat mendapati obrolan yang cukup berbeda dari wanita yang terlihat memasuki usia awal 30-an. Mayoritas pengunjungnya adalah gadis muda yang masih duduk di bangku sekolah, hingga gadis yang baru memasuki usia awal 20 an. Ia tidak memperkirakan ini, mengingat pandangan orang yang lebih berumur, tidak akan terlalu berharap banyak darinya.

“Ah apa kau terkejut? Karena wanita seusiaku mengantri untuk bertemu denganmu. Seseorang yang jauh lebih muda dariku?” ujarnya tampak geli mendapati raut terkejut yang Iori pasang.

“Maaf atas kelancanganku, aku tidak bermaksud menyinggungmu sama sekali,” ujar Iori menunduk kecil, menyampaikan permintaan maafnya dengan tulus.

Melihat sikap polosnya, wanita itu tertawa dengan anggun menyikapinya. Seseorang yang telah matang secara usia dan pemikiran memang berbeda, “Kau tahu, pandangan kita saat memasuki usia dewasa akan berbeda saat kita masih muda. Usianya yang matang membuat kita tidak berhenti berpikir. Karena itu kita cenderung memilih jalan yang aman dan stabil, dengan waktu yang sibuk membuat kita akan berhenti memikirkan hal lain.”

Dengan seksama Iori mendengarkan penuturannya, “Tapi suatu ketika aku melihat penampilan kalian, anak-anak muda yang tampak bebas. Kalian tersenyum dengan tulus tak peduli dunia apa yang sedang ada di hadapan kalian. Dan aku sangat mengangumimu yang bisa menghadapi dunia ini dengan berani di usia yang masih muda.”

“Bersikap dewasa bukan terpaut dengan angka usia yang telah kita capai. Dan memiliki kebebasan juga tidak terbatas hanya untuk mereka yang masih muda. Setiap orang berhak menentukan pilihannya sendiri tanpa harus menahan diri. Terima kasih karena sudah menyadarkanku,” pungkasnya.

“Aku hanya melakukan apa yang ku inginkan, aku merasa tidak membantu banyak,” ujar Iori tenang, meski tak di pungkiri ia merasa tersentuh dengan perkataannya.

“Tidak, itu tidak benar. Menunjukkan keberanian kalian pada dunia, membuat kami ikut tersadar akan sesuatu. Aku yakin tidak hanya aku yang tersadar hanya karena keberadaan kalian.” Dengan senyum lembut Iori membalas uluran tangannya, kali ini ia menerima ucapan terima kasihnya dengan senang hati.

“Ah satu hal lagi,” ujarnya sebelum berbalik pergi, “Aku sudah keluar dari pekerjaanku yang membosankan, dan sedang menikmati hidupku. Membuka sebuah café dan berharap akan bertemu dengan pria tampan yang mau mengencaniku,” imbuhnya lagi terkekeh pelan.

“Aku turut berdoa agar pria itu segera datang,” balas Iori tertawa pelan.

“Aw kali ini aku menjadi sangat gemas denganmu, andai usia kita tidak terpaut jauh.” ujarnya memekik gemas. Melihat kehebohannya sebelum pergi, Iori menggeleng tak percaya, seolah-olah obrolan mendalam seputar kehidupan di usia dewasa berasal dari orang yang benar-benar berbeda.

—The Way of Song by tetsurii—

“Kyaaa Mitsuki-chan kau sangat imut dan bersemangat membuatku ingin terus bekerja keras,” ujar fans Mitsuki girang.

“Ehehe aku merasa malu mendengarnya,” balas Mitsuki tersemu merah bergitu mendapati reaksi yang sering ia dengar saat menyambut para fansnya. Meski dalam hatinya ia juga menanti reaksi lain saat melihatnya, bukan berarti ia tak senang dengan pandangan para fans terhadapnya. Ia selalu berterima kasih atas dukungan dan keberadaan mereka untuknya, itu sudah lebih dari cukup untuk Mitsuki. Hanya saja … bolehkah ia sedikit berharap ada di antara fansnya yang memiliki pandangan berbeda untuknya.

“Mitsuki-kun, kau sangat keren.” ujar seorang gadis seusia dirinya, dengan senyum ramah Mitsuki menjabat tangannya berterima kasih dengan tulus atas pujiannya.

“Kau juga terlihat jantan dan kuat!” imbuhnya lagi, membuat Mitsuki membeku untuk beberapa saat sebelum mennggoyangkan tangannya ke atas dan ke bawah dengan penuh semangat membalas acara jabat tangannya.

Dengan tawa ramah, gadis itu menatapnya terhibur dengan tingkah Mitsuki yang kentara, “Jadi kau lebih bahagia saat dipuji seperti itu,” ujarnya membuat Mitsuki tersadar seketika dari euforianya.

“Ah bukan seperti itu, aku suka semua dengan pujian kalian, ehehe. Tapi harus ku akui aku juga sangat bahagia saat ada seseorang yang melihatku seperti itu,” balas Mitsuki tersipu malu, entah siapa idol dan siapa fansnya, tampaknya mereka telah bertukar peran dalam acara ini.

“Caramu berbicara, caramu bertindak, dan caramu mengendalikan membermu itu terlihat seperti  … uhm, seperti Mitsuki-kun sekali!”

“Ah jadi kau bisa melihatku dengan jelas huh, setidaknya kau tidak akan salah mengenaliku hingga menjadi Yamato-san atau Nagi atau bahkan Tamaki dan member lainnya,” ujar Mitsuki membalasnya dengan candaan.

“Maksudku kau terlihat sangat kuat, yaa seperti itu maksudku,” ujar gadis itu kembali membenarkan kalimatnya.

“Ahahah kau tidak perlu gugup seperti itu, terima kasih sudah mengenali kekuatanku dengan baik.”

“Untuk yang satu ini member yang lain tidak akan protes sama sekali,” imbuhnya lagi terkikik geli, teringat beberapa kilasan balik memorinya bersama panci, wajan, hingga centong kayu di dapur, bahkan acara adu pukulnya dengan Yamato yang masih hangat di ingatan.

“Terima kasih sudah mendukung kami selama ini, aku akan selalu menunjukkan kekuatanku kepada kalian,” ujar Mitsuki melambai dengan penuh semangat ketika fansnya pergi.

Berpindah ke tenda sebelahnya, tempat keberadaan Sang leader yang tampak sibuk menjalankan tugasnya, “Silahkan datang lagi ke konser kami, Onii-san akan selalu menanti kalian,” ucapan selamat tinggal yang sudah menjadi pakem untuk Yamato ucapkan seiring kepergian fansnya secara satu per satu.

Hingga maniknya bergulir saat mendapati pengunjungnya yang baru tiba. Gadis yang masih sangat muda menurutnya, Yamato memperkirakan bahwa ia masih duduk di bangku SMP.

“Ano—“ bahkan sikap malu-malunya yang menggemaskan membuat Yamato sedikit merasa bersalah karena itu ditujukan padanya.
‘Setidaknya ini bukan tindakan criminal bukan? Siapa saja tolong yakinkan aku kalau ini bukan kejahatan,’ Yamato sibuk merapal dalam hati, tak lupa terus menjaga senyumnya meski ujung bibirnya agak berkedut canggung.

“Aku ingin mengucapkan terima kasih. Terima kasih karena terus bernyanyi.”

“Terima kasih karena mau bertemu denganku!” ujarnya atau lebih tepatnya berteriak. Mendapati ucapan terima kasih yang tak biasa, Yamato makin canggung, sambil berharap teriakannya tidak akan terdengar hingga keluar.

“Ah maafkan aku, karena gugup aku mengatakannya terlalu keras,” ujar Sang gadis seketika memerah karena malu.

“Tidak usah dipikirkan, Onii-san sudah terbiasa mengahadapi teriakan member lain yang lebih berisik,” Yamato dengan sigap menenangkannya.

“A—Jadi aku berisik ya,” gumaman lirih yang masih dapat terdengar membuat Yamato seketika merasa bersalah, ‘Ini kejahatan, aku melakukan tindak kriminal karena membuat sedih gadis di bawah umur!’ pekikan panik terdengar kacau dalam batinnya.

“Ahh  bukan seperti itu, oh benar. Apa kau mau ini?” ujar Yamato segera mengeluarkan permen manis dari saku bajunya.

“Jangan khawatir, ini aman. Member yang lain terkadang sering mengeluh karena bosan atau lapar, jadi aku berjaga-jaga untuk membawa ini agar mengalihkan perhatiannya.” Jelas Yamato sambil mengingat Tamaki yang sering mengeluh, dan Riku yang kadang terlalu aktif hingga kelelahan. Setidaknya permen bisa membuat mereka teralihkan dan berdiam diri untuk beberapa saat.

“Te-Terima kasih banyak!” ujar Sang gadis membungkukkan tubuhnya 90º.

“Itu bukan apa-apa, kau gadis yang bersemangat ya,” ujar Yamato menggaruk kepalanya canggung karena lagi-lagi mendapati teriakannya.

“Onii-san kagum dengan semangatmu, kau tahu di usia sepertiku dan dikelilingi manusia penuh semangat membuatku … hm bisa kubilang,”

“Sedikit berbeda?” ujarnya tak yakin dengan pemilihan katanya dengan gadis yang lebih muda darinya.

Hingga tak lama terdengar tawa riang dari gadis di depannya hingga membuat Yamato menghembuskan nafasnya lega, “Kau juga selalu bersemangat Yamato-san,” ujarnya tersenyum lembut.

Melihat Yamato mengangkat alisnya heran, Sang gadis kembali membuka suaranya, “Matamu selalu berbinar cerah saat di panggung bersama temanmu, meski kau terlihat tenang tapi matamu tidak berhenti berteriak penuh semangat,” ujarnya lagi dengan peragaan yang cukup imut bagi Yamato.

“Hehh benarkah? Haruskah Onii-san menunjukkan kedipan matanya sekarang?” tanya Yamato jahil.

“Hehh tidak perlu, itu akan merepotkanmu,” ujarnya sangat gugup. “Terima kasih banyak karena sudah mau berbicara denganku. Aku selalu mengagumi sikap lembutmu dengan para fans dan juga membermu,” ujarnya sebelum pergi.

“Hei,” Yamato menghentikannya sejenak sebelum gadis itu benar-benar pergi.

“Hati-hati di jalan, Onii-san senang dengan kunjunganmu,” imbuhnya lagi mengedipkan sebelah matanya.

“Huwahuwaa, TERIMA KASIH BANYAK!” dengan wajah yang memerah kacau, lagi-lagi gadis itu berteriak kencang karena kegugupannya.

“Oy Ossan, apa kau menakuti gadis kecil?” pertanyaan menjurus ke tuduhan terdengar dari belakangnya saat seseorang menyibak tirai tendanya.

“Diamlah Mitsu, jangan menghancurkan kebahagiaanku setelah bertemu dengannya,” dengus Yamato.

“Itu kejahatan Ossan,” lagi-lagi Mitsuki mencibirnya sambil mengkerutkan wajahnya.

“Tutup. Mulutmu. Dan. Kembali. Ke. Tempat.” ujar Yamato penuh penekanan tak ingin meladeninya lebih lanjut.


—The Way of Song by tetsurii—

“Apa masih banyak yang mengantri di luar sana,” gumam Tamaki, menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi. Kaki jenjangnya selonjoran lurus di bawah meja berniat untuk beristirahat sejenak.

“Ano—“ gumaman lirih terdengar di depan mejanya, Tamaki yang sejenak memejamkan matanya kini celingukan ke kanan dan ke kiri sebelum akhirnya bangkit. Tubuh tingginya membuat ia dengan mudah memajukan badannya untuk mengintip apa yang ada di balik meja.

“Apa yang kau lakukan di bawah sana?” tanya Tamaki dengan tampang polosnya.

“Ah aku berniat mengambil permenku yang jatuh,” ujarnya tampak malu-malu, bocah laki-laki yang tampaknya masih duduk di bangku Sekolah Dasar menunjuk ke arah bawah mejanya.

“Ini milikmu,” dengan tenang Tamaki mengambilkannya, meski pengunjungnya kali ini agak tak biasa, Tamaki masih menanggapinya dengan tenang seperti biasanya.

“Apa kau mau? Aku berniat membaginya,” ujar bocah itu mengulurkan permen lollipop berwarna merah muda, bisa Tamaki tebak itu adalah rasa strawberry, belakangan sudah menjadi favoritnya sejak Yamato mencekokinya di beberapa kesempatan.

“Woah kau sangat baik, Yama-san selalu memberikan yang seperti ini padaku,” ujar Tamaki sumringah seketika.

Melihat pemberiannya di terima dengan senang hati, bocah itu turut memasang senyum lebarnya merasa lega, “Kalau begitu, apa kau suka ousama pudding? Kita bisa bertukar,” ujar Tamaki tak segan menerima secara cuma-cuma.

“Aku bisa pastikan rasanya adalah yang terbaik, dan tenang saja aku belum memakannya. Jadi itu sepenuhnya untukmu,” imbuhnya lagi dengan cepat menambahkan sambil menunjukkan cengirannya.

“Aku tidak boleh menerima pemberian sembarang orang, tapi …,” gumam Sang anak tampak bimbang.

“Benar juga, Yama-san dan Sou-chan juga sering mengomeliku tentang ini,” Tamaki ikut bimbang melihat lollipop di depannya. Suasana suram di antara keduanya menguar untuk beberapa saat, sebelum dengan semangat Tamaki menemukan solusinya.

“Hei kau adalah penggemarku bukan?” tanya Tamaki yang segera di angguki penuh semangat oleh Sang anak.

“Dan aku adalah idolamu, jadi kita bukan sembarang orang,” imbuhnya lagi kini menunjuk dirinya sendiri. Dengan senyum puas Sang anak menganggukinya tampak setuju dengan keputusan ini.

“Kau datang dengan siapa?” tanya Tamaki lagi kini penasaran.

“Nee-chan, dia menungguku di depan.”

“Kau bisa memutuskan untuk memakan ini setelah menanyakan pada kakakmu,” ujar Tamaki kembali ke topik pertukaran makanan manis mereka.

Lagi-lagi sang anak mengangguk semangat hingga Tamaki khawatir jika kepalanya akan lepas, “Apa kau juga akan menanyakannya pada temanmu sebelum memakannya?” tanya Sang anak menatap Tamaki dengan polos.

Tamaki yang tak siap mendapat pertanyaan seperti itu tampak berkonflik dengan batinnya untuk beberapa saat, “Aku sudah besar, tapi … kurasa aku akan bertanya dulu pada mereka,” ujar Tamaki mengingat posisi Sougo ada di dekatnya jadi ia tidak merasa keberatan.

“Kalau begitu terima kasih banyak untuk puddingnya,” ujar Sang anak tersenyum lebar.

“Terima kasih juga untuk permennya,” balas Tamaki dengan cengirannya.

“Aku sangat ingin bertemu denganmu setelah melihatmu menari dan menyanyi tadi. Itu sangat keren, kau tiba-tiba meloncat tinggi dan juga duwaa melakukan gerakan lainnya yang terlihat rumit, kau juga tampak bersenang-senang di atas sana,” jelas Sang anak dengan peragaan tangannya ala anak seusia dirinya.

Dengan senyum yang tak penah luntur, Tamaki ikut menggerakkan tubuhnya tanpa sadar terbawa semangat dan emosi bahagianya, “Apa aku juga bisa sepertimu?” tanya Sang anak kini kembali ke rasa penasarannya.

“Tentu saja, kau bisa menari kapan pun kamu mau, dan kau juga bisa mengajak teman-temanmu untuk ikut bersenang-senang. Tapi, jika kau belum menemukannya, jangan patah semangat. Teruslah gerakkan tubuhmu dan menari dengan bebas, suatu saat nanti teman yang kau cari akan datang,” ujar Tamaki menjelaskannya dengan tenang.

“Aku—aku akan belajar menari mulai sekarang, Nee-chan juga suka menari dan menyanyi, aku akan belajar darinya.”

“Itu terdengar jauh lebih bagus, selamat bersenang-senang,” balas Tamaki mengangguk puas.

“Terima kasih karena sudah mengobrol denganku, sampai jumpa lagi Tamaki nii-chan,” seru Sang anak melambai penuh semangat dan akhirnya berlari pergi.

Mendengar panggilan yang tertuju untuknya, manik aquamarinenya melembut menampakkan rasa kerinduan yang tersimpan selama ini. “Aku seperti punya adik lagi sekarang,” ujar Tamaki terkekeh pelan.

“Terima kasih sudah datang ke konser kami,” ujar Sougo menyapa fansnya dengan sopan.

“Sama-sama Sougo-san, tentu saja aku akan terus berusaha untuk datang ke konser kalian di masa yang akan datang. Bahkan secara khusus aku juga akan datang jika Mezzo melakukan pertunjukkan.”

Sebelum Sougo membalasnya lagi, suara tak asing mengintrupsinya dari arah belakang. “Sou-chan, aku mendapatkan permen dari fansku, apa aku boleh memakannya sekarang?” tanya Tamaki.

Menarik nafasnya sejenak, Sougo menatap canggung fans di depannya merasa tak enak hati, “Tamaki-kun, makanlah saat tidak ada orang di depanmu. Akan tidak sopan jika kau memakannya saat mengobrol,” ujar Sougo mengingatkan.

“Hehh asal tidak ketahuan tidak masalah bukan?” tanya Tamaki masih mengeluh.

Mendapati tatapan tak ingin di bantah dari Sougo, seketika Tamaki menelan keluhannya kembali, “Ha’iiii aku akan lakukan nanti,” gumamnya sambil menggerutu, “Ah maafkan aku, aku tidak tahu kalau sedang ada orang lain,” imbuhnya lagi saat menyadari kehadiran orang lain.

“Aahhaha tidak masalah, aku senang bisa melihat kalian berdua sekaligus,” ujar wanita di depan Sougo menarik senyum manisnya.

Hingga Tamaki akhirnya kembali ketempatnya mereka berdua kembali melanjutkan obrolan, “Kalian berdua terlihat lebih akrab saat di belakang panggung,” ujar wanita itu menatap Sougo lembut.

“Benarkah? Kami baru bertemu saat di agensi, jadi hubungan kami masih baru di bangun. Tapi syukurlah jika orang lain melihat kami sudah mulai dekat,” balas Sougo tersipu malu.

“Aku mengagumi Sougo-san yang seperti itu, aku juga mengagumi Mezzo secara khusus,” wanita itu kembali membuka suaranya.

“Terima kasih banyak karena selalu mendukung kami, kami akan terus berusaha ke depannya untuk menghibur kalian,” balas Sougo mengutarakan tekadnya.

Lagi-lagi wanita itu terkikik pelan, suaranya terdengar lembut, “Apa kau pernah merasa kesal dengan sikap partnermu? Atau kau pernah marah karena suatu hal?” tanyanya lagi.
Untuk sejenak Sougo tampak berpikir dalam, ‘Aku tidak mungkin mengatakannya secara terang-terangan jika aku kesal dengan Tamaki-kun, atau kita sering bertengkar. Akan jadi skandal buruk untuk kami,’ pikirnya menimang-nimang.

“Yahh Tamaki-kun memiliki kepribadian yang bebas, aku hanya perlu berusaha untuk memahaminya. Dalam urusan hal-hal kecil, kurasa kami sempat berbeda pendapat untuk beberapa kali,” jelas Sougo berusaha berahti-hati dengan pemilihan katanya.

“Aku mengerti, aku bisa melihatnya dengan jelas,” ujar wanita itu tenang, “Aku juga memiliki adik, dia keras kepala, kadang juga menjengkelkan. Melihat cara kalian berinteraksi, aku teringat dengan adikku.”

“Melihatmu, membuatku tersadar untuk memahami adikku lebih baik lagi. Dan kurasa meski terkadang menyebalkan, ia selalu menyampaikan rasa sayangnya padaku dengan caranya sendiri. Karena perbedaan cara bersikap, aku sering menyalah artikannya. Terima kasih sudah menyadarkanku Sougo-san,” ujarnya lembut.

“A-Aku tidak berbuat sebanyak itu kurasa, aku hanya …,” ujar Sougo kelabakan mendapati ucapan terima kasih yang seperti ini.

“Ahaha tidak perlu merasa gugup Sougo-san, kami para fansmu bisa melihat dengan baik bagaimana sikap tegas tapi juga lembut yang selalu kau pancarkan terhadap membermu. Kau orang yang sangat baik, itu sebabnya kami mengagumi selama ini.”

“Kurasa aku juga harus berterima kasih, terima kasih sudah menyampaikan hal baik seperti ini padaku. Aku bahagia mendengarnya, ke depannya tolong dukung kami juga,” balas Sougo tulus berterima kasih.

“Tentu saja, semangat terus Idolish7! Semangat Mezzo! Semangat Sougo-san!” seru wanita itu penuh semangat sebelum akhirnya benar-benar pergi.

“Pekerjaan seperti ini benar-benar tidak buruk,” gumam Sougo tampak lega.

Oh welcome my beautifull lad—ah it’s young gentleman,” ujar Nagi segera meralatnya setelah melihat fansnya kali ini.

“Maaf jika mengecewakanmu,” dengus laki-laki muda yang baru saja datang.

“No, aku selalu menyambut siapa saja. itu dikenal sebagai orang yang adil,” jelas Nagi dengan bangga membantahnya.

“Ahaha caramu berbicara memang  lucu,” ujarnya tak bisa menahan tawanya lebih lama, “Apa itu yang membuat para gadis jatuh padamu?” tanyanya lagi penasaran.

“Hm, aku tidak merasa sedang melucu,” gumam Nagi tampak berpikir, “Dan aku tidak pernah menjatuhkan para gadis, justru aku ingin membuat mereka terbang.”

“Bagaimana caranya?” tanya laki-laki itu menyela dengan cepat, saat tersadar apa yang baru saja ia katakan seketika wajahnya bersemu merah. “Maksudku, aku ingin memberi tahu pada temanku, dia memiliki masalah dengan perempuan,” imbuhnya cepat-cepat dengan manik matanya yang bergerak acak karena panik.

“Oh benarkah? Aku jadi teringat penjual soba dekat dorm yang di patah hati dalam kurun waktu 5 menit,” ujar Nagi tiba-tiba teringat seseorang, “Ah apa itu menyinggungmu? Maaf aku tidak bermaksud,” Nagi kembali menambahkan saat menyadari suasana suram di depannya.

“Yah, aku tidak pernah mengatakannya secara langsung. Kami menonton konser bersama hari ini, dan dia baru menemuimu beberapa saat lalu. Sejak di bangku sekolah, aku sudah mengenalnya dekat. Tapi aku tidak pernah memiliki keberanian untuk mengungkapkannya. Masih ada besok, besok kita akan bertemu lagi, ya kita akan selalu bersama. Pemikiran seperti itu membuatku selalu menundanya, tapi aku seketika tersadar, batas waktu tiba-tiba datang. Ia akan pergi jauh untuk beberapa waktu, dan aku masih takut untuk mengatakan padanya,” jelasnya lagi, tanpa sadar ia lupa kisah tentang temannya dan langsung membongkar dirinya sendiri.

“Oh jadi itu tentangmu,” balas Nagi menceplosnya begitu saja, “Tunggu apalagi, kau harus mengatakannya setelah ini.”

“Tapi—“

“No, seorang gentleman tidak akan membuat seorang lady menunggu terlalu lama. Seperti yang ku katakan sebelumnya, biarkan ia terbang tapi jangan lupa beri tempat ia untuk kembali. Beri tahu padanya bahwa kau akan menunggu kepulangannya, kau akan menjadi tempat pendaratan terbaik dan siap membahagiakannya setiap saat,” sela Nagi menatapnya tersenyum lembut.

Dengan wajah percaya diri laki-laki itu menatap Nagi lurus, “Tidak sia-sia aku membawanya ke konser kalian, dia adalah fansmu sejak awal,” ujarnya bergegas pergi untuk menemui wanitanya.

“Heii Nagi-san, sepertinya aku juga akan menjadi fansmu. Dikonser berikutnya kami akan datang sebagai sepasang kekasih.”

“Wow aku tidak berniat membuka biro jodoh atau klinik percintaan,” senyumnya masih tertahan melihat tempat laki-laki itu berdiri yang sudah kosong, “Tapi jika berhasil kurasa aku memang berbakat dengan wanita,” ujar Nagi mengedikkan bahunya pelan.


—The Way of Song by tetsurii—

“Ah selamat datang, terima kasih sudah datang ke konser kami,”ujar Riku dengan ramah menyapa fansnya yang baru saja datang.

“Ya tadi konser yang luar biasa.” Kali ini fans pria yang sepertinya berusia awal 20-an datang mengunjunginya, “Sebenarnya aku datang untuk adik perempuanku,” imbuhnya lagi tersenyum lembut.

“Benarkah? Ku harap nyanyian kami bisa mencapai adikmu,” ujar Riku sumringah.

Mengangguk kecil, laki-laki itu kembali tersenyum teringat adiknya, “Kami berjanji untuk datang ke konser kalian, tapi beberapa hari yang lalu kondisinya kembali menurun. Ia sedang di rawat di rumah sakit saat ini.”

“Jadi dia sedang sakit …,” ujar Riku melirih, tatapannya menyendu saat memikirkannya, “Tapi aku yakin dia sedang kegirangan menunggu kepulanganku, meski sakit adikku selalu penuh semangat.”

“Terkadang, aku justru merasa kalah darinya. Ia jauh lebih kuat, ia juga tak pernah menyerah, senyumnya sangat cantik dan tidak pernah luntur. Pemikiran untuk menggantikan posisinya selalu datang saat aku tidak bisa berbuat apa-apa tentang sakitnya,” imbuhnya tersenyum kecut.

“Kau ada,” ujar Riku membantahnya, “Kau selalu ada untuknya, itu bukan ‘tidak berbuat apa-apa’ adikmu kuat karena dirimu, adikmu tidak menyerah karena dirimu, dan adikmu terus tersenyum karena dirimu. Kau sudah berbuat banyak untuknya, bukankah kau datang ke konser kami demi dia juga?” tanya Riku lembut.

“Ya itu benar,” balasnya kini merasa lebih lega.

“Adakah yang bisa ku lakukan untuknya?” tanya Riku kembali menawarkannya.

“Ah maukah kau menandatangi ini, ini buku cerita favoritnya sebelum tidur.”

Dengan senang hati Riku menandatanginya, “Ini buku favoritku juga, saat kecil aku sering membacanya sebelum tidur,” ujar Riku mengenali buku dongeng di tangannya.

“Benarkah? Adikku akan makin senang mendengar ini, sepertinya aku harus mempersiapkan diri untuk membacakannya setiap hari,” ujarnya terkekeh pelan.

“Ahaha berjuanglah,” balas Riku menyemangatinya, “Apa aku bisa meminjam rekorder atau ponselmu?” tanya Riku tampak gugup. Dengan ragu pria di depannya memberikan apa yang Riku butuhkan, “Aku ingin bernyanyi untuknya, berharap agar ia cepat sembuh, apa boleh?” tanya Riku malu-malu.

“Tentu saja! justru aku yang ingin bertanya, apa kau tidak keberatan?”

“Ya dengan senang hati aku melakukannya, tapi jangan katakan pada siapa pun ya. Ini misi rahasia,” ujarnya Riku mengedipkan salah satu matanya.

“Terima kasih banyak Riku-san.”
Mereka semua nampak bahagia bisa berada dengan idola mereka, begitu pun para idol mereka bersyukur bisa langsung mendengar suara fansnya dari dekat, satu hal yang pasti baik dari pihak keduanya sangat bersyukur akan acara ini.

“Nanase-san kau baik-baik saja bukan?” tanya Iori yang tendanya berada disamping kiri tenda Riku, sesekali leadernya yang juga berada di samping kanan juga mengawasi centernya. Mengingat kondisinya saat ini ia bisa tumbang kapan pun.
“Iori aku baik-baik saja. Bertemu para fans juga dapat mengobatiku,” ujar Riku tersenyum lebar.

“Syukurlah kalau begitu,” Iori tersenyum lembut melihatnya.

“Riku kurasa lebih baik kau beristirahat saja. Akan kusampaikan pada lainnya nanti,” ujar Yamato menawarkan, ia sedikit ragu melihat membernya yang kian pucat terlebih hari sudah sore.

“Tidak aku ingin mengikuti rapatnya, aku masih sanggup Yamato-san,” Riku membantahnya tegas.

“Meskipun ku katakan ini perintahku sebagai leader apa kau akan tetap melawan?” tanya Yamato menatapnya lurus.

Riku tampak terkejut, “Maaf Yamato-san tapi aku ingin melakukan yang terbaik, aku tahu batasanku dan aku masih sanggup,” ujar Riku membalas tatapan Yamato berusaha menunjukkan keyakinannya.

“Hah baiklah, kuharap ini tidak akan memakan waktu lama,” ujar Yamato mengalah, ia memang tak bisa jika berurusan dengan hal yang seperti ini.

Yang lain hanya menghela napas sudah menduga jawaban dari Riku, “Minna-san kurasa mereka sudah tiba, kita harus segera kesana,” Tsumugi mengingatkan, segera bersiap menuju lokasi tempat mereka akan melakukan rapat bersama untuk memutuskan konser kolaborasi di acara White day nanti.

.

The Way of Song

IDOLiSH7 Fanfiction

By tetsurii
.


Butuh beberapa menit menempuh perjalanan dengan mini van perusahaan menuju gedung tempat pertemuan akan di adakan. Sebagian dari mereka memutuskan untuk makan camilan manis atau merilekskan punggungnya. Setibanya di tempat, dengan langkah cepat mereka bergegas menunju ruangan yang telah di tentukan.

Beruntung mereka masih belum terlambat, meski Re-vale dan Trigger sudah tiba. Namun, nampaknya mereka masih menunggu direktur acara beberapa orang dari pihak sponsor yang belum menunjukkan kehadirannya.

“Yah kurasa kita belum terlambat bukan?” gumamYamato menghembuskan nafasnya berat.

“Syukurlah masih sempat,” imbuh Sougo ikut merasa lega.

“Permisi semuanya maaf karena kami baru tiba,” ujar Tsumugi mewakilkan, diikuti seluruh member Idolish7 yang ikut membungkukkan badannya.

“Ohoho junior imut kita sudah sampai Yuki,” Momo menyambut kedatangan  mereka dengan penuh semangat.

“Momo biarkan mereka duduk dulu,” tegur Yuki mengingatkannya.

“Ah maafkan aku, kalian beristirahatlah sejenak. Kami masih menunggu beberapa orang,” ujar Momo merasa bersalah saat menyadari raut kelelahan yang kentara dari juniornya.

“Kudengar kalian mengadakan konser sebelum ini, sayang aku tidak bisa melihatnya,” ujar Ryunosuke merasa menyesal.

“Lain kali kau harus datang Ryuu aniki, aku mendapatkan permen dari fansku,” ujar Tamaki dengan bangga.

“Kau masih saja memamerkan permenmu huh,” dengus Iori.

“Iorin bilang saja kau iri karena tidak mendapatkannya,” Tamaki mencibirnya tak mau kalah.

Melihat kedatangan mereka, suasana menjadi lebih riang, “Kalian selalu bersenang-senang dimana pun itu ya,” ujar Gaku menatap mereka geli.

“Kau tidak tahu saja jika mereka sudah di luar kendali Yaotome,” ujar Yamato mengingatkan pengalamannya.

Tenn yang sedari duduk diam dengan tenang, tatapannya tak pernah lepas dari Riku yang sedari tadi tidak membuka suaranya. Maniknya menyipit tajam saat menyadari raut pucat yang berusaha Riku sembunyikan dengan susah payah.

“Nanase-san, apa kau baik-baik saja?” tanya Tenn membuat Riku tersentak dari lamunanya.

“Ah aku baik-baik saja Te-Kujo-san,” ujar Riku segera membenarkan panggilannya mengingat mereka sedang dalam pertemuan formal.

Tak menerima mentah-mentah jawabannya, Tenn memilih untuk menguliknya dari sumber lain, “Izumi Iori, apa dia baik-baik saja?” bisik Tenn yang berada disamping Iori.

“Kau sangat megenalnya bukan, dia sedang demam saat ini dan menolak untuk kembali lebih dulu,” Iori menjelaskannya selirih mungkin.

“Apa dia bodoh?!” dengus Tenn kesal mengepalkan tangannya, jika pengendalian dirinya tidak baik bisa dipastikan ia sudah meneriaki adikknya.

“Ada apa Tenn?” tanya Gaku yang merasa sikap Tenn sedikit aneh.

“Bukan apa-apa,” Tenn membalasnya dengan senyum yang selalu membuat siapa saja merinding.

“Gaku apa kau mengajaknya berkelahi?” tanya Ryunosuke berbisik lirih, radarnya sedikit berkedut khawatir jika ada pertengkaran lagi di antara keduanya.

“Tidak aku bahkan belum memulainya,” balas Gaku membantahnya pelan disertai keringat dingin.

Dengan tatapan datar, Ryunosuke menatapnya tak percaya, ‘Jadi kau memang berniat memulainya?’

Rapat akhirnya dimulai setelah semua berkumpul dengan Iori yang bergerak sigap sesekali menyangga punggug Riku saat akan terjatuh, setidaknya ia bisa bergerak semulus mungkin tanoa disadari. Riku yang hampir mendekati batasnya saat ini tentunya tidak luput dari pandangan Tenn.

Disepakati bahwa minggu depan mereka akan mengadakan camp bersama selama 3 hari untuk merancang konsep acara lebih mendetail lagi.




Edited : 9 April 2022

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top